Kisah Kepahlawanan dalam Bahan Ajar Sejarah untuk Menanamkan Nasionalisme

×

Kisah Kepahlawanan dalam Bahan Ajar Sejarah untuk Menanamkan Nasionalisme

Bagikan berita
Foto Kisah Kepahlawanan dalam Bahan Ajar Sejarah untuk Menanamkan Nasionalisme
Foto Kisah Kepahlawanan dalam Bahan Ajar Sejarah untuk Menanamkan Nasionalisme

 Oleh Burhanuddin/Mahasiswa Doktor S3 Ilmu Pendidikan UNP

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam rangka mengantisipasi perubahan global dan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemerataan layanan pendidikan, perlu diarahkan pada pendidikan yang transparan, berkeadilan dan demokratis. Kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah adalah kurikulum 2013. Kurikulum menjadi pedoman yang digunakan oleh sekolah untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas dimulai dari pendidik yang berkualitas dalam menentukan model pembelajaran dan media atau bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah pada kelas XI IPS terdapat satu kompetensi dasar yang menekankan pada sejarah nasional dan sejarah dunia yang berkorelasi terhadap perkembangan bangsa Indonesia disamping sejarah lokal.Pembelajaran sejarah yang diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik masih dalam lingkup buku teks, sehingga membuat pembelajaran sejarah tidak efektif karena tujuan pembelajaran tidak tercapai. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa orientasi pendidikan yang kita praktekkan saat ini masih terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak sejalan dengan perkembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian. Proses pembelajaran masih didominasi tuntutan untuk menguasai materi ajar sebanyak mungkin guna menghadapi ujian atau tes, tanpa melihat bagaimana siswa mampu memaknai setiap materi yang dipelajarinya. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan paradigma baru dalam proses pembelajaran yang mampu menghilangkan kesenjangan antara apa yang dipelajari siswa dengan realita yang dihadapinya. Perubahan paradigma ini merupakan satu keharusan agar tujuan yang ingin dicapai setiap mata pelajaran (termasuk sejarah) dapat diwujudkan dan menjadi sumber inspirasi untuk generasi muda dalam berbagai bidang kehidupannya.

Masalah yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran sejarah adalah masalah bahan ajar. Proses pembelajaran sejarah masih monoton karena bahan ajar kurang dikemas secara apik. Selain itu juga, pengetahuan yang diperoleh siswa hanya sebatas materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa kurang mampu memahami materi dan juga  menalarnya. Oleh karena itu, perlu adanya bahan ajar yang diintegrasi dengan kisah-kisah inspiratif para pahlawan dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan nasionalisme bagi siswa SMA.Jenis penelitian ini adalah Research & Development  (R&D), model pengembangan mengikuti alur model ADDIE. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan data yang valid, praktis dan  efektif. Selain itu digunakan juga uji normalitas, homogenitas dan uji komparatif. Untuk pengembangan bahan ajar sejarah kisah-kisah inspiratif para pahlawan untuk menanamkan nasionalisme bagi siswa ini dilakukan analisis kurikulum sejarah, analisis pembelajaran sejarah, analisis bahan ajar, analisis karakteristik siswa dan analisis kebutuhan guru dan siswa.

Mata pelajaran yang menjadi subjek dalam penelitian adalah mata pelajaran sejarah, kelas XI SMA. Mata pelajaran sejarah dikembangkan sebagai mata pelajaran social studies yang materi ajarnya memuat materi sejarah Kelahiran dan Bangkitnya Nasional di Indonesia yang dikembangkan dalam bentuk kisah-kisah inspiratif para pahlawan dan diajarkan 6 jam perminggu. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sejarah SMA di Padang Sidempuan dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah baik dengan persentase tertinggi 45,45% dan terendah dengan presentase 18,19% dalam kategori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa  penyebab salah satunya adalah bahan ajar dan guru bercerita melulu yang menimbulkan rasa bosan, ditambah juga dengan alokasi waktu selalu di jam terakhir. Persepsi itu juga ditunjukkan oleh siswa dimana  sebanyak 47 siswa menjawab pelajaran sejarah itu sulit terutama pada mata pelajaran zaman pra sejarah, salah satu alternatif untuk memecahkan persoalan ini adalah dengan pengembangan bahan ajar sejarah tema kisah-kisah inspiratif para pahlawan dalam bentuk buku guru dan buku siswa sehingga pembelajaran yang kondusif terwujud.Bahan ajar yang digunakan masih terfokus pada buku teks tidak ada buku yang lain. Hal ini dibuktikan  dengan opini siswa terhadap bahan ajar sejarah berupa buku teks yang digunakan guru selama ini Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 siswa menyebutkan menarik, sementara itu 69 siswa menyatakan membosankan dan sebanyak 116 siswa mengaku membutuhkan bahan bacaan sejarah selain buku teks dan LKS. Mengajar sejarah pada tingkat menengah memerlukan stimulan yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapat partisipasi siswa, salah satu bentuk inovasi yang dapat dilakukan adalah mengembangkan bahan ajar berbentuk buku dengan kisah-kisah inspiratif para pahlawan. Gaya belajar siswa, hasil penelitian menunjukkan 18 orang gaya visual, 4 orang gaya auditory dan 10 gaya kinestetik. Oleh sebab itu, untuk mempermudah dan mempercepat siswa memahami materi ajar maka, materi tersebut baiknya ditampilkan dalam bentuk gambar/poster yang mudah dilihat, menarik dan diwarnai. Jenis bahan ajar yang diinginkan siswa berbentuk buku kisah-kisah inspiratif. Desain yang disukai adalah berbentuk gambar dan tulisan serta genre kepahlawanan. Sedangkan menurut guru sejarah, pengembangan bahan ajar sejarah kisah-kisah inspiratif para pahlawan dalam pembelajaran sejarah perlu dilakukan, karena bahan ajar tersebut memiliki bentuk yang menarik serta dapat menjadikan pembelajaran lebih bervariasi.

Uji coba dilakukan pada tiga tahap yaitu : 1) One to One Trial, 2) Small Group Trial dan 3) Field Trial. Hasilnya adalah kelompok kecil memiliki tingkat keterbacaan buku sebesar  91% sedangkan tingkat keterbacaan buku kelompok  besar adalah 88% dengan kategori tinggi. Proses pembelajaran sejarah tema kisah-kisah inspiratif para pahlawan dalam penelitian ini dilakukan di kelas XI-IS-2 sebagai kontrol dan di kelas XI-IS-1 sebgai kelas eksperimen. Sebelum dilakukan proses pembelajaran, terlebih dahulu diukur kemampuan awal siswa, dimana hasilnya kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 8,52 dan kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata 8,45. Aktivitas guru belum maksimal hal ini dapat dimaklumi karena dalam pembelajaran sejarah baru sekali ini guru menerapkan buku dengan tema kisah-kisah inspiratif para pahlawan sebagai bahan ajar. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sama-sama mengalami peningkatan, namun peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 8,45 dan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 8,32. Pengembangan bahan ajar yang peneliti lakukan dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa data yang peneliti dapatkan dari berbagai literatur yang pada intinya menyatakan bahwa kondisi bahan ajar sebagai bahan bacaan bagi siswa sangat berpengaruh pada hasil belajarnya.Keterlibatan emosi para peserta didik sangat mempengaruhi memori dan daya ingat siswa akan materi pembelajaran yang dipelajarinya. Dengan adanya bahan ajar buku siswa “Kisah-Kisah Inspiratif para Pahlawan untuk Menanamkan Nasionalisme bagi Siswa SMA” yang dipublikasikan ini, maka pembelajaran sejarah baik di sekolah maupun dirumah semakin menarik dan menyenangkan baik bagi guru maupun siswa serta pembaca lainnya.

Artikel ini ditulis berdasarkan Disertasi yang dipertahankan di Pascasarjana Universitas Negeri Padang dengan Promotor : 1) Prof. Dr. Azwar Ananda, M.A., 2) Prof. Jalius Jama, M.Ed., Ph.D., dan 3) Dr. Maria Montessori, M.Ed., M.Si. (*)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini