Mendarat di Negeri Impian (Jalan-jalan ke Amerika-1)

×

Mendarat di Negeri Impian (Jalan-jalan ke Amerika-1)

Bagikan berita
Mendarat di Negeri Impian (Jalan-jalan ke Amerika-1)
Mendarat di Negeri Impian (Jalan-jalan ke Amerika-1)

naritaNARITA - Pada subuh yang tak terasa seperti subuh, saya menunaikan salat di ruang tunggu bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Senin (6/4) ini saya dan rombongan hendak terbang ke Narita, Tokyo.Pesawat Japan Airlines yang sebesar kampung itu, saya naiki dengan riang. Duduk di kursi 56-E, tapi karena tidak penuh, maka saya bisa pindah-pindah. Seperti ke Padang, pesawat dengan no penerbangan JL 720 ini juga lama antre menunggu untuk bisa terbang.

Cengkareng - Narita ditempuh sekitar tujuh jam. Kami tak hendak ke sana, melainkan ke Honolulu, Hawaii, tapi apalah daya, jauhnya minta ampun. Ke Jepang saja jauh, apalagi ke Hawaii yang bagai sabut terapung di samudera Pasifik itu.Negeri impian

Alhamdulillah pesawat mendarat di Bandara Narita, Tokyo. Inilah negeri impian anak-anak generasi 80 ke atas yang doyan membaca komik Jepang.Sudah senja, Narita salah satu bandara yang tersibuk di Jepang, sibuk dan gemerlap. Saya terduduk di pojok kafe menikmati secangkir kopi. Kami transit di sini sekitar 3 jam. Waktu di arloji saya menunjukkan pukul dua siang, tapi di HP sudah pukul 4 sore karena berubah otomatis sesuai zona. Waktu di Jepang lebih cepat dua jam dibanding WIB.

Setelah ini, kami akan terbang ke Honolulu, selama kurang lebih 7,5 jam. Di bandara ini istirahat sekitar dua tiga jam. Terbang pukul 19 waktu Jepang Senin (6/4) dan akan sampai di Honolulu, pagi, tapi masih Senin, karena waktu di sana lambat satu hari Dibanding Indonesia.Narita adalah bandara yang sibuk terletak di Chiba. Di sini lalu lintas orang sekitar 30 juta per tahun. Bandara tersibuk kedua di Jepang ini terlihat rapi, bersih dan tertib. Bandara tersibuk pertama Hanade, yang lalu lintas orangnya mendekati 35 juta per tahun.

Saya baru pertama kali ke Jepang dan itupun terkurung di bandara, tapi jadi jugalah, agar tak ditertawakan anak saya yang sudah ke negara ini disuruh dosennya. Setelah terbang sejak pagi, sesampai di sini, saya mencari kopi. Saya beli tiga gelas. Nikmatnya tak terbada. Tiga gelas bukan untuk saya saja tapi untuk beberapa teman.Enak di bandara ini tak seramai bandara Soekarno -Hatta. Tak sebising itu pula. Saya melihat wajah-wajah Asia Timur yang hilir mudik. Juga ada yang duduk sambil menulis, entah apa yang ditulisnya. Koridornya terasa lega.

Bandara Narita yang kabarnya menyediakan mushalla itu, menurut Skytrax menempati urutan ke-14 dunia. Di bandara ini terdapat 23 lounge yang menyediakan makanan halal dan hampir 200 orang karyawan di sini sudah dilatih untuk melayani wisatawan Muslim.Saya menyaksikan sejumlah warga Muslim makan dengan lahap, menikmati sajian halal. Saya sendiri, menikmati suasana yang nyaman di sini. Saya mau Belanja tapi tak ada mata uang Jepang di dompet. Tadi membeli kopi dengan kartu kredit saja.

Saya lelah mencari tempat tidur sekejap dan itu ditemukan dengan mudah. Saya membayangkan BIM, bandara di Padang, bisakah senyaman ini sehingga wisatawan betah berlama-lama. Sayonara, saya akan terbang ke Honolulu, sebuah perjalanan wisata yang baru pertama kali dilakukan. (khairul jasmi)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini