Mari Bangkit

×

Mari Bangkit

Bagikan berita
Foto Mari Bangkit
Foto Mari Bangkit

Tentang kita-kita. Komentar Khairul Jasmi (KJ), Singgalang (23/4) menusuk jantung.  Kita mengerang kesakitan. Aduh, aduh, aduh!.Demokrasi yang tak mapan sudah mencelakai kita. Lebih parah dari Covid-19, Omicron atau kanker?

Puja-puji diri atau pihak  lain menyanjung  ranah ini setinggi langit. Itu sudah kita nikmati. Katanya demokrasi adalah  master piece warisan Minangkabau.Puncak kebudayaan politik turun temurun. Nagari adalah republik kecil. Rakyat mengatur diri secara demokratis. Kedaulatan melalui musyawarah dan mufakat.

Nan mambasuik (membersit) dari Bumi. Berkelindan dengan status dan fungsi yang ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah. Nan titik dari langit. Keduanya bagai sintesa. Antara antro-sosio politik aura Katumanggungan dan Perpatih Nan Sabatang.Campakkan dulu semua teori. Kini, kita hadapi kenyataan ini. KJ sudah “manggauik nan gata” (menggaruk yang gatal). Sepertinya “gauik” ini segera jadi tukak. Bila tak  kita obati.

Bisik-bisik kedengaran. Setiap tokoh buat analisa. Mereka seakan menjawab tuduhan. Merebut kekuasaan dengan lading? Mengubah republik dengan   kampak? No way !Ada lagi intoleransi. Teori, aplikasi penelitian dan hasil penelitian Setara Institut (SI) menyayat hati. Ada 3 Kota di Sumbar indeks intoleransi pada kolom 10  tertinggi. Alias indeks toleransi pada 10 terbawah.

Menghadapi itu, banyak yang sinis. Banyak pula yang menggumam. Urut dada.Masing-masing dengan caranya. Sepanjang atau sependek posisinya.

Tentu sudah ada giat yang terekspos di Media. Misalnya  DPRD Sumbar. Tidak Penuhi Undangan Pertama, DPRD Sumbar Bakal Surati Lagi Setara Institute (Langgam.id, 12/4).Diperkirakan Dewan minta konfirmasi dan penjelasan lebih lanjut. Dan DPRD agaknya sudah siapkan review untuk menelusuri kerangka teori, pelaksanaan penelitian , hasil dan kesimpulannya.

Nanti akan kelihatan apakah penelitian itu shahih, valid atau bias? Dan kalau sebagian curiga ada maunya pihak tertentu terhadap Sumbar berkedok penelitian, niscaya akan dapat dilihat.Kembali ke KJ. Ia  seakan membuat sketsa. Dan diujungnya KJ melihat fenomena  tuduhan serba tak baik berkepanjanggan  ini masih seperti buku yang terbentang.

Mencermati bulan-bulanan dengan sikap kebudak-budakan, kata KJ tentu tidak tepat. Apalagi menyerahkan semua  urusan dan membela kampung  kita ke pihak   tertentu  lebih tidak baik lagi.Yang saya tangkap dari narasi  ujung diksi  KJ “, Tentang Kita-kita”. Apakah kita akan bertengkar, menghadapi semua itu? Dan kalau itu yang terjadi,  kita akan tercampak ke lurah dalam. Cara  satu-satunya, mari kita bangkit.

Mari bangkit memperkokoh NKRI, UUD Th 1945, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.  Bagaimana? Ini yang harus kita pikir dan ikhtiarkan terus menerus.  Allahu a’lam. ***

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini