Mayor Bilal, Pemuda Bankstown

×

Mayor Bilal, Pemuda Bankstown

Bagikan berita
Foto Mayor Bilal, Pemuda Bankstown
Foto Mayor Bilal, Pemuda Bankstown

Oleh: Isral NaskaDosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Delegasi AIMEP (Australia Indonesia Muslim Exchange Program) 

Pagi-pagi Rowan Gould sudah menunggu kami di lobby hotel untuk segera memulai kegiatan hari itu. Ia adalah sosok penting di balik program AIMEP. Seperti yang ceritakan sebelumnya, AIMEP didanai oleh pemerintah Australia. Lembaga yang melaksanakannya selama lebih dari 20 tahun adalah Mosaic Connections. Nah, Rowan adalah co-founder Mosaic Connection dan turun tangan langsung dalam implementasi program AIMEP di lapangan. Saya rasa, ratusan alumni AIMEP tidak ada yang tidak kenal Rowan. AIMEP identik dengan Rowan, dan begitu pula sebaliknya. Sebenarnya ada satu sosok lagi yang seperti Rowan, yaitu Brynna. Tentang Brynna, nanti-nanti saya ceritakan.Rowan adalah dosen dan peneliti dalam bidang Arabic and Islamic Studies di University of Melbourne. Ia pernah menjadi CEO di Islamic Council of Victoria. Ia berbahasa Indonesia sangat lancar, persis seperti orang Indonesia sendiri.

Saya pertama kali tahun tentang Rowan awal 2021 lewat Zoom Meeting. Lalu bertemu lagi secara virtual pada pertengahan 2021 karena terpilih sebagai peserta AIMEP yang waktu itu dilakukan secara online. Baru pertama kali berjumpa langsung dengan Rowan ketika akhirnya kami diundang untuk mengunjungi Australia pada 2023 ini.Saat pertama kali jumpa dengan Rowan saya terkejut. Ternyata orang ini tinggi seperti halnya bule-bule Australia. Bukan apa-apa; Rowan pernah bercerita bahwa dia juga orang Minang, sebab ibunya adalah orang Kamang. Nah karena itu saya menduga wajah Rowan memang bule, tapi tinggi badannya pasti tidak jauh-jauh dengan orang Minang kebanyakan. Tapi rupanya tidak demikian. Uda Rowan memang tinggi orangnya. Jauh terbenam saya.

Baca juga:

Baiklah, kembali ke program.Agenda pertama hari itu adalah bertemu dan diskusi dengan seseorang bernama Bilal El Hayek. Orang ini bukan sembarang orang, ia menjabat sebagai Mayor di Canterbury Bankstown. Apa itu jabatan mayor? Kalau di sini setara walikota. Ia baru saja terpilih beberapa bulan lalu setelah memperoleh suara mayoritas pada pemilihan dalam council. Hebat sekali, seorang muslim berhasil menjadi walikota di Australia.

Sebagai kota yang terletak di sebelah barat Sydney, Bankstown sangat majemuk dari sisi bahasa dan kebudayaan. Bayangkan saja, kota dengan jumlah penduduk 361.555 orang ini memiliki sedikitnya 60 bahasa. Berjalan-jalan di kota yang luasnya 110 Km2 itu, akan mudah sekali bertemu dengan wajah-wajah oriental dan Timur Tengah.Muslimah berjilbab lalu lalang adalah hal biasa di Bankstown. Tidak mengherankan jika di kota ini mudah sekali ditemukan makanan halal ala Timur Tengah. Lalu ada pula beberapa masjid besar. Tidak berlebihan jika sang Mayor mengatakan bahwa Bankstown adalah “a Muslim friendly town”. Wajar saja, sebab agama mayoritas di Bankstown adalah Islam (25.6%) diikuti oleh Katolik (22.2%).

Kami bertemu Mayor Bilal di ruang sidang balai kota. Ketika kami masuk, masih terdapat sisa-sisa makan dan minuman, seolah-olah ada orang yang datang sebelum kami. Tapi hari masih pagi. Mayor datang menjelaskan bahwa tadi malam baru saja ada rapat penting sampai larut. Dia minta maaf ruangan belum sempat dirapikan. Tidak lama setelah itu datang beberapa petugas dan ruangan itu pun rapi dalam sekejap.Kisah Mayor Bilal sangat menarik. Pertama-tama ia berhasil terpilih jadi walikota dalam usia yang muda, yaitu 36 tahun. Itu mungkin biasa apalagi jika membandingkan dengan Indonesia, yang mana banyak menjadi walikota dalam usia yang bahkan di bawah itu. Tapi begini melihat keistimewannya: ia seorang Muslim yang berimigrasi ke Australia pada usia 12 tahun, pindah dari Tripoli di Libya. Waktu masuk Australia ia tidak bisa sedikitpun berbahasa Inggris. Lalu sekarang jadi walikota. Oleh tabloid AMUST pencapaian itu ditulis begini: “From Migrant to Mayor”

Adalah aktifitas sosial yang rajin ia lakukan sejak muda membuatnya berhasil menjadi seorang mayor. Ia dikenal luas sebagai anak muda yang aktif dalam isu-isu sosial di Bankstown. Reputasi itulah yang mengantarnya menjadi wali kota. “Tidak mudah menjadi mayor” kata Bilal. Lanjutnya lagi, “banyak waktu bersama keluarga yang hilang”.Apalagi akhir-akhir ini isu Palestina menambah kesibukannya. Mayoritas penduduk Bankstown memiliki memihak pada Palestina. Ia pun cukup berani menaikkan bendera Palestina di depan perpustakaan kota. “Setidaknya sampai terjadi gencatan senjata” katanya. Itu bukan hal mudah, sebab beberapa pihak memberikan sorotan yang cukup keras, termasuk kalangan media. Apalagi dia harus memastikan bahwa keberpihakan pada Palestina tidak harus membuat perpecahan di tengah masyarakat, terutama dengan kawasan atau kota yang banyak dihuni oleh imigran Israel.

Hal ini harus dikelola dengan hati-hati. Katanya, kita tidak mungkin tidak peduli dengan Palestina. Apalagi banyak orang di Bankstown, kendatipun WN Australia, masih memiliki keterkaitan erat secara langsung dengan Palestina. Jadi dia harus hati-hati betul menavigasi hal ini. Sebab dia juga harus menjaga prinsip sebagai WN Australia, bahwa “at the end of the day, Australia comes first”.Panjang juga menung saya mendengar Mayor Bilal. Warga Bankstown dan NSW pada umumnya memang sangat multikultural. Mereka berasal dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya. Sebagai contoh, imigran Timur Tengah masih memiliki banyak keluarga yang tinggal di daerah asal termasuk imigran Palestina. Apa yang terjadi di tempa asal yang jauh di sana, akan berpengaruh pada kota ini. Itu baru soal budaya, belum lagi soal agama. Kalau sudah soal agama, maka batas-batas budaya akan tembus.

Sungguh tidak mungkin bagi WN Australia untuk mengabaikan apa yang terjadi di Palestina, karena pasti berhubungan dengan sebagian besar dari mereka. Setidaknya dari sisi kemanusiaan. Di tengah-tengah fakta itu, orang-orang ini dituntut untuk mengutamakan kepentingan nasional Australia, karena di negara inilah mereka tinggal dan mencari penghidupan. Kata sang Mayor, “we live in best country in the world”. Sebagai pemimpin masyarakat, sungguh tidak mudah bagi Mayor Bilal untuk menegosiasi hal ini, apalagi ada juga warga yang berasal dari Israel. Dia harus menjaga Australia agar tetap menjadi tempat terbaik untuk hidup.Hal menarik lain yang ditanyai oleh delegasi AIMEP adalah sistem politik. Sistem politik dibuat sangat inklusif. Tidak hanya orang partai yang dapat mengikuti pemilihan. Ada ruang bagi calon independen untuk masuk ke dalam council kota.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini