Tentang Parodi Polisi Fashion Week

Foto Harian Singgalang
×

Tentang Parodi Polisi Fashion Week

Bagikan opini

Di masa bersekolahPutri dan Andi kebetulan sama-sama tinggal di Makassar. Gaya parlente Andi dikenal di Makassar dengan istilah " Mabelloh" (flamboyan, arti kata bahasa Bugis ). Sejak dulu Makassar mengenal fenomena pria parlente. Bahkan pakaian dalamnya pun harus selalu bermerk dan harus baru.

" Laki-laki harus selalu membayangkan kena musibah atau kecelakaan di jalan. Nah! Pas di rumah sakit, misalnya dalam keadaan pingsan, dokter atau perawat yang membuka pakain kita tidak sampai menutup hidung," kata pelaku.Kisah dari true story pernah saya angkat dalam sebuah cerpen. Dulu. Empat puluh tahun lalu.

Bukan hanya lifestyle Andi dan Putri yang Netizen soroti. Juga perwira tinggi polisi lainnya, yang rata-rata berpenampilan wah. Mulai dari jam tangan kelas Patek Philippe hingga mobil Lexus LX 570 seharga Rp.3.3 M. Dari mana duitnya? Tanya seorang Netizen geram.Sejumlah Anggota Komisi III DPR RI juga menyoroti gaya hidup mewah personel Polri saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo Senayan, Rabu, (24/8) lalu.

Anggota Komisi III DPR Fraksi Gerindra Habiburokhman meminta Kapolri memberi perhatian terhadap fenomena itu. Habiburokhman lah yang mendorong masyarakat berperan aktif untuk melaporkan ke pihak berwajib, jika menemukan personel Polri bergaya hidup mewah.Aturan mencegah itu sudah ada, katanya."Tinggal ditegakkan, kalau ada yang melanggar diproses saja. Ada aduan dari masyarakat, misalnya kapolres di meja ada berkotak-kotak cerutu gaya hidupnya kayak tas hermes, herpes, apa kayak begitu lah," kata Habiburokhman.

Sebenarnya bukan hanya polisi, ada banyak golongan pejabat publik yang terpapar gaya hidup hedonis di Tanah Air. Tahun lalu, giliran anggota DPRD Tangerang yang bikin geger lantaran menggunakan baju seragam berbahan Louis Vuitton (LV) meski setelah ditelusuri bahan LV yang dipakai, kelas KW 3.Merujuk literatur, hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup manusia. Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM yang menjawab apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia. Diawali pertanyaan Socrates tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia.

Kodrat alamiahAristippos Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).

Menurut dia, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah.Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja—seperti Kaum Aristippos - melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.Kapitalisme kemudian mengakomodasi itu. Memproduksi simbol- simbol sosial tingkat pencapaian hidup sesuai persepsi para hedonis. Rumah mewah, supercar, privat jet, yacht, nomor mobil khusus satu angka ditambah tiga huruf yang bebas di jalan yang beraturan genap ganjil. Serta berbagai jenis benda yang menopang gaya hidup konsumtif lainnya.

Itulah demokrasi! Teringat ungkapan Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan dan urusan. Dari urusan pencalonan anak dan menantunya sebagai walikota, hingga urusan relawan berwacana Presiden 3 Periode yang direstuinya. Selalu menyebut kata demokrasi sebagai jimat atau kata kunci. Tidak ada yang menyangkal hak demokrasi seluruh warga negara Indonesia. Namun, merupakan persoalan besar dan rumit ketika ungkapan itu digunakan pejabat publik melindungi dirinya. Lalu menghadap-hadapkan ungkapan itu kepada rakyat yang membiayai gaji dan tunjangan-tunjangan mereka sampai ke anak dan istri.(*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini