Suami dari Yusmaniar ini juga menuturkan bahwa diawal menjadi mitra binaan CSR Semen Padang, dirinya mendapatkan pinjaman modal usaha sebesar Rp10 juta. Modal tersebut digunakannya untuk beli kayu dan kebutuhan lainnya seperti paku, termasuk menambah jumlah pekerja."Dari sini lah awal kesuksesan saya. Karena, berkat pinjaman modal usaha dari CSR semen Padang, usahanya terus berkembang. Bahkan, permintaan terhadap peti buah pun terus berdatangan dari berbagai daerah seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Medan dan Jakarta," ujarnya.
Namun sayangnya, sebut M. Jinis, di tengah permintaan tinggi yang tidak seimbang dengan jumlah produksi, dirinya tidak bisa berbuat banyak. "Ketika itu dalam sehari saya bisa produksi sampai 150 peti. Sementara permintaan sampai 300 peti," bebernya."Saya tidak bisa meningkatkan produksi karena keterbatasan modal, termasuk bahan baku seperti kayu, ditambah lagi jumlah jumlah pekerja hanya 5 orang, termasuk anak saya paling besar yang kini juga membuka usaha yang sama dengan saya. Lokasinya masih di Rambatan, Jorong Kinawai, Nagari Balimbiang," imbuh M. Jinis.
Barulah di tahun 2013, lanjut M Jinis, dirinya kembali mendapat pinjaman dari PT Semen Padang. Kali ini, jumlahnya Rp50 juta. Uang puluhan juta itu digunakannya untuk beli mesin potong kayu, menambah jumlah stok bahan baku, termasuk menambah jumlah pekerja."Alhamdulillah, sejak dapat pinjaman kedua dari CSR Semen Padang, rata-rata produksi peti buah mencapai 300 sehari. Untuk 1 peti buah dijual seharga Rp 13.000. Jadi, kalau dikalkulasikan, pendapatan sehari bisa mencapai Rp4 juta. itu masih pendapatan kotor," ujarnya.M. Jinis mengaku bangga bisa menjadi bagian dari UMKM binaan CSR Semen Padang. Karena, berkat binaan yang dilakukan CSR semen Padang, usaha peti buahnya bisa berkembang pesat. "Bahkan selain membuat peti buah, saya pun juga membuat kayu reng dengan berbagai ukuran," pungkasnya.(yose)