KISAHNYA DITULIS SINGGALANG; Rumah Baru untuk Dasnizar

×

KISAHNYA DITULIS SINGGALANG; Rumah Baru untuk Dasnizar

Bagikan berita
Foto KISAHNYA DITULIS SINGGALANG; Rumah Baru untuk Dasnizar
Foto KISAHNYA DITULIS SINGGALANG; Rumah Baru untuk Dasnizar

 [caption id="attachment_66320" align="alignnone" width="650"] Dasnizar didampingi suaminya Zulkasmi dan anak bungsunya, Fani. (bayu)[/caption]

DASNIZAR (59) adalah samudera kesabaran. Degan amat tenang ia jalani hidup di rumah nan cempang-cempong. Tiris di sana sini. Di rumah nan ringkih itu, ia belai anak-anaknya dengan kasih sayang. Berpuluh tahun lamanya.Rumah nan terletak di Sawah Laweh, Tungkar, Situjuah Limo Nagari, Limapuluh Kota tersebut, tiga pekan lalu masih jelek, rusak parah, rapuh dimakan usia. Tak ada uang untuk membeli paku sekalipun.

Lalu, bak membalik telapak tangan, rumah itu kini jadi surganya. Ya, sorga tempat tinggal bagi ia, suami bernama Zulkasmi (60) dan lima anak-anak mereka. Si bungsu Fani, nan masih duduk di kelas 1 SMA, bercucur air matanya. Rabu (11/4), dia peluk sang ibu.Begitu benarlah hidup dan misterinya. Langit kalau akan terang, maka dia akan terang saja. Hati kalau akan senang, ya pasti senang saja.

Wartawan Harian Singgalang di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, Muhammad Bayu Vesky, selasa (20/3) lalu, memotret rumah yang dihuni Ibu Dasnizar.Kisahnya ditulis di surat kabar Rabu (21/3) dan dibungkus dengan judul 'Tinggal di Gubuk Reot, Cemaskan Pendidikan Anak" dan sub judul: Dasnizar Butuh Bantuan.

Secepat tuts kompoter dipencet, secepat itu pula orang-orang berhati baik tergugah. Bantuan pun berdatangan. Rumah lapuk itu dirobohkan akhir Maret. Tak lama benar menanti, sebuah rumah rancak pun berdiri. Lengkap dengan aliran listriknya. Rumah nan berusia puluhan tahun itu, baru kali ini masuk listrik.

[caption id="attachment_66321" align="alignnone" width="650"] Rumah yang dihuni Dasnizar dan keluarganya pertama kali difoto Singgalang. (bayu)[/caption]Mereka yang membantu mendirikan rumah Dasnizar ini, adalah Baznas Limapuluh Kota dan Kodim 0306/50 Kota dengan nilai bantuan Baznas Rp7,5 juta rupiah dan minimal ada 6 tenaga TNI setiap hari. "Kita perintahkan 6 anggota bekerja di sana. Kita kerjasama dengan Baznas," kata Dandim Letkol Kav Solikhin.

Selain itu, bantuan datang dari pengusaha besi dan rangka baja di jalan lingkar utara Kota Payakumbuh , Edi senilai Rp10 juta dan dari pasangan suami istri Ichsan dan Welly asal Mungka Rp5 juta. Kedua donatur di atas, langsung mengantaran bantuan kepada Dasnizar dan Zulkasmi setelah menghubungi Singgalang.Hati Edi juga tergerak, untuk membantu biaya pendidikan Fani. Kemudian bantuan via Singgalang juga datang dari Sekdakab Limapuluh Kota Taufik Hidayat Rp1 juta, dari pimpinan Bamus sejumlah Nagari di Limapuluh Kota yang dikumpulkan di grup WAG Forum Bamus bernilai ratusan ribu rupiah, serta dari Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Indrawati Munir Rp500 ribu.

Sebelumnya, perantau Nagari Tungkar yang berdinas di TNI juga berkomentar soal foto rumah jelek Dasnizar kiriman Singgalang ini, di grup Ikatan Keluarga Tungkar (IKAT). Oleh perwira menengah TNI itu, diminta agar tokoh masyarakat, salah satunya Yusrizal Dt Pado menghubungi Babinsa setempat.

Babinsa juga turun ke lokasi, setelah sehari sebelumnya pihak Baznas melakukan survai. Babinsa turun, didampingi tokoh masyarakat Datuak Bandaro Panjang dan SY Dt Majo Tagantuang dan Pjs Wanag Tungkar Syahrul Isman. Dandim Solikhin langsung mengarahkan anak buahnya dalam kegiatan bakti itu. Ada MoU antara Baznas dan TNI dengan bantuan dasar Rp7,5 juta.Bantuan tenaga juga datang, setelah Ketua Pengurus Masjid Nurul Iman Sawah Laweh, Tungkar SY Dt Majo Tagantuang, mengarahkan tukang yang bekerja di Masjid itu, untuk mengalihkan kerja ke rumah Dasnizar dan Zulkasmi. Membantu tentara. Swadaya.

Akhirnya, sejak akhir Maret, rumah nan dihuni keluarga miskin tersebut, dirobohkan. Ukurannya dibangun baru 6x6 meter. Sebelumnya rumah hanya berukuran 4x4. Atapnya bagus, dindingnya kuat. Rumah juga dikasih loteng. Adalima titik instalasi listrik dipasang. Baik di kedua kamar, ruangan tamu dapur dan halaman depan.Karena di sebelah rumah Dasnizar ada saluran air pamsimas, maka air juga dialiri ke rumah barunya. Sebelumnya, keluarga ini mandi berpuluh tahun di 'luak" (kolam mata air tradisional,-red). Tidak ada jamban bersih di rumahnya. Sekarang, tengah dibangun toilet mini.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini