Model Pencegahan Prilaku Bullying pada Anak SD

×

Model Pencegahan Prilaku Bullying pada Anak SD

Bagikan berita
Model Pencegahan Prilaku Bullying pada Anak SD
Model Pencegahan Prilaku Bullying pada Anak SD

 Dr. Rafsel Tas’adi, M.Pd/Dosen Bimbingan dan Konseling IAIN Batusangkar

Motto:Orang yang mencintai dirinya, tidak akan pernah menyakiti orang lain. Semakin kita membenci diri sendiri, semakin menginginkan orang lain menderita “People who love themselves, do not hurt other people. The more we hate ourselves, the more we want others to suffer” “Dan Pearce”

Prilaku bullying (penindasan) dapat diartikan sebagai prilaku untuk menyakiti orang lain yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah secara berulang-ulang. Bullying misalnya dapat berupa tindakan mengintimidasi dan memaksa individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar keinginan mereka, dengan maksud untuk menyakiti secara fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan.Perhatikanlah dengan sedikit cermat kejadian yang terjadi baik di dunia nyata maupun di dunia maya setiap hari, diberbagai tingkatan masyarakat bangsa yang kita cintai ini, sering disaksikan seseorang atau kelompok tertentu melakukan ancaman, mengejek, memeras, malah juga menyiksa seseorang atau kelompok lain baik secara verbal, sosial bahkan fisik. Sukar dipercaya memang, bangsa yang memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup masyarakat, bisa melakukan tindakan prilaku bullying terhadap sesama, seperti kita ini tidak satu bangsa.

Tindakan bullying di lembaga pendidikan terutama di Lembaga Pendidikan Tinggi dan Sekolah Menengah sudah sangat sering terjadi. Peserta didik yang lebih yunior diancam, diejek, dihina bahkan disiksa secara fisik oleh yang lebih senior atau oleh kelompok yang lebih kuat. Malah oleh berbagai pihak, bullying dipandang sebagai fakta kehidupan yang harus diterima sebagai bagian dari proses pendidikan.Penelitian disertasi ini diarahkan pada fenomena/fakta di dunia pendidikan     bahwa prilaku bullying malah sudah terjadi juga pada sekolah dasar (SD) walau masih dalam kadar yang masih ringan. Bentuk paling umum dari bullying di SD adalah pelecehan verbal yang biasanya berupa ejekan, cemoohan, mentertawakan, menyebutkan nama yang jelek, dan menertawakan kekuarangan kondisi fisik. Keadaan ini dipandang sebagai bentuk awal dari prilaku bullying yang bisa berkembang menjadi lebih parah pada sekolah lebih lanjut sampai ke perguruan tinggi dan di dalam masyarakat secara keseluruhan.

Tindakan-tindakan bullying yang terjadi di dalam masyarakat biasanya diselesaikan pada saat tindakan tersebut sudah terjadi apakah itu melalui proses hukum, melalui perdamaian dan melalui cara lain yang disepakati. Tindakan-tindakan bullying yang terjadi pada lembaga pendidikan juga diselesaikan  dengan cara yang kurang lebih seperti itu juga. Belum ada suatu program yang khusus direncanakan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang bullying dalam usaha mencegah terjadinya bullying di lembaga pendidikan termasuk di SD. Padahal SD adalah tingkat pendidikan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk menjadi warga negara yang baik dan untuk pendidikan lebih lanjut.Pelayanan bimbingan dan konseling di SD khusus mengenai bullying selama ini masih terabaikan, guru lebih fokus dalam melaksanakan kegiatan rutinitas mengajar dan kegiatan administrasi lainnya. Hal ini tentu bisa menjadi salah satu masalah besar dalam dunia pendidikan khususnya pada pendidikan dasar. Jika kita perhatikan tujuan dari pendidikan dasar yakni meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut maka sudah seharusnyalah kurikulum di SD juga mementingkan pelayanan konseling, karena melalui pelayanan yang terencana dengan baik perkembangan anak-anak yang utuh akan dapat diwujudkan.

Apalagi dengan kondisi saat ini yang berkembang di dunia maya di mana informasi-informasi yang sangat mengejutkan dan mencengangkan tentang penindasan dan kekerasan pada anak atau yang dikenal juga dengan perilaku bullying yang semakin banyak terjadi di sekolah. Anak-anak dengan begitu mudahnya meniru tanpa tau apa dampak dari perilaku yang dicontohnya dari media sosial itu. Sementara guru-guru di sekolah kurang  memberikan perhatian kepada perilaku bullying ini. Memang dipahami perilaku bullying ini bisa dilakukan di mana saja di lingkungan sekolah tidak peduli dilihat oleh orang lain ataupun tidak dilihat, asal ada kesempatan bullying bisa terjadi misalnya di saat jam istirahat, di kantin sekolah, di WC atau aula sekolah. Di sekolah seharusnya guru-guru lebih inten memperhatikan gerak-gerik dan perilaku murid, karena bullying dapat saja terjadi disetiap ada kesempatan di lingkungan sekolah. Namun guru-guru pada saat jam istirahat pada umumnya hanya berada diruangan tanpa melakukan pemantauan di lingkungan sekolah.Di samping itu hal yang juga menjadi kekhawatiran kita adalah kenapa bisa seorang anak yang masih SD yang pikirannya masih polos memiliki keinginan untuk menyakiti temannya sendiri tanpa ada rasa bersalah, tanpa ada rasa kasihan malahan justru muncul rasa bangga pada dirinya jika dia sudah menyakiti temannya. Betapa menyedihkan jika kebiasaan seperti ini sudah menjadi budaya/kebiasaan bagi anak-anak generasi muda, maka kehancuranlah yang akan terjadi.

Sementara itu dampak dari bullying ini sungguh sangat luar biasa seperti depresi, mengisolasi diri, takut berinteraksi dengan teman sebayanya.  Bahkan untuk kondisi yang ekstrim si korban dapat saja melakukan bunuh diri. Oleh karena itu bullying dilingkungan sekolah harus dilihat sebagai masalah yang serius dan harus ditangani dengan sunggu-sungguh oleh guru dan konselor.  Anak yang menjadi korban dapat mempengaruhi pendidikan mereka di masa yang akan datang dan perkembangan mereka di masa remaja dan dewasa.Anak-anak merupakan asset bangsa dan negara sebagai penerus dimasa yang akan datang dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pendidikan tentu memiliki peranan yang sangat penting  dalam mengembangkan potensi anak-anak. Oleh karena itu proses pembelajaran di SD perlu disempurnakan dengan memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan konseling tidak bisa diberikan hanya sekedarnya saja, perlu perencanaan yang matang dan jelas.

Selama ini yang dilakukan oleh guru SD di sekolah dalam menangani masalah penindasan anak-anak lebih banyak hanya sekedar pemberian nasehat, lalu dianggap masalah sudah selesai. Walaupun pemberian nasehat juga diperlukan, namun untuk perilaku kekerasan tidak hanya cukup dengan pemberian nasehat. Masalah sikap dan perilaku seseorang sangat erat kaitannya dengan pemahaman yang dimilikinya. Anak-anak perlu memiliki pemahaman yang benar tentang karakter atau sikap dan tingkah laku yang positif sehingga perilaku kekerasan antar teman sebaya dapat dicegah di lingkungan sekolah.Penulis telah mengembangakan sebuah model bimbingan dalam penelitian disertasi untuk meningkatan pemahaman murid SD tentang bullying dan membangun karakter positif dalam upaya mengatasi bullying di SD. Model bimbingan ini diberi nama Model Bimbingan Klasikal dengan Metode melempar bolasalju (Snowball Throwing) yang disingkat dengan MBk-ST. Maksudnya, model pembimbingan ini dilakukan secara kelompok yang diawali dengan penjelasan guru kemudian diikuti dengan pertanyaan-peranyaan yang dibuat setiap murid pada kertas yang berbentuk bola. Selanjutnya pertanyaan yang ditulis dalam kertas tadi dilemparkan ke siswa lain dan masing – masing siswa menjawab pertanyaan dari siswa lain yang diperoleh dari bola yang dilempar tadi.

Model ini dikembangkan berdasarkan  hasil penelitian  di SD yang menemukan adanya kecenderungan anak-anak untuk berbuat kasar kepada teman-temannya, sekalipun dalam kadar penindasan yang masih ringan seperti memanggil temannya dengan kata-kata yang tidak pantas seperti “si hitam kaliang”, “si hidung pesek”, dsb. Tentu saja kata-kata seperti itu membuat seseorang merasa terhina dan sikap seperti ini dapat memicu rasa dendam dan sakit hati. Apalagi untuk seorang anak yang tidak berani membela diri. Perasaan takut akan selalu menghantuinya. Untuk berkata kepada orang tuanya sendiripun mereka tidak berani, akhirnya anak yang bersangkutan menderita sendiri. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi perkembangan sosial anak.Bullying itu tidak hanya dengan kata-kata bisa tapi juga bisa dengan Tindakan fisik seperti menendang, menampar, memukul. Jika hal ini dilakukan oleh anak-anak yang masih usia SD tentu sangat berbahaya sekali apalagi jika dilakukan pada bagian tubuh yang sangat vital seperti kepala, perut dan dada, bisa-bisa si korban menjadi cacat atau bahkan meninggal dunia. Pernah terjadi sebuah peristiwa bullying   atas nama Muhammad Fatir Zidan, siswa kelas II SDN Mentilan I di Mojokerto yang mendapat perlakuan kasar pada bagian matanya oleh temannya yang mengakibatkan matanya sampai bengkak dan hampir mengalami kebutaan, akhirnya melalui kegiatan operasi, mata anak ini bisa diselamatkan kembali. Tentu kasus ini hanya Sebagian kecil saja dari kasus bullying yang terjadi yang tidak terpantau oleh media maupun oleh masyarakat.  Oleh karena itu bullying ini harus dilakukan upaya pencegahannya secara terus menerus oleh guru di sekolah.

Sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak adalah sikap yang dapat menjaga hubungan baiknya dengan teman sebayanya, yang memberikan suasana tenteram dan damai tentu dengan menjaga lisannya dengan bertutur kata dengan sopan dan lemah lembut, menjaga emosi agar tidak mudah berbuat kasar dengan sembarangan dimanapun berada baik pada saat berangkat kesekolah, pada saat belajar, pada saat jam istirahat maupun saat pulang sekolah. Sikap yang perlu dimiliki itu seperti berkata dengan lemah lembut, saling bertegur sapa, saling membantu,  dan tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul.  Begitu juga dengan sikap toleransi yang perlu dipahami oleh anak dengan menghargai perbedaan diantara  teman-temannya.MBk-ST merupakan sebuah model dengan menggabungkan layanan bimbingan klasikal dengan metode Snowball Throwing sehingga model ini  menjadi menarik bagi anak SD. Anak-anak tidak hanya mendengarkan materi dari guru melainkan juga berdiskusi dan bermain dengan teman-temannya.  Jika guru hanya sekedar memberikan materi saja bisa membuat rasa bosan karena anak bersifat pasif (hanya sebagai pendengar dari informasi yang disampaikan oleh guru). Pada saat  menggunakan MBk-ST anak-anak dilatih untuk mampu berinterkasi dan bekerjasama dengan teman sebayanya baik dalam kelompoknya sendiri maupun antar kelompok.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini