Model FASTER Learning untuk Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Bahasa Pemrograman

×

Model FASTER Learning untuk Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Bahasa Pemrograman

Bagikan berita
Foto Model FASTER Learning untuk Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Bahasa Pemrograman
Foto Model FASTER Learning untuk Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Bahasa Pemrograman

oleh Dr. (c) Febriyanno Suryana, MM, M.Kom/Mahasiswa Program Doktor PTK UNPPersiapan sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan abad 21 terus dilakukan dalam bidang Pendidikan, salah satunya adalah pengembangan model pembelajaran yang dapat menghasilkan kemampuan atau kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan keterampilan mengolah informasi dan menggunakan teknologi yang berkembang di era global (Griffin, et all., 2012).

Kemampuan komunikasi, kreatif dan inovasi, mempunyai kemampuan teknis, mempunyai kemampuan memecahkan masalah, mempunyai kemampuan analisis, serta dapat mengelola orang dan lingkungan (Birchall, 2014). Pendidikan pada hakikatnya tiada lain adalah humanisasi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai nilai -nilai dan norma-norma yang dianut. Pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara -cara pelaksanaannya.Pembelajaran pada mata kuliah Bahasa Pemrograman adalah pembelajaran yang membutuhkan ketrampilan / keahlian berpikir level kognitif tingkat tinggi yaitu pada tingkat menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Menurut taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson & Krathwohl mengatakan bahwa level kognitif (Cognitive) dimulai dari mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) (Anderson & Krathwohl, 2015). Tingkatan berpikir Taksonomi Bloom bergerak dari hal-hal yang konkrit ke abstrak dan dari hal-hal yang sederhana ke yang lebih kompleks. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dalam Taksonomi tersebut perlu mengaitkan hal-hal konkrit dan sederhana yang berada di sekitar lingkungan mahasiswa. Lebih lanjut Anderson mengelompokkan level berpikir tersebut kepada dua kelompok yakni LOTS (Low Order Thinking Skills) pada tahap C1-C3 dan HOTS (High Order Thingking Skills) pada tahap C4-C6.

Berdasarkan kondisi diatas, maka perlu suatu model pembelajaran yang dapat menghasilkan kompetensi yang siap untuk menghadapi persaingan abad 21. Model FASTER Learning yang telah dikembangkan dengan dilandasi pada teori kognitifisme, teori konstruktivisme dan teori konektivisme. Model FASTER Learning merupakan model pengembangan yang diadopsi dari model pembelajaran Cooperative tipe Jigsaw dan model pembelajaran Project Based Learning menggunakan strategi MASTER model Accelerated Learning dengan level keahlian berpikir level HOTS.Filosofi FASTER Learning mengarahkan pembelajaran mahasiswa pada hasil melalui pengalaman belajar yang dilaluinya dengan kebebasan gaya belajar masing-masing, melakukan pembuktian pengetahuan dari praktek yang dilakukannya baik secara mandiri atau berkelompok dengan dukungan penguasaan teknologi yang fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman. Karakteristik ini sesuai dengan filosofi pada aliran pragmatisme. Pragmatisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang mengajarkan bahwa yang benar itu adalah segala sesuatu yang terbukti, dengan melihat akibat atau manfaat yang hasilnya secara praktis. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran yang manfaat. Untuk mengetahuinya maka harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dasar dari pragmatisme yaitu logika pengamatan, karena yang ditampilkan manusia dalam dunia nyata adalah fakta individual yang konkret dan terpisah satu sama lain.

Dewey (1964) sebagai salah satu tokoh aliran pragmatisme, mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Ide adalah gagasan, pikiran atau intelegen merupakan pondasi untuk mengatasi berbagai macam masalah kehidupan manusia dan yang menentukan kualitas seseorang adalah adanya pendidikan dalam diri manusia tersebut. Menurut Miller (1994), pragmatisme sebagai filosofi paling efektif dalam pendidikan untuk pekerjaan. Lebih lanjut Miller mengatakan bahwa pendidik/dosen telah berhasil mempertahankan praktek dan relevansinya dengan menggunakan prinsip pragmatism sebagai kerangka acuan dan dasar untuk pendidikan ditempat kerja. Dengan demikian dalam penerapan model FASTER Learning pada pembelajaran Bahasa Pemrograman dibuktikan dengan adanya produk yang dihasilkan dari kerja nyata mahasiswa dalam membuat proyek menggunakan Bahasa Pemrograman tersebut.Model FASTER Learning dilandasi pada teori belajar konstruktivisme, kognitifisme dan konektivisme. Pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah konsep pembelajaran yang didasarkan pada proses merekonstruksi sebuah pengetahuan serta pengalaman yang dilalui mahasiswa. Pada pembelajaran Bahasa Pemrograman, dosen berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri mahasiswa, disini mahasiswa berperan aktif membangun sendiri pengetahuannya melalui pemahamannya. Dosen memberikan ruang kepada mahasiswa untuk berkreasi menuangkan ide-ide mereka sendiri dan secara sadar telah menggunakan strategi belajar mereka sendiri. Melalui pembelajaran konstruktivisme ini dosen memberikan jalan kepada mahasiswa ke pemahaman yang lebih tinggi melalui catatan-catatan yang telah mereka tulis menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Selanjutnya dalam membentuk pemahaman mahasiswa, model FASTER Learning didasarkan pada prinsip belajar kognisi dimana prinsip ini dalam mempelajari materi-materi yang rumit membutuhkan pemahaman untuk memecahkan masalah dan pengembangan ide. Prinsip belajar menurut Gagne (1979) mengemukakan hal-hal berikut. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan dosen tentang tentang respon mahasiswa yang diharapkan, beberapakali secara berturut-turut. Pengulangan, situasi dan respon mahasiswa diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih diingat. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas mahasiswa dalam belajar.6) Aspek-aspek jiwa mahasiswa harus dapat dipengaruhi oleh faktor –faktor dalam pengajaran.

Pemahaman yang diperoleh melalui prinsip kognisi diperkuat dengan level pemahaman berbasis High Order Thinking (HOTS). HOTS menekankan pada keterampilan mengembangkan kapasitas berpikir mahasiswa, membangun pengetahuan yang telah dimiliki, mampu memecahkan masalah, dan mampu menemukan hal baru dalam kehidupan nyata.Adapun prinsip lain yang digunakan pada model FASTER Learning adalah konektivisme, yang berfungsi sebagai kerangka kerja dalam membangun output model dalam bentuk penguasaan akan literasi yang mendukung Revolusi Industri yang terus berkembang, seperti literasi big data, technology dan humanity.

Model FASTER Learning telah dikembangkan melalui penelitian R&D (Research and Development) dengan model pengembangan menggunakan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Teknik analisis data meliputi analisis kebutuhan, analisis validasi model, analisis praktikalitas model, analisis efektivitas model serta uji persyaratan analisis data (uji normalitas, uji homogen dan uji-t (beda)). Sesuai hasil uji, model FASTER Learning memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.Tahapan atau Langkah-langkah Pembelajaran (syntax) Model FASTER Learning pada mata kuliah Bahasa Pemrograman.

Find. Menemukan akar permasalahan kasus pada topik bahasan. Dosen membimbing mahasiswa dalam menentukan akar masalah. Mahasiswa merangkum berbagai masalah terkait kasus dalam pembelajaran. Melakukan kajian mendalam terkait kasus permasalahan yang dibahas. Berdiskusi dengan teman dan dosen. Membuat langkah-langkah penyelesaian masalah.Accumulate. Mengumpulkan informasi relevan sesuai topik bahasan. Dosen memberikan arahan tentang pokok permasalahan yang diseleksi mahasiswa. Mahasiswa menyeleksi masalah yang terkait pembelajaran. Menyeleksi masalah yang terkait pembelajaran. Berdiskusi dengan anggota kelompok dalam menentukan informasi yang relevan.

Strategy. Mendesain metode pemecahan masalah sesuai topik bahasan.Dosen memberikan tugas penyelesaian masalah. Mahasiswa menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah. Diskusi dengan teman dan dosen. Diskusi dengan teman dan dosen.Menyimpulkan hasil diskusi dengan kelompok ahli. Merumuskan solusi  dan mendesain langkah-langkah penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi.Take Action. Menjalankan strategi sesuai konsep perencanaan yang matang. Dosen memberikan arahan dan bimbingan. Mahasiswa melaksanakan tugas proyek. Diskusi dengan teman dan dosen. Menunjuk anggota yang dianggap kompeten untuk memimpin penyelesaian tugas.

Evaluate. Melakukan evaluasi serta monitoring kemajuan pelaksanaan tugas. Dosen melakukan evaluasi dan memberikan arahan terhadap tugas proyek mahasiswa. Mahasiswa memperlihatkan hasil karyanya. Diskusi dengan teman dan dosen.Memperlihatkan  proses perkembangan pembuatan tugas proyek.  Memperbaiki kekurangan tugas proyek .Result. Memberikan penilaian akhir dari hasil evaluasi. Dosen memberikan penilaian dan arahan. Mahasiswa mengukur kompetensi diri dan kelompoknya. Memperlihatkan hasil karyanya (tugas proyek) melalui presentasi kelompok. Mahasiswa menilai kemampuan diri dan kelompoknya serta kelompok lain

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini