Masjid Nabawi, Suara Azan Hingga Kholaqoh

×

Masjid Nabawi, Suara Azan Hingga Kholaqoh

Bagikan berita
Foto Masjid Nabawi, Suara Azan Hingga Kholaqoh
Foto Masjid Nabawi, Suara Azan Hingga Kholaqoh

LAPORAN KHAIRUL JASMICUCU Nabi, Hasan dan Husen mendesak Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Salah seorang dari remaja itu berkata:

"Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan azan untuk kami? Kami hendak mengenang kakek kami."Dan, Medinah pun senyap. Tiba-tiba terdengar suara yang jauh tapi sudah tak asing lagi. Suara itu dibawa angin meliuk ke rumah-rumah warga kota. Azan itu bagai sembilu menusuk kantong air mata.

Medinah nan kecil, tersentak. Itu suara Bilal yang sudah tak terdengar sejak ia balik ke Afrika. Ia remuk tak terperi, Nabi, tokoh sentral yang dampingi selama ini, telah tiada. Lalu kini semua orang berlari ke Masjid Nabawi, termasuk gadis-gadis yang sedang dipingit. Bilal datang lagi!Di Masjid Nabawi itulah pada Selasa malam (17/7) saya hadir. Ditelan oleh keagungan masjid ini. Saya ringkih karena kharismanya. Hanyut dalam arus lautan manusia. Tak dikenali tapi Tuhan tahu. Lalu suara azan pun terdengar, yang tak pernah lafaznya berubah sejak berabad-abad silam. Doeloe azan terakhir Bilal tak mampu ia selesaikan karena dadanya sesak dan air matanya bercucuran.

Memasuki pelataran masjidDari hotel rombongan kloter satu, berjalanan kaki ke Nabawi. Hanya terpaut kira-kira 200 meter. Masuk dari pintu 16 saya disergap oleh pelataran masjid yang luas. Di sana payung-payung raksasa terkembang. Pada malam payung itu kuncup diganti pendaran cahaya lampu. Payung itu tingginya 20 meter dibuat di pabrik payung di Jerman yakni Liebherr dan perusahaan Jepang, Taiyo Kogyo.

Proses membuka dan menutup masing-masing memakan waktu tiga menit. Payung ini otomatis terbuka dinihari sebelum azan Subuh, dan tertutup saat senja sebelum Maghrib. Kala ditutup langit Medinah nan biru terlihat indah. Sehabis Magrib, malam seolah siang, seandainya saja ini di zaman Nabi.Di pelataran ini yang payungnya sudah kuncup itu ribuan orang Salat, berdoa paling takzim dan khusu' dengan derai air mata. Arah ke kanan agak serong dari pintu 16 adalah lokasi salat kaum perempuan.

Pelataran ini, bagian dari masjid yang bisa menampung sejuta jamaah. Sebayak 10 menara 10 dengan tinggi 105 meter mengawal masjid Nabi ini.Masuklah dari pintu mana saja, masukan alas kaki ke kantong plastik. Puruakan ke dalam tas, melangkahlah ke dalam masjid yang dulu dibuat dengan tangannya sendiri oleh Nabi. Di dalam Anda akan disambut karpet halus dan tebal. Udara sesejuk pintu kulkas dibuka.

Menangislah di sana, Salat dan baca Alquran. Nikmati suasananya.Masjid dengan 232 tiang yang dibangun pada 622 itu merupakan tempat pertama di jazirah Arab yang pakai listrik penerangan. Jika awalnya luas masjid ini hanya 50x50 meter maka sekarang jangan disebut, luasnya minta ampun. Insya Allah Anda tidak akan tersesat di dalamnya, jika mendeteksi dengan baik tadi masuk dari pintu berapa.

Taman RaudahMasjid dengan ratusan tiang tak bernama itu merupakan salah satu kehebatan warisan Nabi. Jangan salah dulu, dekat Taman Raudah, di depan mimbar Nabi ada tiang berderet ke depan, tiang ketiga dinamai Tiang Aisyah. Jika sempat ke sana maka bersandarlah di situ.

Taman Raudah luasnya 22x15 meter, ada taman surga. Di sini Nabi berkhokaqoh dengan para sabahatnya, sebelah kiri adalah mimbar.Nabi bersabda: Antara mimbarku dan rumahku merupakan taman dari taman-taman surga (HR Bukhiri & Muslim)

Pada sebuah taman dan itu di sisi rumah Nabi Muhammad SAW, sebuah lokasi yang magnetnya amat kuat. Terbang dari Padang sejauh 7.200 Km lebih selama 9 jam, melintasi Samudera Indonesia, tidakkan akan mampir ke taman surga itu?Pada malam yang kian naik, pada gelap langit yang hitam tinggi dan pendar cahaya yang indah di pelataran Nabawi, saya sampai di kawasan Raudah itu. Ini taman yang dalam nazam didendangkan dengan syahdu.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini