Membelenggu Setan-setan Diri

×

Membelenggu Setan-setan Diri

Bagikan berita
Membelenggu Setan-setan Diri
Membelenggu Setan-setan Diri

Oleh Geri SeptianAlumnus MTI Canduang / Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

 Hadis Nabi Saw.menyebutkan ketika Ramadhan datang, maka setan akan dibelenggu, pintu surga akan dibuka, dan pintu neraka akan ditutup. Sebagaimana hadisnya yang berarti “Ketika masuk bulan Ramadhan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka,dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim). Namun, dalam keseharian, toh kita masih melihat aral melintang, jalan terjal, dan kemaksiatan yang tak ubah seperti hari biasa. Kemaksiatan yang tidak disadari sampai yang disadari secara penuh masih berlanjut jua.

 Karenanya, pemaknaan terhadap diksi setan ini yang perlu dicari lebih lanjut. Dalam al-Qur’an, kata “Syaithān” baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal disebut sebanyak 87 kali dalam 36 surat. Para ulama berbeda pendapat tentang asal kata “Syaithān” dalam dua pendapat. Pertama; kata “Syaithān” berasal dari kata شطن yang berarti jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua; kata “Syaithān” berasal dari kata شاط – يشيط yang berarti binasa dan terbakar.

 Al Qurtubi sependapat dengan argumen pertama, yaitu setan dengan pengertian jauh dari kebenaran. Lebih jauh, akan hadir satu paham bahwa diksi “setan” merupakan kata sifat, bukan kata benda apalagi kata kerja. Kata setan sebagai kata sifat menimbulkan konsekuensi logis, yaitu bisa melekat kepada siapa saja, entah itu jin maupun manusia. Termaktub juga dalam tafsir Khazin, Ketika Imam Khazin menafsirkan ta’awudz. Beliau mengatakan bahwa setan terdapat dalam diri manusia dan jin. Jelas, setan merupakan kata sifat yang ada dalam diri manusia. Kita sebut saja sebagai setan internal. Setan internal ini dalam berbagai kasus kemaksiatan di bulan ramadhan, merupakan bisikan yang sering lupa dibelenggu.

 Menyadari adalah sebuah belenggu yang kuat Setan sebagai sebuah kata sifat, jika kita berpegang kepada pendapat itu, maka dalam diri manusia ia adalah sebuah keniscayaan. Karena sebuah keniscayaan, membelenggu setan internal adalah sebuah keniscayaan juga. Jika tidak, api padam, puntuang hanyuik, juru tulis bajalan. Kesadaran di atas (menyadari adanya setan internal) adalah bagian penting dalam perjalanan menuju “membelenggu”.

 Menyadari akan sesuatu itu baik merupakan sebuah anugerah. Bayangkan saja jika kesadaran itu tiba-tiba lenyap, habis sudah perkara. Alamat badan tak tentu arah, tak tantu di nan bana jo nan salah, buto di nan halal jo nan haram. Kurang anugrah apalagi proses yang hadir dalam “menyadari” itu. Dengan kesadaran, seorang koruptor akan ragu untuk mencuri, seorang ulama akan hati-hati berfatwa, dan seseorang akan berat langkahnya untuk mengerjakan yang salah. Apakah ia akan tetap melakukannya juga, itu lain soal. Maka menyadari adalah belenggu terkuat untuk membelenggu setan-setan diri. Dari proses menyadari, kesadaran akan lahir. Seperti sadar akan ayat-ayat tuhan yang selama ini dihiraukan, walaupun sering dibaca. Misalnya sindiran Tuhan (afala ta'qilun, afalatatafakkarun, afatubshirun, afalatasma’un) secara perlahan akan dapat diresapi, kemudian akan hidup dalam diri. Ketika ayat hidup dalam diri, malas untuk bermaksiat akan tumbuh. Begitu juga dengan pengetahuan akan ada hidup setelah mati. Maka orang yang sadar terhadap yang demikian, akan berjalan di titik-titik kisar ridha tuhan, walaupun sulit dan penuh adrenalin,Sarugo Bapaga duri, neraka bapaga pinyaram.

 Memang tidak mudah, tapi jika ada niat, Tuhan dengan kasih sayangnya akan memberikan jalan. Mulai dari sekarang tidak ada salahnya. Tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada Tuhan. Tidak ada kata putus antara Tuhan dan hambanya. Hanya mereka yang berputus asa yang akan jauh dari rahmatnya. Mereka yang sadar akan berjalan dalam pandangan kasih sayang Tuhan. Mereka yang sadar telah membuat jerat untuk setan-setan diri. Momentum Ramadhan ini adalah sebuah perayaan jiwa dan sebuah ingatan agar konsisten dengan proses membelenggu. *** Wallahu A'lam

 

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini