Masker, dari Sapu Tangan sampai Kain Sarung

×

Masker, dari Sapu Tangan sampai Kain Sarung

Bagikan berita
Masker, dari Sapu Tangan sampai Kain Sarung
Masker, dari Sapu Tangan sampai Kain Sarung

PADANG —“Tidak satu jalan ke Roma”. “Tidak ada rotan akarpun jadi”. Setidaknya itulah dua ungkapan yang menyuruh agar manusia tidak terpaku dengan satu hal. Mencari berbagai solusi dari suatu masalah dianjurkan.Hal itulah juga sepertinya yang dilakukan masyarakat belakangan ini. Wabah Korona semakin menyebar. Ribuan warga dinyatakan positif. Ratusan orang nyawanya telah terenggut. Jaga jarak dan mengurangi kontak fiisk pun digaungkan. Ternyata virus terus menyebar. Bukannya berkurang, hari ke hari angka penderita dan korban pun terus bertambah.

Jurus berikutnya pun dilancarkan. Pada suatu kesempatan, Senin (6/4) lalu, Presiden RI Joko Widodo mengingatkan setiap warga yang harus keluar rumah wajib memakai masker. Bola itupun bergulir sampai ke daerah, termasuk Padang. Instruksi Walikota Padang pun lahir.Instruksi Walikota Padang Nomor 870-176/BPBD-Pdg/IV/2020 yang efektif berlaku Senin (6/4) yang lalu, memerintahkan warga yang keluar rumah untuk memakai masker. Jika kedapatan tidak memakai masker maka akan didenda dua masker, satu untuk warga itu dan satu lagi untuk orang lain yang tidak mampu membeli masker.

“Apa pula kebijakan walikota ini. Asal ke membuat perintah saja. Masyarakat disuruh pakai masker, tapi masker itu benar yang tidak ada”. Kesimpulan respon sebagian masyarakat tentang instruksi tersebut.Menyuarakan keberatan memakai masker, tetapi intruksi tak kunjung direvisi apalagi dicabut. Ke luar rumah tetap harus pakai masker. Pakai masker kain yang dijual seharga delapan sampai dengan Rp10 ribu ternyata tidak satu-satunya solusi.

“Sekarang saya kalau keluar rumah sering pakai saputangan saja. Saya lipat dan di tengahnya diselipkan tisu. Sepertinya lebih aman dibandingkan masker kain biasa,” kata Ronald, seorang pegawai swasta.Rambut sama hitam, tetapi fikiran berbeda-beda. Fatimah, ibu rumah tangga, memiliki solusi berbeda untuk mengatasi permasalahan itu. Ibu dua anak itu memilih untuk membeli hijab yang langsung ada maskernya.

“Saya beli dari teman yang menjual onlen. Entah dari mana dia dapat saya tak tahu juga. Yang penting saya ada,” katanya.Tak hanya itu, bagi beberapa ibu-ibu selendangpun menjadi solusi di tengah kewajiban memakai masker. Selendang yang akan panjang dililitkan di muka menutupi hidung dan mulut.

“Terpenting mulut dan hidung tertutup. Kalau kita kena virus juga, berarti sudah nasib mah,” kata Yarni, ibu-ibu.Ternyata, fikiran manusia tidak hanya sampai di sana. Beberapa lelaki tua yang tinggal di tepi pantai malah menggunakan kain sarung untuk menutupi mulut. Bahkan ada yang mengatakan jika itu tidak asing baginya. Dulu sering dilakukan selagi masih di kampung.

“Kalau di kampung dulu kami biasa saja mengikatkan kain sarung ke muka. Tidak mungkin akan pakai selendang ibuk-ibuk pula. Kalau pakai sebo terlalu panas. Tidak ada masker kain sarung pun jadi,” kata Yadi, seorang lelaki tua yang mengaku berasal dari kaki gunung Marapi, Minggu (12/4). (Hirval)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini