Mengenang A. Alin De di 40 Tahun Sanggar Dayung-Dayung

×

Mengenang A. Alin De di 40 Tahun Sanggar Dayung-Dayung

Bagikan berita
Foto Mengenang A. Alin De di 40 Tahun Sanggar Dayung-Dayung
Foto Mengenang A. Alin De di 40 Tahun Sanggar Dayung-Dayung

PADANG - Berdayung Sampai Batas, begitulah judul pameran dan pertunjukan seni yang digelar, baru-baru ini di Gedung Dinas Kebudayaan Sumbar. Pagelaran yang dirancang untuk mengenang A. Alin De di 40 tahun Sanggar Dayung-Dayung.A. Alin De adalah pendiri Sanggar Dayung-Dayung. Pelukis sekaligus sutradara teater dan penulis naskah drama ini memimpin sanggar hingga akhir hayatnya, 2007 lalu. Telah banyak lukisan yang ia hasilkan, tiga diantaranya dipamerkan pada kesempatan itu, Nelayan, Sampan dan Tabuik.

Walau A. Alin De telah tiada, sanggar tetap berjalan untuk menghasilkan karya-karya seni. Bukan saja pertunjukan teater dan lukisan, Sanggar Dayung-Dayung yang kemudian dipimpin oleh anak lelakinya, Yudhistira Alin, juga menelurkan album musik. Seperti yang kemudian resmi diluncurkan pada Jumat malam itu, sebuah album musikalisasi puisi berjudul "Garis Ingatan"."Garis Ingatan" merupakan album kedua Sanggar Dayung-Dayung. Berisi 9 lagu yang beberapa diantaranya diangkat dari puisi-puisi penyair ternama Sumbar. Selain puisi milik A. Alin De, nyanyian di album ini juga diisi dengan puisi milik Muhammad Ibrahim Ilyas "Gabak di Hulu", "Nyanyian Negeri Jajahan" milik Hamid Jabbar, "Musim-musim Burung" kutipan puisi Irmansyah, kemudian juga empat lagu karya Yudhistira Alin, "Langkah Ganjia, "Manjalang", Pulang, dan "Indang Pamenan".

Peluncuran album musik ini juga dibarengi dengan penampilan dari grup musik Sanggar Dayung-Dayung, dengan membawakan lagu-lagu yang terdapat pada album "Garis Ingatan". Dengan berkostum daerah Minangkabau, enam personel mulai memainkan tembang-tembang yang membuat hanyut para penonton. Musikalisasi puisi ini semakin syahdu dengan suara merdu penyanyinya, Shinta Fendika.Usai pertunjukan musik serta peluncuran buku "Berdayung Sampai Batas", pagelaran seni ini ditutup dengan pertunjukan teater berjudul "Jalan Tua", yang merupakan naskah serta disutradarai oleh Muhammad Ibrahim Ilyas. Pemain yang ditampilkan adalah pelakon yang memang sudah berkecimpung dalam dunia seni peran sejak lama, seperti Fatliwati, Erlina Ernawati, Anita Arifin dan Zul Hamidi Jun.

Muhammad Ibrahim Ilyas, yang akrab disapa Bram ini menilai sosok almarhum A. Alin De adalah seniman yang telah banyak memberikan sumbangsih untuk kemajuan seni di Sumbar. Momen yang paling berkesan menurutnya, ketika pertunjukan teater yang disutradarai Bram dimentori oleh almarhum pada tahun 1978."Saat itu umur saya 15 tahun. Dimentori oleh A. Alin De adalah momen yang berkesan. Dia adalah abang, sekaligus guru," kata Bram.

"Jalan Tua" seolah memberi kesan yang dalam atas perjalanan karir kesenian A. Alin De pada malam itu. Seperti syair yang dibacakan lantang di dalam pertunjukan teater itu, "Rasanya, kau dan aku telah pergi ke semua pergi, dan selalu bertanya tentang pulang ke pulang sesungguhnya. Sebutlah sejumlah ruang dan ketika. Kita sudah ke ranah Sikalawi. Kita sudah ke Sungai Hyang. Kita sudah ke Pagarayung. Nyatanya, kau dan aku tak kemana-mana. Kau dan aku menua dalam kaba. Pulang dan rumah sesungguhnya membata dalam dada." (wahyu) 

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini