Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi

×

Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi

Bagikan berita
Foto Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi
Foto Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi

Oleh Wida Rianti/Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UNPPembelajaran bahasa Inggris sebagai salah satu mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi bertujuan untuk membantu mahasiswa untuk belajar dan mampu berbahasa Inggris. Keterampilan berbahasa Inggris sangat menentukan kompetensi komunikatif mahasiswa, namun kenyatannya masih banyak kelemahan ditemukan, baik dari aspek kesadaran peserta didik maupun dari aspek pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Sejumlah penelitian mendeteksi  kurangnya kreativitas guru maupun dosen dalam mengajar bahasa Inggris, kurangnya kemampuan dalam merancang desain pembelajaran, tugas-tugas pembelajaran dan metode pengajaran. Dari segi fasilitas, masih kurangnya sumber belajar bahasa Inggris yang berkualitas seperti buku-buku  teks dan modul, serta lingkungan yang mendukung. Di samping itu, dari sisi mahasiswa terjadi kesulitan memahami bahasa Inggris karena perbedaan struktur dalam bahasa Inggris dengan bahasa pertama peserta didik dan perbedaan strategi penulisan bahasa.

Salah satu keterampilan produktif yang sangat penting untuk dikuasai oleh pembelajar bahasa Inggris adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan keterampilan tersulit bagi pembelajar bahasa kedua dan bahasa asing.  Menulis tidak hanya menghasilkan dan mengatur ide-ide dari pikiran, tetapi juga menerjemahkan ide-ide tersebut ke dalam teks yang dapat dibaca. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Keterampilan menulis menjadi sangat diperlukan dan memiliki arti yang tinggi dalam sastra global ini.Di perguruan tinggi, mahasiswa biasanya menulis tulisan argumentatif saat membuat makalah untuk tugas rutin sehari-hari atau skripsi. Kemampuan argumentatif sangat penting ketika mahasiswa terlibat dalam lingkungan kerja professional. Menulis essay argumentatif merupakan materi yang diberikan pada perkuliahan writing di tingkat Universitas. Kemampuan mahasiswa dalam menulis essay argumentatif  menggambarkan keberhasilan dalam pembelajaran writing. Keterampilan menulis argumentatif tidak mudah didapat dan jenis tulisan yang paling sulit antara lain. Mahasiswa sering menghasilkan argumentasi yang tidak lengkap; tidak menegaskan elemen argumentasi; tidak menuliskan dengan jelas; ada cukup bukti untuk mendukung argumentasi, dan mahasiswa mungkin tidak memahami atau menanggapi kemungkinan sudut pandang lain. Banyak mahasiswa tidak dapat mengkritik pernyataan dengan baik dan memberikan dukungan yang meyakinkan. Hal itu terjadi karena mahasiswa belum terbiasa bekerja dengan jenis tulisan argumentatif dan juga belum memiliki pengetahuan yang memadai untuk mendukung argumentasi secara nyata dan jelas. .

Writing argumentatif essay merupakan materi yang tergolong sulit karena argumentasi melibatkan rangkaian praktik genre yang lebih tinggi dibandingkan dengan narasi dan eksposisi dalam berbagai genre. Writing argumentatif essay, menantang para formalis gagasan bahwa ada satu genre esai argumentatif. Jadi, dosen tidak selalu bisa mengetahui konten dan pengetahuan prosedural apa yang diperlukan untuk pembelajaran membaca dan menulis argumentatif. Kemudian, dosen sering mencoba untuk mempertahankan zona bebas konflik dalam hal belajar, seperti yang menjaga kesepakatan diutamakan daripada mendorong perbedaan dan sumber konflik lain yang mungkin timbul dalam tulisan argumentatif. Untuk memenuhi beberapa tantangan instruksional ini, pembelajaran writing argumentatif essay membutuhkan teori interaktif yang menggabungkan studi argumen sebagai kognisi dan sebagai seperangkat praktik sosial.Beberapa peneliti yang berusaha mengatasi kesulitan dalam menulis argumentatif. menunjukkan bahwa kemampuan menulis argumentasi dapat ditingkatkan dengan memilih strategi yang efektif untuk merangsang kemampuan menulis mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Schworm & Renkl  pada tahun 2007 menggunakan self-explaining sebagai metode untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif yang difokuskan pada masalah yang tidak terstruktur. Melalui metode ini dan menggunakan pengajaran tentang pengetahuan deklaratif dan dihubungkan dengan argumentasi dapat memunculkan produksi argumentatif siswa. Penelitian Hadijah tahun 2018 menunjukkan tentang kesalahan penulisan dalam pembelajaran writing yang masih tinggi, regular verb 58,3% dan irregularverb mencapai 41,70% (Hadijah, 2014). Temuan penelitian Hidayati pada tahun 2018 menunjukkan bahwa dalam mengembangkan keterampilan menulis bahasa Inggris,  hanya 10% responden yang memberikan waktu kepada siswa untuk menulis hingga 40 menit, sedangkan yang lainnya lebih menghabiskan waktu untuk tahap brainstorming saja.

Ada tiga problem yang membuat skill writing menjadi sulit untuk dikuasai yaitu permasalahan lingusitik (kelihaian kita dalam menuliskan struktur yang benar), kognitif (berubungan dengan bentuk-bentuk bahasa, struktur, grammar), dan konten (berhubungan dengan ide).Kim dan Kim (2005) menyebutkan penekanan yang sangat besar pada aspek grammar (tata bahasa), penekanan yang berlebihan pada hasil akhir dalam writing, kurangya penekanan terhadap genre-specific writing lintas kurikulum, dan kurangnya diversifikasi umpan balik (feedback) menjadi beberapa masalah yang ditemui dalam pembelajaran writing dalam bahasa Inggris.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan writing mahasiswa model PBL dilengkapi dengan metode dan model lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa model PBL tidak sepenuhnya dapat memfasilitasi dalam meningkatkan keterampilan writing bahasa Inggris mahasiswa, sehingga perlu upaya-upaya pengembangan terhadap model guna mencapai hasil belajar yang lebih baik. Berbagai permasalahan yang terjadi tersebut perlu upaya untuk mengatasinya, agar ada model pembelajaran yang dapat memfasilitasi untuk meningkatkan keterampilan writing mahasiswa dengan berorientasi pada permasalahan nyata kehidupan sehari-hari.  Oleh karena itu, merancang sebuah model pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan. Mengingat mahasiswa merupakan calon generasi intelektual yang harus dipersiapkan memahami persoalan kehidupan nyata, maka model yang dirancang dan dikembangkan perlu berorientasi pada masalah kontekstual.

Model yang mengorientasikan mahasiswa terhadap masalah adalah model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Namun untuk lebih konkritnya permasalahan yang diberikan, maka permasalahan yang diajukan pada pembelajaran  diadopsi dari prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL).  Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang hasilnya diperoleh melalui proses untuk memahami masalah atau mendapatkan penyelesaian dari suatu masalah. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL), yang masih berlangsung dirancang dan dilaksanakan, merupakan sebuah konsepsi belajar mengajar yang membantu dosen menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi mahasiswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya pada merekahidup sebagai anggota keluarga, warga negara, dan  pekerja. Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan suatu model pembelajaran yang diberi nama Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi. Untuk itu, penulis melakukan penelitian dengan judul: “Pengembangan Model Pembelajaran Writing Bermatext di Perguruan Tinggi”.  Melalui model pembelajaran Writing Bermatext, mahasiswa dilibatkan dalam pemahaman masalah  kontekstual, sebagai sumber inspirasi dalam menemukan ide-ide  penulisan argumentatif.Secara filosofis, model ini berlandaskan pada kognitivisme, dan teori belajar yang berkaitan dengan model ini merupakan teori konstruktivisme, dimana mahasiswa memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. lndividu dapat dikatakan telah menempuh proses belajar apabila ia telah dapat membangun atau mengkonstruksi pengetahuan dengan cara melakukan penafsiran atau interpretasi baru terhadap lingkungan sosial, budaya, fisik dan intelektual tempat mereka hidup. Bagi para ahli konstruktivistik, belajar merupakan pemaknaan terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh individu.

Pengembangan model pembelajaran writing bermatext dilakukan dengan mengikuti model pengembangan ADDIE yang meliputi kegiatan Analysis, Design, Develop, Implementation dan Evaluation. Seluruh instrument yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui proses validasi ahli terlebih dahulu.Model Pembelajaran Writing Bermatext pada Mata Kuliah Writing II hasil pengembangan dari Model PBL yang dilakukan mengadopsi pendekatan CTL untuk memperkuat model PBL dalam pembelajaran writing.  Pada tahap mengorientasikan mahasiswa dengan masalah, mahasiswa diorientasikan pada permasalahan kehidupan nyata, namun permasalahan yang diberikan bukanlah permasalahan yang tidak terstruktur sebagaimana ciri khas permasalahan untuk PBL. Dalam model ini, mahasiswa diorientasikan pada permasalahan konteksual yang berhubungan dengan kondisi terkini dalam lingkungan kehidupan mahasiswa.

Pengorganisasian mahasiswa pada pembelajaran ini bukanlah mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok, tetapi secara individual, dimana dosen menitikberatkan bantuan dan bimbingan kepada masing-masing individu. Dimana mahasiswa diberikan keleluasaan dalam melakukan kegiatan pre writing, seperti brainstorming dan menyusun WH Question.  Pada tahap membimbing penyelidikan individu, dosen membimbing mahasiswa mengembangkan tulisan dari topik yang sudah dipilih, dan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan pada tahap WH Question. Melakukan penyelidikan ini merupakan strategi dalam pembelajaran CTL, dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan tentang data yang terkait ide-ide penulisan yang telah ditentukan. Penyelidikan ini merupakan salah satu kegiatan yang vital untuk mendukung perolehan informasi yang akurat bagi mahasiswa dalam memperkuat argumen yang dituangkan dalam tulisan. Mahasiswa diarahkan untuk menuangkan pemahaman dengan topik atau ide tulisan yang telah dibuat sebelumnya (misalnya, dalam penelitian ini tentang covid 19) untuk dijabarkan ke dalam essay argumentatif dengan mengemukakan alasan yang pro dan kontra serta didukung oleh data empiris. Argumentatif essay yang ditulis oleh mahasiswa  benar-benar dipahami oleh mahasiswa dengan menyamakan ilmu pengetahuan dan penggunaannya. Ini merupakan strategi kontekstual dan pembelajaran yang mengembangkan pengertian makna yang lebih dalam. Di akhir pembelajaran, dosen melakukan penilaian autentik yang merupakan ciri dari penilaian dalam model PBL maupun CTL. Penilaian dilakukan terhadap hasil pekerjaan writing mahasiswa yang berbasis masalah kontekstual.Pengembangan model telah memenuhi criteria uji validitas, praktikalitas dan efektifitas. Validitas melalui penilaian expert, praktikalitas dilakukan melalui uji one-to-one, kelompok kecil hingga uji lapangan. Sedangkan efektivitas dilihat dari peningkatan kemampuan writing mahasiswa.  Semoga model yang telah dikembangkan ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk menamatkan Program Doktor Pascasarjana UNP, Wida Rianti , dengan Promotor 1) Prof. Dr. Mukhaiyar, M.Pd dan Promotor 2) Prof. Dr. Mudjiran, MS. Kons.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini