OJK Memberi Angin Segar Saat Beban Hidup Berat Akibat Pandemi

×

OJK Memberi Angin Segar Saat Beban Hidup Berat Akibat Pandemi

Bagikan berita
OJK Memberi Angin Segar Saat Beban Hidup Berat Akibat Pandemi
OJK Memberi Angin Segar Saat Beban Hidup Berat Akibat Pandemi

EriandiVera (37), seorang pengusaha jasa pelaminan dan salon di Kota Padang tak menyangka sama sekali kalau kondisi yang tak terduga datang begitu tiba-tiba. Bukan bencana alam atau konflik internal yang membuat usahanya nyaris gulung tikar. Namun, wabah yang secara tiba-tiba menyelimuti dunia dengan cepat berdampak drastis pada usahanya.

Omset yang biasanya bisa lebih dari Rp70 juta sebulan, nyaris kosong sama sekali dalam tiga bulan pertama covid-19 datang ke Indonesia. Orang-orang yang semula sudah mem-booking jasa pelaminannya, banyak yang membatalkan karena kebijakan ‘di rumah saja’ disusul PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Beberapa pasangan yang semula mem-booking paket lengkap, ada yang hanya menyewa pakaian untuk nikah.Ironisnya, satu bulan menjelang pandemi, ia baru saja menghabiskan dana simpanan untuk memperluas usahanya. Menambah sewa satu petak ruko dan membeli koleksi pakaian pengantin.

Tak hanya itu, ibu empat anak itu juga baru beberapa bulan mengambil kredit cicilan mobil mewah. Tak sedikit cicilan yang harus dibayar, karena ia mengambil tenor pendek.Selama tiga bulan itu, ia dan suami yang menekuni usaha sama, sempat bersandar pada bantuan orang tua. Keduanya bahkan sempat berniat untuk membuka usaha di tepi jalan demi asap dapur tetap mengepul. Untungnya, beberapa bulan pandemi berjalan membuat orang lebih banyak bermain di media sosial. Begitupun usaha pelaminan yang lebih banyak beralih di keindahan interior pernikahan yang instagrammable sesuai permintaan pelanggan untuk kemudian di-share di medsos.

Karena itu, berkat kreatifitas, pasangan itu mulai bangkit, mendesain interior pernikahan baik di rumah ataupun di hotel. Ditambah beberapa bulan terakhir seiring diperbolehkannya masyarakat mengadakan pesta perkawinan, usaha mereka kembali bergairah.“Meski tak sebanyak dulu, tapi lumayan untuk bayar cicilan dan biaya hidup keluarga,” ujarnya.

Sayangnya, angka covid-19 di Kota Padang yang belum menunjukkan penurunan signifikan membuat pemerintah kota setempat kembali melarang diadakannya pesta pernikahan terhitung 9 November 2020. Vera dan pengusaha pelaminan lainnya dipastikan kembali berkerut karena usaha yang terimbas langsung akibat corona.Ia yang semula tak berniat untuk merestrukturisasi cicilan kredit mobilnya, kini mulai mempertimbangkannya demi mengurangi beban hidup. “Entahlah, masih kami pertimbangkan,” katanya.

Vera hanya satu dari sekian banyak masyarakat Indonesia yang terdampak langsung akibat covid. Ada pengusaha foto kopi di lingkungan kampus yang tokonya berbulan-bulan tak buka karena kampus kosong akibat pembelajaran daring. Ada fotografer wedding, pengusaha biro travel dan banyak yang lain mengalami nasib hampir serupa.Perubahan Gaya Hidup dan Peluang

Tak salah pepatah orang tua-tua dulu, ‘Dimana ada usaha di situ ada jalan’. ‘Dimana ada kesulitan, di situ ada peluang’. Begitupun kesulitan ekonomi yang ditimbulkan akibat covid-19. Di satu sisi membuat banyak usaha mikro kecil dan menengah terhempas. Namun di sisi lain, ada peluang akibat perubahan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat.Masyarakat yang kebanyakan bekerja dari rumah kini semakin mengandalkan gadget untuk berbelanja. Tak perlu ke luar rumah jika tak ada keperluan mendesak.

Kehidupan warga di Villa Anggrek, sebuah kompleks perumahan di Kelurahan Koto Tangah, Kota Padang adalah salah satu contoh dimana terjadi perubahan gaya hidup akibat covid. Ibu-ibu yang usahanya bersama suami terdampak karena covid, kini lebih banyak beralih berjualan di rumah atau depan rumah. Untuk pemasarannya kebanyakan melalui medsos, terutama whatsapp. Pemesanan oleh pelanggan kebanyakan dilakukan melalui Cash on Delivery.Apa yang dilakukan ibu-ibu di kompleks itu, meski dalam lingkup sederhana, tapi sejalan dengan salah satu kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di tengah pandemi. Yaitu, digitalisasi UMKM sebagai upaya OJK untuk mendorong UMKM adaptif dalam merespons perubahan gaya hidup masyarakat dan proses bisnis.

Dengan tetap menggeliatnya UMKM, meski ekonomi terguncang, tapi bisa dilihat bahwa secara umum kondisi sektor keuangan di Indonesia masih cenderung stabil dan terjaga. Padahal, saat diumumkannya kondisi resesi yang dialami Indonesia oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang ditakutkan masyarakat adalah kondisi yang sama pada tahun 97 dan 98 akan kembali terjadi. Kondisi dimana sistem perbankan sempat ambruk, banyak kredit bermasalah, gejolak di pasar uang, dan kenaikan harga-harga sembako. Namun, berkat kesigapan pemerintah bersama OJK dan Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan, termasuk stimulus ekonomi, hal yang menakutkan itu sampai saat ini tidak terjadi.Kebijakan restrukturisasi kredit dan pembiayaan menjadi salah satu kebijakan yang sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung oleh pandemi covid-19. Restrukturisasi yang dilakukan OJK tak hanya menjadi angin segar bagi UMKM, tapi juga debitur yang beban hidupnya makin berat karena dampak covid-19.

“Seperti beban berat yang dibantu diangkat oleh pemerintah dengan adanya restrukturisasi ini,” ujar Indra (40), seorang karyawan swasta yang baru jalan dua tahun mengambil cicilan rumah BTN.Respons Cepat OJK Sejak Awal Pandemi

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini