Menilik Solusi Strategis dalam Pengendalian Degradasi Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa

×

Menilik Solusi Strategis dalam Pengendalian Degradasi Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa

Bagikan berita
Foto Menilik Solusi Strategis dalam Pengendalian Degradasi Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa
Foto Menilik Solusi Strategis dalam Pengendalian Degradasi Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa

(Irfan Ibrahim/Finalis Duta Bahasa Sumbar 2020)Era globalisasi menuntut kita untuk mampu bersaing secara global namun tetap dapat mempertahankan identitas bangsa, salah satunya bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan secara acak terhadap 54 pemuda dari berbagai kalangan pada 27 Juli 2020, 39% lebih mudah memahami istilah asing dibanding istilah dalam bahasa Indonesia sendiri. Kemudian, sebanyak 21% dapat dikategorikan tidak mampu mengidentifikasi penggunaan kata yang benar dalam bahasa Indonesia yakni kata baku sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Secara nyata, fenomena degradasi terhadap bahasa Indonesia dapat dilihat dengan jelas. Disadari bahwa sekarang kita lebih sering mendengar kata ‘selfie’ dibanding ‘swafoto’ ataupun ‘babysitter’ dibanding ‘pramusiwi’. Selain itu, penggunaan kata-kata dalam bahasa Indonesia sendiri masih sering mengalami kesalahan. Banyak yang masih menuliskan kata ‘risiko’ sebagai ‘resiko’ ataupun ‘aktivitas’ sebagai ‘aktivitas’. Belum lagi dengan bahasa daerah yang seolah terabaikan seiring perkembangan zaman. Sebagai upaya dalam mempertahankan identitas bangsa ini, tentunya semua elemen berkewajiban mengambil perannya.

Menanggapi isu ini, sebenarnya pemerintah juga sudah melakukan berbagai upaya dalam penanganannya. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memunculkan trigatra bangun bahasa yang secara tidak langsung mempertegas pentingnya mempertahankan eksistensi bahasa, terutama bahasa Indonesia di masa ini. Trigatra Bangun Bahasa tersebut berisi pernyataan: utamakan bahasa Indonesia; lestarikan bahasa daerah; kuasai bahasa asing. Dalam proses realisasinya hal tersebut juga dimasukkan dalam Pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jauh sebelum itu, pada tahun 2016, Kemendikbud juga mencanangkan “Gerakan Literasi Nasional” sebagai salah satu upaya meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan hal ini.Pada masa pembenahan terhadap fenomena degradasi ini, setidaknya semenjak tahun 2017, Kemendikbud menyatakan ekspektasinya dalam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lingua franca yakni bahasa pergaulan di Asia Tenggara. Hal ini tentunya juga sudah diupayakan untuk direalisasikan dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 yang mengatur fasilitas pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing. Sehingga, eksistensi bahasa Indonesia diharapkan dapat meningkat sedemikian rupa secara regional bahkan global. Namun, mimpi besar tersebut tentunya sangat mungkin diwujudkan jika bangsa pemilik bahasa itu sendiri telah memahami secara penuh pentingnya menjaga bahasa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam hal menjaga bahasa sebagai identitas bangsa masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi. Dapat dilihat berbagai upaya telah dilakukan pemerintah namun masih dapat dikatakan belum berhasil. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut tentunya tidak akan berhasil jika tidak ada kesadaran bahkan kontribusi dari berbagai pihak. Sejatinya bangsa Indonesia memiliki asas gotong royong, lantas sudah sepatutnya kita saling bahu membahu dalam memberikan penyadaran terhadap orang sekitar.

Solusi yang sistematis, terstruktur dan menyeluruh dapat menjadi jawaban dalam pengendalian degradasi ini. Memiliki perwakilan di setiap daerah ataupun komunitas yang bergerak dalam upaya meningkatkan eksistensi bahasa, terutama bahasa Indonesia serta dapat dihimpun pada tingkat nasional memiliki peluang menjadi solusi efektif pada fenomena ini. Hal seperti ini sebenarnya sudah diterapkan bahkan sudah lama diterapkan. Namun, menilik kondisi saat ini, hal tersebut memerlukan kontribusi berbagai pihak dan melakukan evaluasi secara berkala. Sebagai contoh, Forum Lingkar Pena sebagai salah satu komunitas tertua yang memiliki visi melestarikan bahasa Indonesia lewat karya-karyanya, sedang berusaha mempertahankan eksistensinya di era ini. Terkait hal ini, pemerintah juga turut memberikan solusi dengan memilih perwakilan tiap daerah yang dapat menjadi agen dalam pelestarian bahasa Indonesia. Semenjak tahun 2006, Kemendikbud menyelenggarakan pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional untuk menghimpun perwakilan tiap daerah yang akan diberikan pembekalan terhadap realisasi upaya-upaya pelestarian bahasa nantinya. Tentunya, tantangan yang dihadapi sangatlah besar mengingat fenomena degradasi ini sudah terlalu jauh. Walaupun solusi tersebut terbilang efektif untuk memberikan manfaatnya secara menyeluruh, namun sekali lagi hal tersebut belum bisa berhasil tanpa peran berbagai pihak, termasuk masyarakat luas. Setelah melihat berbagai upaya dari pihak-pihak tersebut, persoalan terkini adalah bagaimana masyarakat luas memainkan perannya dalam memanfaatkan wadah ataupun fasilitas yang telah ditawarkan sebagai solusi.

Terlepas dari hal tersebut ada satu hal yang saat ini masih bisa kita kembangkan yakni upaya peningkatan budaya apresiasi terhadap pelaku bahasa dan sastra. Melihat ke masa lampau banyak sekali kita mengenal sastrawan yang terkenal di zamannya, Mereka dapat disebut sebagai pahlawan dalam pelestarian bahasa sebagai identitas bangsa. Namanya dikenang saat ini karena karyanya dinikmati oleh masyarakat luas sebagai bentuk apresiasi serta sarana memperkaya pengetahuan sastra. Berbeda dengan zaman sekarang, banyak sastrawan yang ikut serta menerbitkan berbagai karya namun masih kurang diapresiasi oleh berbagai pihak, terutama masyarakat luas.Setiap elemen memiliki perannya masing-masing dalam degradasi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Sekarang tugas besar kita adalah bagaimana kita dapat bertanggung jawab memainkan peran masing-masing untuk berkontribusi mempertahankan identitas bangsa ini. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini