Naik Haji, Begini Suasana Penerbangan ke Medinah

×

Naik Haji, Begini Suasana Penerbangan ke Medinah

Bagikan berita
Naik Haji, Begini Suasana Penerbangan ke Medinah
Naik Haji, Begini Suasana Penerbangan ke Medinah

 [caption id="attachment_69668" align="alignnone" width="650"] Suasana penerbangan jamaah haji Kloter I Embarkasi Padang (khairul Jasmi)[/caption]

LAPORAN KHAIRUL JASMIGEMA azan Zuhur menyambut kami sesaat setelah turun dari pesawat. Inilah bandara Pangeran Mohammed bib Abdulaziz, Medinah Almunawwarah. Di atas pesawat hampir 400 orang, merupakan jamaah Indonesia yang pertama kali mendarat di musim haji ini, Selasa (17/7) pukul 11.30 waktu setempat.

Kloter pertama ini terbang selama sembilan jam dari BIM. Berangkat 09.30 WIB Selasa pagi. Padang lebih cepat 4 jam. Pemeriksaan paspor dan cek in dilakukan di asrama Haji Tabing. Lalu sebanyak 6 bus berhenti sebelum meninggalkan asrama untuk memberi waktu Salat Subuh di bus masing-masing.Lalu voorijder meraung, kilatan cahaya lampunya berpendar pada pagi nan gelap. Berjalan perlahan. Sebuah mobil di depan dengan pelantang suara, menyertai. Petugas haji, dengan suara sempurna mengumumkan kepada warga Padang yang masih tidur atau seusai salat, "Inilah kloter pertama dari Padang hendak menuju Tanah Suci."

Ia memberi penekanan pada kata "kloter pertama," seolah pengumumkan pada langit, urang awak naik haji. Di jalan beberapa orang melambai dengan takzim, setakzim calon haji membaca tasbih di atas mobil.Hal serupa terjadi sebelumnya warga kota dengan takzim berdiri di tepi jalan untuk melambai atau tegak terpana.

Ini terjadi kala bus bergerak dari Masjid Nur Zikrilllah di Sungai Sapih Padang. Saya tergabung dalam KBIH ini. Sedang dalam kloter kami bergabung dengan KBIH Multazam. Malam sebelumnya juga Gubernur Irwan Prayitno dan anggota DPRRI Asli Chaidir juga melepas kloter satu dengan rasa hormat yang tinggi.Pesawat Garuda Boing 777 -300 RR menusuk langit dengan perkasa. Di perut pesawat doa dipanjatkan. Pesawat itu kemudian melaju lurus meniti langit Mentawai. Tak lama berbelok ke kanan, mengiris awang-awang lalu terbang berjam-jam di atas Samudera Indonesia.

Pesawat terbang dengan kecepatan 900 Km/jam dengan ketinggian 12 ribu kaki dan semakin meninggi. Saat itu penumlang sudah selesai makan berat, nasi hangat, sehangat nasi untuk menantu baru. Sebagian jamaah tertidur pulas sehabis makan, sebagian lain menonton, sisanya mengaji.Saya sempat bertemu pilot yang urang awak di ruangan khusus paling depan bersama King Churcil. Pilot urang awak ini beberapa menit kemudian pamit untuk kembali ke kokpit. Terjadi beberapa kalu guncangan di atas Colombo menjelang pesawat masuk Laut Arab.

Setidaknya ada 13 pramugari yang melayani penumpang di atas pesawat sebesar kampung itu.Kursinya bersusun tiga-tiga sebanyak tiga baris. Di bagian depan ada kelas bisnis. Musim haji ini diberikan kepada jemaah tanpa harus menambah biaya. Siapa duduk di sana? Siapa saja yang mendapat nomor kecil. Misalnya Sekda Padang Asnel dan Prof. Masnal, pembimbing haji.

Beberapa kali para ustad dan ulama yang ada di atas pesawat mengingatkan jamaah, mereka akan ke Medinah maka niatkanlah untuk ziarah. Jemaah kemudian bersama-sama membawakan lagi salawat.Di pesawat berkali-kali lampu kenakan sabuk pengaman menyala. Meski begitu, sejumlah jeaaah tetap saja berjalan-jalan karena kakinya mulai kesemutan. Tatkala lampu dipadamkan, antre panjang di depan semua toilet. Entah lupa, bergegas atau tak tahu, pintu toilet hanya ditutup, seharusnya dikunci. Untung tak terjadi yang tidak-tidak.

Jamaah kloter satu ini sangat tertib dan suka membaca. Maka mereka bacalah buku-buku yang diberikan petugas. Mereka juga suka berfoto. Semua berbaju seragam, menggayutkan tas paspor di leher dan kartu kesehatan. Di tangan ada gelang identitas.Pesawat akan masuk langit daratan jazirah Arab dan sekitar dua jam akan mendarat di Medinah. Saat mendarat barulah ketahuan, inilah kloter pertama dari Indonesia. Jamaah disambut secara resmi oleh Pak Dubes. Tak lama kemudian suara azan Zuhur berkumandang. Inilah azan pertama yang saya dengar tatkala mendarat di kota Nabi Muhammad itu. Inilah kota yang sejak kecil sudah tertancap dalam sanubari religius kita.

Setelah proses imigrasi yang tak ribet diadakan upacara penyambutan secara resmi oleh Dubes. Bendera Merah Putih berkibar di selasar bandara. "Kami datang ya Allah." Semua jamaah berucap syukur. (*)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini