Oleh Septri Lediana
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Barat, dr. Pom Harry Staria mengatakan tidak bisa dipungkiri saat ini masih banyak masyarakat yang meragu untuk divaksin. Keraguan ini karena isu halal dan efek samping atau keamanan vaksin. Padahal vaksin menjadi salah satu cara efektif untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
“Ini merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yakni menciptakan trust (kepercayaan) masyarakat pada vaksin dan vaksinasi,” ujar Pom saat menjadi salah seorang narasumber dalam acara focus group discussion (FGD) bertema ‘Para Penerima Vaksin Bicara’, Jumat (22/1). FGD ini diselenggarakan Harian Singgalang bekerjasama dengan Satgas Covid-19-BNPB.
Pom mengatakan membangun kepercayaan masyarakat ini merupakan salah hal terpenting untuk menyukseskan vaksinasi. “Target kita adalah masyarakat yang lebih kebal terhadap infeksi Covid-19. Caranya adalah setidaknya 60 sampai 70 persen masyarakat harus divaksin agar terbentuk daya tahan tubuh yang kuat melawan virus tersebut,” ujarnya.
Dia berharap masyarakat percaya bahwa vaksin itu aman dan halal. Ini sudah pula dijamin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah pula ada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang kehalalannya.
Dr. Pom sendiri termasuk salah satu tenaga medis yang telah divaksin. Dia mengatakan tidak ada efek yang dirinya rasakan setelah divaksin. “Tidak ada efek yang berarti, jika pun ada cuma mengantuk sebentar. Dan itu normal saja. Setelah vaksin saya bisa beraktivitas seperti biasa, tidak ada gangguan,” ujarnya.
Dia berharap masyarakat percaya bahwa tidak ada resiko berat yang akan dirasakan setelah divaksin. Justru seharusnya penerima vaksin beruntung karena memiliki resiko lebih kecil terinfeksi Covid-19.
Untuk membangun kepercayaan masyarakat, dia berharap pemerintah tidak pernah merasa lelah. Kepercayaan harus selalu dibangun. Caranya dengan menyesuaikan dengan keunikan Sumbar. “Sumbar ini punya dua keunikan yakni paham akan agama dan patuh pada adat sehingga mereka percaya pada tokoh adat dan tokoh agama. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan masyarakat, kedua hal ini harus diperhatikan,” ujarnya.
Selain, dr Pom, Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) RSUP M. Djamil, Ns. Hendria Putra juga termasuk salah satu tenaga medis yang telah divaksinasi. Dia mengatakan hal yang sama, bahwa tak ada dampak dari vaksinasi yang telah dilakukannnya. “Saya bahkan tidak merasakan efek mengantuk atau pegal-pegal. Biasa saja. Tidak ada sama sekali,” ujar Hendria.
Hal serupa juga dirasakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS. Hermina, dr. Bun Yurizali. Setelah divaksinasi, menurut dia, ada jeda waktu 30 menit untuk observasi dan dirinya tidak merasakan gejala yang berarti apa-apa. “Setelah masa observasi itu selesai saya langsung melanjutkan aktivitas seperti biasa,” ujar dr. Bun.
Baik Hendria dan dr. Bun berpendapat pentingnya untuk masyarakat pada vaksinasi. Bahkan menurut Hendria, orang-orang yang saat ini telah divaksinasi perlu menjadi bukti nyata bahwa vaksinasi aman.
“Lakukan pantauan dan berikan ruang testimoni untuk penerima vaksi di media massa. Jadi itu bisa menjadi fakta untuk masyarakat agar mereka nantinya mau divaksin pada tahap 2,3 atau 4,” ujar Hendria.
Dia mengatakan, salah satu musuh vaksinasi saat ini salah satunya adalah penyebaran berita bohong (hoaks). Bahkan pemerintah melalui Kominfo merilis setidaknya ada 88 berita hoaks terntang vaksinasi. Beberapa diantaranya ada yang menyebutkan penerima vaksin ada yang meninggal pasca divaksin. Bahkan banyak berita hoaks lainnya yang berpotensi membuat masyarakat tidak mau divaksin.
“Berita Hoaks seperti ini bisa meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada vaksinasi. Alhasil bisa jadi susah menyukseskan vaksinasi sesuai harapan. Harus ada tindakan untuk melawan hoaks,” ujar Hendria.
Dia mengatakan pemerintah harus tetap aktif memerangi berita hoaks. Jika berita hoaks muncul pagi hari, setidaknya sore hari telah ada berita sangkalan atau pembenaran faktanya. “Atau setidaknya langsung diberikan penyangkalan dan pembenaran fakta pagi itu juga,” ujarnya.
Hendria mensyukuri banyak tenaga medis yang telah divaksin. Termasuk dirinya. Orang-orang penerima vaksinasi pada tahap pertama ini bisa menjadi saksi atau bukti nyata bahwa berita hoaks yang mengabarkan tentang keburukan vaksinasi adalah salah. “Semua harus bekerja sama untuk memerangi berita hoaks dan menciptakan kerjasama masyarakat. Termasuk pula media massa yang selama ini telah gencar untuk membantu pemerintah menyampaikan kebenaran dan mensosialisasikan solusi melawan covid 19,” ujarnya. (*)
Komentar