Kenaikan Pertamax tak Picu Inflasi

×

Kenaikan Pertamax tak Picu Inflasi

Bagikan berita
Foto Kenaikan Pertamax tak Picu Inflasi
Foto Kenaikan Pertamax tak Picu Inflasi

JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menegaskan kenaikan harga Pertamax dari Rp9.000/liter menjadi Rp12.500/liter tidak akan menimbulkan inflasi, karena mayoritas pengguna Pertamax adalah perorangan, bukan industri.Hal tersebut disampaikan Piter melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (2/4/2022).

Menurut Piter, Pertamax berbeda dengan solar yang dipakai truk, lalu truknya untuk mengangkut pasokan barang ke masyarakat. Ketika harga solar naik maka harga barang akan mengikutinya.Atau Pertalite yang dipakai angkutan umum, jika harganya naik, maka tarif transportasi juga naik.

"Pertamax tidak begitu. Kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan. Pembeli Pertamax hanya perseorangan kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak kemana-mana," ujarnya.Menurut Piter, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis BBM lain. Selain itu, konsumsi masyarakat untuk Pertamax mayoritas adalah konsumsi perseorangan dan bukan merupakan konsumsi industri.

Oleh karena itu, lanjut dia, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini."Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah," ujar Piter.

Selain itu, kenaikan Pertamax yang hanya menjadi Rp12.500, juga meminimalisasi potensi peralihan (shifting) dari Pertamax ke Pertalite."Karena dengan harga segitu, mungkin masih ada shifting. Tapi mayoritas kelas menengah ke atas tidak akan beralih. Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka," katanya.

Pendapat senada disampaikan pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, yang mengapresiasi kebijakan Pertamina menaikkan harga jual Pertamax sudah tepat dan bijak.Soal pilihan Pertamina yang 'hanya' menaikkan harga ke level Rp12.500 per liter sedangkan harga keekonomian sudah mencapai Rp16.000-an per liter, dikatakannya, juga menilai hal itu tidak menjadi masalah.

"Sudah bijak dan tepat. Itu kan hanya soal asumsi harga dunia yang dipakai dalam perhitungan saja. Saya tidak tahu Pertamina pakai asumsi harga berapa. Dan pastinya Pertamina tidak mungkin gegabah. Ketika mereka ketemu harga Rp12.500 per liter, itu sudah pasti dipertimbangkan dengan seksama," tutur Fahmy.Keputusan untuk menaikkan harga di level Rp12.500 per liter, menurut Fahmy, juga pasti telah dikomunikasikan dengan Kementerian ESDM, Menko Perekonomian dan pihak-pihak terkait.

Artinya, pertimbangan sudah pasti lebih komprehensif, tidak semata-mata pertimbangan bisnis semata. Termasuk juga pertimbangan kepedulian terhadap daya beli masyarakat yang harus tetap terjaga, karena saat ini bersamaan dengan momen Ramadhan dan Lebaran."Karena itu, selain tepat, Saya juga menyebut bahwa keputusan ini adalah keputusan bijak yang diambil oleh Pertamina dan pemerintah. Tidak akan mendongkrak inflasi," ujarnya.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyampaikan kenaikan harga jual bahan bakar minyak nonsubsidi jenis Pertamax dari Rp9.000 menjadi Rp12.500 per liter mulai 1 April 2022 adalah untuk menekan beban keuangan perseroan.Pejabat Sementara Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, beban keuangan perseroan terdampak tingginya harga minyak dunia yang kini berada di atas 100 dolar AS per barel. (aci)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini