Kulindan Syara' dan Adat di Minangkabau, Kuat Syara' kuat Pula Adatnya

×

Kulindan Syara' dan Adat di Minangkabau, Kuat Syara' kuat Pula Adatnya

Bagikan berita
Foto Kulindan Syara' dan Adat di Minangkabau, Kuat Syara' kuat Pula Adatnya
Foto Kulindan Syara' dan Adat di Minangkabau, Kuat Syara' kuat Pula Adatnya

PADANG - Di Minangkabau, Adat dan Syara sudah berkulindan, menjadi Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Sekaligus menjadi falsafah yang dijunjung tinggi masyarakat Minangkabau.Di Minangkabau, sudah tegas dan jelas jika tidak Islam tidak Minangkabau. Sudah menjadi pilihan hidup masyarakat Minangkabau, berjalan diatas 'Syara' Mangato Adat Mamakai'.

Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat adat Minangkabau harus tetap berada pada basisnya. Yakni, penguatan adat tetap mengacu pada penguatan Syara'.Demikian dijelaskan Buya H. Mas’oed Abidin pada bimbingan teknis peningkatan kapasitas pemangku adat, dengan tema 'Tigo Tungku Sajarangan Penopang Adat dan Budaya'. Bimtek tersebut berlangsung tiga hari dari 11 hingga 13 Oktober 2021 di Hotel Rocky Bukittinggi.

Hidup dalam Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Adalah falsafah yang selalu menjadi garis pemahaman orang Minangkabau dalam menjalakan kehidupan. Melaksanakan syariat agama sejalan dengan adat."Rasanya tidak perlu segan menyatakan bahwa Masyarakat Minangkabao seratus persen penganut Islam. Jalinan adat dan agama, melahirkan kulindan adatnya bersendi syara', syara' bersendikan Kitabullah,"paparnya.

Agama Islam (Syara’) mengajarkan nilai-nilai ukhuwah berkulindan dengan kebiasaan luhur Minangkabau. Kebiasaan itu seperti tergambar dalam kata 'Senteng babilai/Kurang batukuak, Batuka ba anjak/Barubah basapo'.Pengalaman amar ma'ruf, nahi munkar dalam ajaran agama (syara’) yang dianut dengan kehidupan beradat orang Minang juga terlihat jelas. Ada kebersamaan, berbuat kebaikan dan meninggalkan yang buruk.

Seperti pepatah, 'Anggang jo kekek bari makan, Tabang ka pantai ka duo nyo. Panjang jo singkek pa ulehkan, Makonyo sampai nan dicito."Artinya adat hidup, tolong manolong. Adat mati, janguak manjanguak. Adat lai, bari mambari. Adat tidak, salang manyalang, nyata dalam perbuatan. Karajo baik ba imbauan, Karajo buruak ba hambauan,"paparnya.

Melaksanakan panduan syara’ dan menguatkan silaturahim adalah potensi yang amat berguna dapat dikembangkan menguatkan adat di nagari.Pelecehan Nilai terjadi, ketika ajaran agama tidak diamalkan dari inti dasar (basic of value) Dinul Islam, hanya ritual seremonial, ummat tidak mampu bertarung di dunia global ini

Pelecehan nilai-nilai menjadikan masyarakatlalai hanya senang menerima, suka menampung dan menagih apa-apa yang tidak diberikan orang, menjadi bangsa pengemis.

Kebenaran syara’ terbuka bagi siapapun untuk mempelajarinya. Asal merasakan nilai dan kepentingannya. Mempunyai daya inisiatif dan imajinasi."Falsafah budaya atau adat sebagai kesepatan kolektif masyarakat adat yang akan memandu perjalanan hidup satu kaum, berperan fungsi dalam mengawal masyarakatnya menjadi amat berhati-hati didalam meujudkan satu kemajuan,"ujarnya.

Apabila pandai menggunakannya dengan tepat, akan banyak membantu dalam usaha membangunan sumber daya manusia, di Ranah Minangkabau.Sifat egoistis, takabur, tidak bersyukur, tidak saling mengormati, memang kurang diminati dalam budaya Minangkabau. Membiarkan kemelaratan orang lain, dengan menyenangkan diri sendiri, adalah sikap yang tak pernah diwariskan dalam adat Budaya Minangkabau.

"Yang menjadi warisan dan pedoman adat di Minangkabau, adalah tenggang manenggang dan raso jo pareso, alur dan patut, sesuai Syara’ Mangato,"katanya.Mengatasi masalah kemiskinan dalam kelembagaan masyarakat Minangkabao, tampak usaha dan perhatian khusus untuk kemakmuran. Tertuang dalam pepatah yang menyiratkan arti kemakmuran.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini