BUKITTINGGI – Hadapi hidup dengan hati lapang demi keberkahan. Usahakan jangan pasrah dengan keadaan terus berjuang yang halal, di situlah terkunci kepuasan hati. Tidak perlu mengeluh karena tidak akan pernah mampu mengubah keadaan. Jika dilaksanakan dengan baik tanpa merugikan orang lain, akhirnya semua usaha itu disandarkan kepada Allah SWT. Karena dialah mengatur segala sesuatu yang terjadi di bumi. Sebagai manusia kita hanya menjalani takdir yang ditentukan oleh Tuhan Yang Mahabijaksana.
Itulah prinsip hidup yang dilakoni Syamsir Koto (67) loper koran sewaktu bercengkrama memaparkan lika liku kisah peropesi yang dilakoni saban hari di sebuah warung kopi di Komplek Perumnas Kubang Putiah, Kamis (23/4).
Menurut Syamkot, panggil sehari-harinya, menjadi loper koran telah dilakoni sejak 2000 hingga sekarang. Banyak suka dan duka yang dialaminya dalam mengantarkan koran kepada pelanggan. Terutama ketika hari hujan. Karena Koran ini diantar dengan sepeda motor. Jika hujan koran tentu basah. Tetapi para pelanggan tidak mau tahu. Bagi mereka yang penting Koran sampai di tangan. Tidak peduli dengan keadaan cuaca.
Jika koran terlambat ada juga pelanggan menghubungi lewat telepon ini sering di alaminya. Tetapi saya selalu jawab dengan sopan dan penuh kesabaran.
Pelanggannya mulai dari kantor walinagari, camat, SMA, MTI, MTsN, di lima Kecamatan yakni Ampek Angkek, Canduang, Baso, Banuhampu, Sungai Pua dan Kecamatan Ampek Koto serta anggota DPRD Agam yang berdomisili di wilayah Agam Timur.
Menurut Syamkot yang juga pernah mengabdi sebagai pembantu lepas harian Singgalang untuk wilayah Agam Timur itu, setelah selesai Shalat Subuh dan sarapan pagi, langsung berangkat dari kediaman di Magek menuju pangkalan/agen Koran Jumadi Jalan Bay Pass Anak Air Bukittinggi.
Perjalanan mengantarkan koran yang ia tempuh total lebih kurang sejauh 139 Km per hari. Diselingi melintasi sebanyak 96 tanggul yang sengaja dibuat masyarakat. Untunglah motor tua produksi tahun 90-an BA 3210 LM setia mengantarkanya menjelajahi 5 kecamatan di Agam Timur.
Bagi Lelaki kelahiran Payakumbuh Senin 21 Juni 1952 ini puas bathinnya jika koran sampai kepada pelanggan. Koran yang didistribusikan kepada pelanggan terbitan Sumatera Barat dan Pusat, yakni, Singgalang dan lainnya, yang jelas berdasarkan keinginan pemesan. Pokoknya media apa yang disukai pelanggan ia siap mengantarkan.
Soal upah yang diterimanya untuk menghidupi 7 orang anak, “kalo ndak cukuik, dicukuikkan. Syukuri apa yang ada”, katanya.
Kendatipun demikian karena ia ikhlas mengantarkan koran kepada pelangganya, Alhamdulillah dua anaknya keenam dan ketujuh tamat IAIN Bukittinggi, kini mereka sudah diterima bekerja.
Pengalaman pahit
Pengalaman pahit yang pernah dialaminya adalah ketika menabrak hewan di penurunan Bukit Kawin Tilatang Kamang berapa tahun silam. Motornya rusak . Ia dilarikan ke rumah sakit karena menderita patah tulang. Sampai saat masih ada bekas kecelakaan itu, namun ia tidak pernah mengeluh. Prinsip hidup yang juga diajarkan kepada anaknya adalah ketika kita sudah berusaha dan sandarkanlah semua kehidupan ini kepada kekuasaan Allah SWT. Allah pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya.
Untuk itu mari berlomba-lomba berbuat kebaikan. Tebar selalu kebaikan, insya Allah akan diberi kemudahan menghadapi hidup ini. Jangan lihat profesi yang dilakoni tetapi pandanglah manfaat dari apa yang dikerjakan. Yang pasti kelompok pembaca handai tolan di Warung Eza Komplek Perumnas Kubang Putiah selalu menunggu kehadirannya “Harian Singgalang” informasi yang sangat ditunggu oleh kelompok pembaca.
Mencari informasi terbaru dan teraktual saat ini. Koran pasti diantar kepada pelanggan tiap hari. Jika ia berhalangan, koran tetap datang dicarikan penggantinya.
Semangat terus Pak Syamkot, tebarkan terus semangat literasi di kalangan masyarakat menuju kehidupan yang madani mohon kepada Allah semoga berkah, amin amin. (gindo)