MPMTPS: Sebuah Model Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Inggris

×

MPMTPS: Sebuah Model Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Inggris

Bagikan berita
Foto MPMTPS: Sebuah Model Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Inggris
Foto MPMTPS: Sebuah Model Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Inggris

Oleh. Suhaimi/Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UNPThink Pair Share merupakan Model Pembelajaran Kooperatif dimana siswa diberi waktu berpikir dan bekerjasama satu sama lain, sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan.        (Cholis 2006:12)

Kemampuan membaca (reading) merupakan salah satu standar kemampuan dalam bahasa Inggris yang harus dicapai pada semua jenjang pendidikan, terutama sekali di jenjang Perguruan Tinggi. Melalui kemampuan membaca diharapkan mahasiswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang memadai.Membaca dapat dilakukan dalam berbagai konteks keadaan, dan yang diperlukan  adalah kemampuan untuk menginterpretasikan tulisan menjadi sesuatu yang bermakna. Hanya saja, ada saatnya seseorang diharapkan untuk membaca dalam suatu kondisi tertentu, misalnya dalam setting yang lebih formal seperti konteks akademis sebagai bagian dari pembelajaran (Grabe, 2009: 68).Warga masyarakat modern diharapkan untuk menjadi pembaca yang baik agar dapat sukses, mengingat begitu banyak informasi yang disampaikan dalam bentuk tertulis, selain juga yang disampaikan lewat audio visual. Braguglia (2005: 46) menyatakan bahwa membaca diperlukan untuk mencapai kesuksesan akademis dan pertumbuhan intelektual

Membaca dalam bahasa Inggris memerlukan suatu strategi yang lebih dari pada membaca dalam bahasa pertama. Kompleksitas membaca dalam bahasa Inggris disebabkan oleh karena pemahaman terhadap bacaan dipengaruhi oleh  penguasaan  bahasa  dan pemahaman konteks bacaan. Whorter (2005) mengklasifikasikan 4 faktor yang menentukan kemampuan memahami bacaan dalam bahasa asing yaitu: (1) latar belakang pengetahuan, (2) kondisi fisik dan mental, (3) tingkat ketertarikan pembaca terhadap topik bacaan, dan (4) ketrampilan membaca awal. Latar belakangpengetahuan memang memiliki peran yang sangat penting dan oleh sebab itu selalu menjadi faktor pertama yang diungkap pada setiap literaturtentang pemahaman dalam membaca, baik dalam bahasa pertama maupun bahasa asing.Berdasarkan  penilaian  kemampuan membaca  pemahaman yang dilakukan oleh Programme for International Students Assessment (PISA), Indonesia mengalami tren penurunan kemampuan membaca sejak tahun 2009.Skor kemampuan membaca Indonesia tahun 2009 adalah 402, kemudian mengalami penurunan menjadi 356 pada tahun 2012, 397 tahun 2015, dan titik terendah 371 pada tahun 2018. Sedangkan laporan PISA yang dirilis, padatahun 2019, skor kemampuan membaca Indonesia beradadi peringkat 72 dari 77 negara.

Ketrampilan membaca pada setiap individu berbeda tergantung dari pengalaman membacanya. Menurut Barr dkk. (2007) kegagalan memahami bacaan dalam bahasa asing disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) strategi pembelajaran membaca di sekolah, (2) pembendaharaan kosakata yang rendah dan (3) pengetahuan tentang gramatika bahasa yang rendah. Pendapat ini menekankan bahwa belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa asing umumnya terjadi di sekolah, sehingga strategi yang dipakaigurusangatmenentukan keberhasilan pebelajardalammemahamiisibacaan. Selainituunsurbahasa merupakan faktor yang tidak kalahpenting.Oleh sebab itu pembelajaran membacadi sekolah harus mempertimbangkan secara hati-hati strategi pembelajaran serta perkembangan bahasa pebelajar.Pendekatan atau model pembelajaran di perguruan tinggi masih cenderung dominan menggunakan model pembelajaran exposition atau ekspositori. Dalam model pembelajaran exposition bahan pelajaran disajikan kepada peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dari segi dosen, model ini sering disebut sebagai model ekspositori karena dosen cenderung berfungsi sebagai penyampai pesan atau informasi belajar. Sukmadinata (2007) menyatakan bahwa dalam Reception Learning peran mahasiswa relatif pasif, mereka lebih banyak menerima bahan yang diberikan dosen melalui ceramah dan demonstrasi yang mungkin dilengkapi dengan peragaan.

Menyikapi permasalahan diatas, untuk membimbing mahasiswa supaya dapat mendefinisikan masalah dan mengeksplorasi berbagai aspeknya, penulis memandang perlu mengaplikasikan  model Think-Pair-Share melalui proses perkuliahan mata kuliah Readingdengan tujuan agar mahasiswa memiliki pemahaman yang kompprehensif tentang teks fungsional dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan serta mampu merespon makna dalam teks yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan adanya model Think Pair Share pada proses perkuliahan mata kuliah Reading yang aplikatif, maka dosen dapat mengembangkan program pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan aktif mahasiswa dalam menggali dan menemukan pengetahuan baru dari berbagai sumber pembelajaran.Arend (2001)  menjelaskan ada tiga langkah dalam pembelajaran model Think Pair Share, yaitu: (1)Berpikir (Thinking). Pada tahap ini dosen menyajikan informasi kepada mahasiswa melalui demontrasi atau lewat bahan bacaan, menerangkan materi secara singkat dan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi bacaan. Mahasiswa disuruh berpikir secara individual agar mereka dapat memahami materi bacaan dan dapat menyelesaikan soal-soal latihan dengan baik, (2) Berpasangan (Pairing). Pada tahap ini dosen mengorganisasikan mahasiswa kedalam kelompok dan bahan-bahan ajar. Mahasiswa dikelompokkan agar mereka dapat berdiskusi dengan temannya untuk bertukar informasi materi bacaan yang dibahas, dan (3) Berbagi (Sharing). Pada tahap ini dosen meminta pasangan kelompok mahasiswa untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan untuk melaporkan atau mempresentasikan. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi Pada langkah ini menjadi lebih aktif apabila dosen berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain

Penelitian ini membuktikan secara umum bahwa, pencapaian hasil belajar mahasiswa dengan model Think Pair Shareyang diimplementasikan melalui proses perkuliahan mata kuliah Reading terdapat peningkatan hasil belajar yang siginifikan, bila dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa sebelumnya, baik dilihat dari meningkatnya keterlibatan  maupun keaktifan mahasiswa. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan langkah-langkah model Think Pair Share pada pembelajaran membaca yang dilakukan dosen melalui mata kuliah Readingdapat; (a) mendorong mahasiswa untuk mengikuti proses perkuliahan lebih aktif, (b) meningkatkan pengetahuan, pemahaman dalam pencapaian hasil belajar mahasiswa yang lebih maksimal (c) menumbuhkan sikap sosial dan tanggung jawab pada diri mahasiswa.Peningkatan hasil belajar mahasiswa merupakan dampak instruksional yang signifikan dari penerapan model Think Pair Sharepada mata kuliah Readingyang telah dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh terjadinyapeningkatan pada proses pembelajaran berupa keterlibatan, keaktifan, dan kerjasama mahasiswa sebagai dampak penggiring yang terwujud pada setiap tahapan modelThink Pair Share selama proses pembelajaran berlangsung.Dengan kata lain, pembelajaran tidak lagi menempatkan peserta didik dalam posisi yang pasif sebagai penerima bahan ajar yang diberikan pendidik, tetapi sebagai subjek aktif yang diwujudkan dalam bentuk, diskusi, tukar pikiran, adu argumentasi dan ide, baik secara individu maupun secara berkelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Artikel ini ditulis mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Suhaimi, dengan Promotor: 1) Prof. Dr. Mukhaiyar, M.Pd., 2) Prof. Dr M. Zaim, M.Hum, dan 3) Prof. Dr. Azwar Ananda M.A.; (*)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini