featureHeadline

Naik Kereta Kaum Rebahan Jakarta-Semarang

×

Naik Kereta Kaum Rebahan Jakarta-Semarang

Sebarkan artikel ini

Oleh: Khairul Jasmi

Seorang pramugari tengah menyuguhkan makananan ke penumpang Kereta Sembrani Luxury. (kj)

Malam jatuh di Stasiun Gambir, Jakarta dan saya melangkah meninggalkan peron. Masuk ke kereta mewah kaum rebahan: Sembrani Luxury.

Ini pukul 07.00 malam, Selasa (22/11) kereta beringsut. Tadi saya datang sekitar satu jam sebelumnya. Sebagai anak Sumatera saya tentu mengenal kereta api dengan baik, tapi di kampung kita, Sumatera Barat, kereta hanya jarak pendek, Padang – Pariaman.

Saya akan ke Semarang, lima jam perjalanan dengan kereta api. Ke kota itu, tujuan hendak datang ke Penjara Wanita Bulu. Di sini, awal 1930-an, pejuang wanita asal Minangkabau, Rasuna Said dan Rasimah Ismail pernah ditahan.

Di Gambir, sebelum berangkat saya berbincang dengan seseorang. Anak Semarang. Ia tahu Rasuna Said, tapi tak tahu asalnya darimana dan lebih tak tahu pejuang dan pahlawan itu pernah ditahan di Semarang, ketika Indonesia sedang mendidih oleh semangat perjuangan untuk merdeka.

Maka naik kereta mewah inilah saya. Untuk sampai ke kereta ini, saya bertanya kepada beberapa petugas berseragam. Takut salah. Ini bukan soal malu bertanya sesat di jalan, tapi tentang daripada ditinggal kereta. Tak sero.

Baca Juga:  Pastikan Babas Narkoba, Pemprov Sumbar Tes Urine Seluruh Pejabat

Saya disuruh menunggu di jalur satu. Sudah banyak orang berjejer di sana. Juga duduk. Di peron ini kereta akan berhenti, sebelum pukul 7 malam. Saya sudah di sana, berdiri, memakai jaket. Agak lega, sebab sudah selesai Shalat Magrib. Ngopi juga sudah. Tinggal melompat ke kereta.
“Ini naik dimana Mbak?” Bertanya lagi.
“Iya di sini Pak, 6C sebelah kiri,” katanya. Masuklah saya. Dan memang kereta ini mewah, kursinya jauh lebih lapang dari kelas bisnis di pesawat. Saya hunjurkan kaki, rebahkan badan.

Di depan ada layar sentuh. Ada hiburan. Tinggal sentuh. Tapi, tak saya sentuh. Saya nonton bola dulu, Piala Dunia di HP. Saudi Arabia-Argentina. Saya dapat ujung pertandingan. Saudi menang. Hebat pula ya.

Kereta melaju kencang, seperti menikam perjalanan sejarah ekonomi pulau Jawa. Sepanjang jalan telah gelap, tapi di kiri kanan, terlihat rumah penduduk yang temaram oleh cahaya lampu listrik.