Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya

×

Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya

Bagikan berita
Foto Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya
Foto Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya

Beragama itu tidak boleh setengah-setengah. Harus  ‘powerful’ memahami ajaran agama dan mengerti makna yang terkandung dalam kitab (Alquran) yang diturunkan Allah, karena itulah pedoman dalam melaksanakan semua kegiatan baik sistem untuk mengabdikan diri kepada Allah juga dalam menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam Islam disebut hablum minalloh dan habblum minannas.Persoalannya, sebagaian besar penganut agama seperti Islam masih belum juga menjalankan perintah Allah dan Rasulullah, sebagaimana yang diamanahkan kepada ummat dan disisi lain masih melanggar larangan aturan yang ditetapkan. Bahkan terkesan ambigu dalam menjalankan ajaran Islam secara utuh.

Dalam firman Allah, kita tidak bisa membantahnya adalah kerelaaan bahwa kehidupan ini diabdikan hanya untuk Allah. Bukan kepada selain Allah. Hidup manusia di dunia pada hakikatnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-Dzuriat : 56).Benar, sesungguhnya sejak zaman dahulu kala, mengikuti ajaran agama sebagaimana yang diperintahkan Allah, selalu ada saja yang menjadi pembangkang, bisa munafik, atau bahkan kafir sema sekali. Bahkan sebagian besar ummat Islam, melanggar ketetapan Allah dan Rasulullah yang sebenarnya tidak dapat dibantah atau dilanggar.

Lihat saja perintah Allah dalam Alquran, “ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah: 34). Sifat membangkang yang dialkukan iblis, mestikah dicontoh, yang kemudian menimbulkan kemurkaan Allah kepadanya.Ketetapan Allah agar Nabi Adam tinggal di surga serta melarang mendekati pohon khuldi diabadikan dalam ayat 35 Al-Baqarah. Namun, bujuk rayu iblis, membuat Adam melanggar hukum dan Allah menjatuhkan vonis kepada Adam dan istrinya keluar dari surga. Allah menurunkan Adam dan istrinya Siti Hawa ke bumi secara terpisah.

Peristiwa Nabi Adam dan Siti Hawa divonis Allah keluar dari surga diabadikan di dalam ayat 36 Al-Baqarah. " Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." Dalam Ayat 38 Surat Al-Baqarah, Allah menegaskan hanya orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya tidak akan bisa terpedaya oleh bujuk rayuan Iblis ketika."Kami berfirman turunlah kamu! semua dari surga, kemudian jika benar-benar datang petunjuk kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk Ku tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."Ada persoalan dalam pola berpikir ummat Islam yang menjalankan rutinitas kehidupan, sehingga mengabaikan perintah atau aturan Allah dan Rasulullah. Seringkali dalam satu perkara suka membenarkan yang salah. Misalkan saja, melalikan ibadah shalat demi mengejar rezeki.

Padahal, kalau difahami sebagaimana agama Islam tertulis dalam firman Allah, rezeki adalah urusan Allah , walupun harus ada usaha. Tapi harusnya tidak melalaikan perintah Allah. Ini hanya salah satu kasus saja, banyak lagi perkara lain yang lalai melakukannya sesuai dengan kesempurnaan dalam ibadah sebagaimana perintah Allah dan Rasulullah. Lihat saja jaminan Allah atas rezeki hamba-Nya. Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(QS.Hud: 6).

Begitulah jika ummat tidak memiliki ilmu atau pengetahuan terhadap itu. ‘’ Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah az-Zumar ayat 39: “Apakah orang-orang yang beribadah di waktu malam dengan bersujud dan berdiri? Dia merasa takut kepada hari akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya. Katakanlah, “Apakah sama kedudukannya antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. Firman Allah SWT lainnya surah Faathir ayat 28: “... Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya itu hanyalah para ulama.” Sebab  Ilmu pengetahuan yang dimiliki akan membimbing manusia menyadari kelemahan, ketidaktahuan diri sendiri, dan kemahakuasaan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Maka diapun akan menjalankan perintah Allah dengan kesempurnaan.Lebih luasnya, persoalan yang dihadapi, keterpaksaan ummat mengikuti sistem liberalisasi, yang Sebagiannya, terpaksa melanggar aturan Allah. Lihat saja sistem perbankan konvensional dihampir semua negara mengikuti system kapitalis. Bahkan, cenderung menjurus kepada riba. Ada perbankan syariah yang mulai diterapkan seperti di Indonesia, namun jumlahnya terhitung dengan jari. Lalu, sistimnya masih belum sepenuhnya syariah.

Firman Allah yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130).Begitu juga dari segi makanan. Bahkan, ada sering terbaca di media sosial, ungkapan bahwa hamper setiap saat kita bersentuhan dengan makanan yang tidak halal bagi ummat Islam. Sebagian bukan hanya di tempat-tempat makan atau warung maupun rumah makan besar, namun sebagian adalah dari produk yang kita gunakan sehari-hari. Tidak semua, tetapi seiring dengan ketidak dalaman pengetahuan masyarakat, sehingga menggunakan produk yang tidak halal.."Wahai manusi, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S Al-Baqarah: 168).

Padahal Allah amat membenci mereka yang tidak mengikuti petunjuk Allah tetapi mengikuti golongan di luar ahjaran Islam. Firman Allah ; Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(QS. Al Jatsiah: 18) Pola Pikir yang Salah

Kondisi semacam ini, makin ke sini, makin tidak terelakkan. Bahkan, perkara ibadah pun sering tidak diketahui, apakah yang dilakukan ini tidak menyentuh kesyirikan ataukah menyentuh kesyirikan. Coba lihat, tradisi yang meminta doa-doa di bawah kayu besar dan rindang, meminta kepada roh-roh dikuburan, bahkan membuat jimat agar memperoleh rezeki atau kekuatan maupun perkara lainnya yang diarahkan kepada keberuntungan. Lihat firman Allah ini.” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa : 48)Jika dilarang, maka mereka akan berkilah bahkan seringkali memojokkan yang menganjurkan kepada kebaikan itu dan malah disebut sebagai keterlaluan dalam mengartikan agama.  Ini kondisi terbalik. Yang benar di salahkan yang salah dibenarkan. Bahkan, dicaci, disebut sebagai sok alim, atau dengan tuduhan terlalu fanatik. Malah ada yang menuding sebagai  radikal. Kebenaran yang ada selalu ditampik dan dihindari dan kebathilan malah dibenarkjan dan diikuti.

Pola berpikir sebagian ummat seperti tidak sampai kepada kebenaran yang ada dalam agama. Malah memisahkan pengetahuan berpikir dengan dalil-dalil yang telah disampaikan oleh Allah dalam Alquran dan hadist-hadist Rasulullah. Masalah mengaji Alquran saja muncul polemik. Sebagian pandangan berpikir cukup membacanya saja, karena sudah memperoleh pahala yang besar. Itu benar.Tapi bagaimana mungkin jika tidak mengetahui terjemahannya atau lebih tinggi lagi, mengerti makna atau tafsir dan asbabunnuzulnya, kalau tidak dibaca dan tidak dipelajari. Alquran itu adalah pedoman hidup, yang jika tidak difahami arti dan maknanya maka mustahil menerapkan perintah dan larangan Allah serta Rasullullah dalam kehidupan sehari-hari. Pastilah akan mengada-ada dan mengira-ngira bahkan menggunakan pikiran atau pemahaman yang salah.’’ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(QS. Al Baqarah (2): 2).

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini