Kisah Haru dari Wuhan

×

Kisah Haru dari Wuhan

Bagikan berita
Foto Kisah Haru dari Wuhan
Foto Kisah Haru dari Wuhan

Khairul JasmiSeorang pria di Wuhan bersimpuh di tepi jalan sembari mengacungkan bendera kecil, ia dengan takzim melepas 42.000 tenaga medis yang ditugaskan khusus untuk menangani wabah corona di sana. Ribuan orang lainnya, melambai sepenuh hati, ketika bus-bus yang membawa tenaga medis itu bergerak di jalan kota. Klakson mobil dibunyikan serentak. Rangkaian rombongan bus seolah tak putus-putus, dikawal voorijder itu seperti membawa selendang keharuan yang amat panjang.

Di dalam bus, para tenaga medis membalas lambaian kota yang semua warganya hampir direnggut maut. Tenag medis itu, menangis, di jalan warga melepas dengan tangis haru. Warga berbaris rapi, membentangkan spanduk. Lantas warga kota yang baru lepas dari jepitan lidah maut itu, satu sama-lain saling berpelukan.Malapetaka dunia 2020 itu memang dipantik dari Wuhan yang dilaporkan pada 31 Desember 2019, setelah itu menjalar ke seluruh dunia. Mula-mula puluhan, ratusan kemudian ribuan orang terus-menerus mengalir ke rumah sakit permanen atau darurat. Seorang dokter berusia 51 tahun, meninggal dunia karena bekerja tak henti-hentinya selama 218 jam menangani pasien corona di Wuhan.

Italia, negeri maju di Eropa, tersungkur bagai pohon kelapa rebah dilanyau habis corona. Siapa yang menyangka hal itu bisa terjadi. Dunia tak percaya jika kondisinya malah kini lebih buruk dari China. Warga negara itu, bergelimpangan karena corona. Sementara di Indonesia orang naik motor seenaknya tanpa masker.Sementara itu di Korea Selatan, seorang warga berusia 61 tahun yang sakit enggan diperiksa dan pergi beribadah. Ia menularkan sakitnya kepada banyak orang. Data menyebut 8.652 kasus positif corona di negara itu, 80 persen bersumber dari satu orang tadi.

Lalu, Indonesia nan jauh aman. Lalu, tak aman dan kemudian meruyak. Dari dua orang saja, pada 2 Maret menjadi 579 orang dengan 49 meninggal dan 30 orang sembuh pada 23 Maret 2020. Dalam rentang 20 hari membubung tak terkendali.Sementara itu, pemerintah siap menangani kasus corona, alat yang tak cukup bahkan tidak ada. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan seseorang saja, memerlukan waktu berhari-hari karena harus dikirim ke Jakarta. APD, alat pengamanan diri untuk tenaga medis, kurang dan masker lenyap di pasar. Warga di banyak wilayah masih berkativitas seperti biasa. Terjadi pertikaian pemahaman soal kerumunan tatkala dikaitkan dengan kegiatan beribadah. Kalau satu sakit, lalu datang ke rumah ibadah, maka akan menular. Dengan demikian, bukan hanya dia yang tak bisa beribadah lagi, tapi bisa satu komplek perumahan.

Hadist Nabi: Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan penawarnya. Penawar itu harus dicari oleh para ahli yang ilmunya juga diberi Tuhan. Karena kita tak ahli, maka didengar anjuran ahli itu.Anjuran tersebut disampaikan ahli yaitu para dokter kepada pemerintah. Pemerintah mengumumkan kepada rakyat: corona virus berbahaya, jaga jarak minimal 1 meter, jangan keluar rumah. Pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan. Inilah ikhtiar kalau tak ingin sakit.Dan negeri kita seperti dilanyau lidah maut, kasus corona terus meningkat, sedang di sumbernya, Tiongkok, turun bahkan sudah tidak ada kasus baru. Itulah sebabnya para tenaga medis kembali ke provinsi masing-masing. Mereka menangis, karena sudah bekerja keras menolong orang dan yang terpenting, dirinya sendiri selamat.

Kisah-kisah Wuhan Korea Selatan dan Jakarta itu, ditatap dari Padang bak sembilu. Di Sumbar, pasien dugaan corona terus bertambah, tapi petugas media bekerja dalam keadaan yang amat rentan. Alat Pengaman Diri (APD) tak ada. Kurang. RS Achmad Muchtar, Bukittinggi misalnya, tim medis bekerja dengan keadaan yang memprihatinkan. Taka da APD yang ada hanya jas hujan. Tak hanya di sana, tapi beberapa rumah sakit juga memakai jas hujan.Kata Walikota Padang, Mahyeldi, “susah menghentikan kebiasaan, susah membiasakan hal baru,” itulah yang dialami warga. “Mau hidup di rumah, mau mati di luar,” kata Walikota Bukittinggi, Ramlan mengutip pernyataan yang viral di Amerika.

Kita sekarang seperti harus anak ayam, masukklah ke kandang, sebab di luar situasi terus memburuk. Jangan terjadi sesal kemudian tak berguna.Video berdurasi 03.09 menit tentang kisah dari Wuhan yang menggugah itu, yang diiringi musik yang amat pas itu, hampir selesai saya tonton. Saya saksikan orang berbaris rapat-rapat sembari melambai bus yang kian menjauh. Video pun selesai.*

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini