Masker Hijau Hanya untuk Sekali Pakai

×

Masker Hijau Hanya untuk Sekali Pakai

Bagikan berita
Masker Hijau Hanya untuk Sekali Pakai
Masker Hijau Hanya untuk Sekali Pakai

[caption id="attachment_13698" align="alignnone" width="649"]Ilustrasi (net) Ilustrasi (net)[/caption]PADANG - Masker bedah yang biasa dipakai masyarakat untuk menutup mulut dan hidung, agar terlindungi dari kabut asap hanya bisa dipakai satu kali. Masker dengan permukaan hijau dan putih itu tidak bisa dicuci dan harus dibuang setelah delapan jam pemakaian.

"Masker tidak bisa dicuci, karena satu pakai saja," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kabid P2PL), Irene Susilo, pada Singgalang, Senin (12/10).Dijelaskannya, penggunaan "masker bedah (surgical mask)" pada kasus kebakaran hutan memiliki manfaat untuk mengurangi pajanan masuknya partikel ke dalam saluran napas . Berdasarkan penelitian / literatur "masker bedah didesain untuk memfilter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70% partikel masih dapat masuk ke saluran napas.

Komponen asap kebakaran hutan terdiri atas, gas ( CO, CO2, NOx, SOx, Ozone dan lainya), partikulat (PM10, PM2.5, Ultrafine particles) dan uap. Masing masing memiliki dampak terhadap kesehatan."Sampai saat ini tidak ada satupun jenis masker/respirator yang dapat memproteksi terhadap semua komponen gas dari asap kebakaran hutan," ujar Irene.

Sesuai dengan konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier di dalam hubungannya dengan risiko kesehatan akibat pajanan bahan berbahaya termasuk asap kebakaran hutan, penggunaan alat pelindung diri seperti masker / respirator direkomendasikan untuk digunakan oleh orang-orang yang terpajan asap kebakaran hutan.Sedangkan masker N95 merupakan masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95% partikel yang masuk (terutama PM10). Jika digunakan dengan teknik dan cara yang tepat (dibutuhkan individuality fit test). Beberapa penelitian penggunaan masker N95 dan masker bedah, tidak berbeda bermakna dari segi kejadian ISPA akibat pajanan asap kebakaran hutan. Hal ini berhubungan dengan teknik penggunaan masker N95 yang tidak tepat. Sehingga manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa.

"Jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran. Penggunaan masker N95 mempunyai keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunaannya dan penggunaannya terbatas maksimal hanya 8 jam (disposable)," ujarnya lebih jauh.Penggunaan masker N95 berdasarkan direkomendasikan pada kondisi berikut. Seperti seseorang yang harus berada diluar ruangan saat kondisi asap cukup pekat (dilihat dari kualitas udara. PM10 atau ISPU) ii. Dengan syarat harus dengan individual fit test, agar kemampuan proteksinya terjamin dengan baik

Penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan untuk dalam rumah, anak-anak, ibu hamil, Orang tua (lansia). Pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik."Penjelasan penggunaan masker ini disosialisasikan Pengurus Pusat  Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat di daerah kita," pungkas Irene.

Sementara, pantauan Singgalang, meski kabut telah berlangsung selama satu bulan lebih masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker, untuk melindungi mulut dan hidung. Padahal kualitas udara tidak baik untuk kesehatan. (yuke)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini