[caption id="attachment_67772" align="alignnone" width="654"]
Artis di film Lima. (dudung)[/caption]JAKARTA - Berharap Pancasila dapat diaplikasikan dalam berkehidupan bernegara, lima sutradara membuat film bertajuk 'Lima' di antaranya, sutradara Lola Amaria.
Film ini hadir di tengah maraknya isu disintegrasi. Ketika ditanyakan apakah film tersebut bermuatan politik, Lola Amaria menampik. Ia mengatakan film tersebut bukan bermuatan politik, namun berharap agar setiap warga negara dapat mematuhi nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila."Nggak bermuatan politik. Cuma sederhana aja, agar setiap warga negara bisa merasakan nilai setiap sila yang tertera di Pancasila," ujar Lola Amaria saat ditemui di Djakarta Theater XXI, Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Mengenai penayangan film yang akan tayang 1 Juni 2018 ini, Lola Amaria mengaku hanya kebetulan saja, tanggal tayang film 'Lima' menjelang hari lahir Pancasila."Kan ulang tahunnya Pancasila, hari lahirnya 1 Juni ya. Jadi kebetulan pas jadinya film ini, pas banget sama tanggal tayang," ungkapnya.
Lola juga secara sadar, film ini tayang bertepatan dengan dua dekade Reformasi 98."Jadi emang kebetulan-kebetulan itu ada, dan juga baru sadar bahwa tahun ini, 20 tahun Reformasi 98, 1998 ke 2018, jadi semacam ya perayaan kecil dengan adanya film ini," katanya.Meskipun banyak kebetulan yang terjadi dengan penayangn film ini, Lola tetap menegaskan tidak ada maksud politik apapun dalam film tersebut."Kami semua tidak pernah mengkonsepkan tanggal tayang. Juga nggak ada semisal memperingati ini atau pesta itu, sebenernya nggak," ungkapnya menegaskan.
Namun, jika menggambarkan sebuah harapan mensosialisasikan Pancasia, Lola tidak membantah."Tapi kalo tentang mensosialisasikan Pancasila emang iya," terang Lola yang juga merangkap sebagai sutradara dalam film ini. (dudung)
Editor : Eriandi, S.Sos
