KREATIF DI MASA PANDEMI: Milenial, Ayo Bertani!

×

KREATIF DI MASA PANDEMI: Milenial, Ayo Bertani!

Bagikan berita
Foto KREATIF DI MASA PANDEMI: Milenial, Ayo Bertani!
Foto KREATIF DI MASA PANDEMI: Milenial, Ayo Bertani!

 Oleh Aci Indrawadi

PADANG Khairul Abas masih berada di pondok di lahannya saat dihubungi, Senin (30/11) siang. Dia istirahat sejenak membersihkan bibit aren yang ditanam di ladang dengan luas sekitar 3,5 hektare di Kuranji, Guguak, Limapuluh Kota.“Sabanta Uda kalua. Di dalam pondok ko jaringan kurang rancak (sebentar Uda keluar. Di dalam pondok jaringan kurang bagus,” ujarnya.

Setelah sempat basa-basi, dan saling kenal, salah seorang tokoh petani di Limapuluh Kota pun mulai bercerita. “Dua anak saya tamat kuliah di Bandung. Saya suruh pulang, karena pandemi Covid-19,” kata ayah lima anak ini.Di kampung, kedua anaknya itu diajak bertanam vanili. Dari berbagai referensi diketahui tanaman ini menghasilkan bubuk vanili beraroma harum dan biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan kue. Selain itu, aromanya juga sering dijadikan sebagai aroma essential oil.

Kedua anaknya pun bersemangat dalam budidaya vanili. Dan sekarang bibit  yang ditanam sudah mulai tumbuh hingga sekitar seribu rumpun. Untuk pemasaran,  Khairul tidak khawatir karena prospek vanili sudah cukup bagus dengan adanya serapan industri. Bahkan ada  juga  pengepulnya. “Uda juga bisa kirim ke Amerika, ada saudara di sana yang tahu pemasaran vanili,” tuturnya bersemangat.Menurut Khairul, di masa pandemi Covid-19 ini sektor pertanian tetap menjanjikan, apalagi bagi anak-anak muda, kaum milenial yang mau untuk itu. “Lapangan kerja sulit dan banyak pemutusan hubungan kerja akibat pertumbuhan ekonomi mandek, maka anak-anak muda bertanilah,” katanya.

Manfaatkan lahan kosong yang ada. “Manfaatkan momen ini untuk kembali ke nagari masing-masing, tanah lahan kosong dengan tanaman yang bernilai tinggi, sehingga tetap produktif. Saya yakin sekali mencoba bertani, akan ketagihan,” tuturnya.Tak ada salahnya katanya ciptakan klaster-klaster tanaman-tanaman yang sudah mulai langka tapi dibutuhkan masyarakat. “Anak-anak muda itu kreatif, ada pilihan untuk budidaya tanaman yang sudah sulit dijumpai di daerah kita, seperti kedele, kacang tanah, padi pulut dan lainnya. Itu bernilai tinggi, dan dibutuhkan,” katanya.

Di sisi lain ia juga mengajak pemerintah daerah untuk ikut mendorong dan memfasilitasi agar kalangan milenial ini mau bertani. “Ada peluang di pembibitan. Selama ini bibit banyak didatangkan dari luar Sumbar, termasuk dari Pulau Jawa. Saya saja baru membeli bibit durian sebanyak 70 batang seharga Rp70 juta,” katanya.Harusnya pemerintah daerah mendorong dan memfasilitasi bubidaya bibit di daerah ini. “Satu sisi bibit mudah didapat petani di sini dengan harga yang otomatis lebih rendah. Di sisi lain, anak-anak muda akan produktif dengan menghasilkan bibit,” katanya.

Apalagi untuk mendorong hal ini tidak susah. Kalau kesulitan ilmu menghasilkan bibit yang baik, bisa didatangkan dari ahlinya di perguruan tinggi. “Saya siap memotivasi dan membantu anak-anak muda dalam bertani. Pemerintah daerah bersama-sama kita. Kalangan milenial ayo bertani,” katanya.Koordinator Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Sumbar, Nurkhalis yang dihubungi terpisah mendukung kalangan milenial untuk bertani. “Hal ini yang selama ini kami dorong dan sudah kami lakukan di banyak lokasi,” katanya.

Bersama anggota Gempita, pihaknya fokus selama ini mengelola lahan yang kurang produktif, ditanami dengan beragam tanaman, seperti bawang putih di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, jagung di Pasaman Barat, Limapuluh Kota, Solok Selatan, Pesisir Selatan dan daerah lainnya yang luasnya mencapai puluhan ribu hekatare.Sistem yang dipakai Gempita selama ini juga tidak terlalu susah. Cukup petani yang punya lahan memberi tahu Gempita di kota/kabupaten atau menghubungi dirinya, bahwa ada lahan tidur yang bisa diolah menjadi ladang jagung.

Setelah itu, Nurkhalis bersama Gempita akan mendatangi lokasi dan melakukan pemetaan ladang agar hasil yang diinginkan saat panen bisa memuaskan nantinya. “Selama ini tidak hanya datang ke petani lalu memberi bibit, tetapi memperhatikan bagaimana struktur geografis, kadar tanah, pengairan, pemberdayaan sumber daya manusia petani dan memfasilitasi pembukaan lahan,” katanya.Hanya saja yang mendesak adalah Perda turunan dari Undang-undang No.19 tahun 2013 tentang Perlindungan Petani dan Pemberdayaan Petani. “Dengan adanya Perda ini kita berharap ke depan petani terlindungi mulai dari peningkatan kualitas petani, permodalan petani dan juga hilirnya petani terkait jaminan harga hasil dari seluruh petani Sumbar,” ujarnya.

Menurutnya, harga dari produk pertanian harus menguntungkan petani. “Kalau ada program pemerintah terkait bibit-bibit tanaman untuk petani, jika gagal pemerintah harus ikut bertanggung jawab untuk membantu minimal kerugian yang diderita petani,” lanjutnya.Sementara untuk masalah kredit modal bagi petani, pihaknya mendorong diberikan dalam jangka waktu. “Kita mohon ke pemerintah petani bayar setelah panen, dan setiap lahan yang kita kerjakan pemerintah membantu mengusahakan asuransi untuk lahan-lahan tersebut termasuk ternak petani,” tuturnya.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini