Oleh Bahagia Maharani/Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika UNPPada hakikatnya sains ada 3 aspek yaitu sebagai proses, produk dan prosedur. Proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah, atau bahan bacaan untuk penyebaran atau diseminasi pengetahuan. Prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 memaparkan kegiatan inti dalam proses pembelajaran harus menggunakan model, metode, dan sumber pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Keberhasilan peserta didik pada bidang sains sangat terkait dengan kemampuan seorang guru sains merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif diharapkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik, sehingga guru harus mampu mendesain rencana pembelajaran, serta menentukan bahan ajar yang tepat sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung optimal. Bahan ajar dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas, karena tersusun atas komponen pembelajaran dan bahan ajar bagi peserta didik.
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat atau teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, lembar kerja peserta didik (LKPD), bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya. Dibutuhkan bahan ajar berupa Elektronik Lembar Kerja Peserta Didik (E-LKPD), karena dapat dibawa dan di save dalam handphone dan computer.Agar dapat maksimal, bahan ajar yang dikembangkan harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebiasaan siswa. Kegiatan tersebut dengan menyediakan seperangkat alat dan bahan yang harus dirangkai atau dikerjakan oleh peserta didik. Seperangkat alat dan bahan tersebut yang biasa disebut dengan kit laboratorium. Kit laboratorium merupakan alat peraga yang terdiri dari seperangkat alat dan bahan yang dapat dirangkai menjadi sebuah alat untuk percobaan. Untuk melakukan praktikum seperti merakit kit tersebut tentunya membutuhkan petunjuk. Kemudian untuk melaksanakannya diperlukan sebuah model pembelajaran salah satunya adalah Project Based Learning (PjBL).Keterampilan tersebut dapat diperoleh peserta didik melalui proses pembelajaran sains yaitu Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan. Pada proses pembelajaran sains di sekolah peserta didik akan menemukan banyak hal baru yang bermanfaat yaitu berupa konsep, fakta serta pengembangan sikap sehingga belajar menjadi lebih bermakna dan keterampilan berpikir peserta didik semakin berkembang.Berdasarkan penelitian Yohandri, M.Si, Ph. D. Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang, bahan ajar berbasis Project Based Learning berbantuan Science Laboratory Kit dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik SMA. (***)
Editor : Eriandi, S.Sos
