Laki-laki Itu...

Foto Harian Singgalang
×

Laki-laki Itu...

Bagikan opini

Dan kemudian...laki- laki itu pun terbelenggu lalu dijebloskan ke Rumah Tahanan. Tuhan memberi kemulian kepada orang yang di kehedaki dan menghinakan orang yang di kehendaki. Laki- laki itu di vonis hukuman delapan tahun penjara, karena dia belum pernah dihukum sebelumnya, dia tak berbelit- belit, dia punya tanggung jawab keluarga, banyak jasa kepada negara dan banyak lagi hal yang meringankan hukumannya.Waktu pun berjalan. Laki-laki itu sudah hilang dari radar berita. Tak ada lagi media menyebut namanya. Hari harinya di jalani dengan sepi. Teman dan anak buah pun kini tak lagi datang. Tak ada kata setia. Yang ada hanyalah kepentingan.

Anak isterinya pun hanya sekali-sekali datang, makin lama makin jarang dan akhirnya tak pernah lagi menjenguknya. Konon isterinya yang masih cantik dan muda sudah kawin lagi dengan pengusaha kaya. Tapi, ada seorang perempuan yang tak pernah absen menjenguknya setiap minggu. Perempuan itu berkerudung, dari balik jilbabnya yang tipis, terlihat wajahnya masih muda dan cantik. Dia tak berkata ketika ditanya media. Dia selalu berlalu setelah selesai berkunjung.Hari berganti bulan, bulan pun berganti tahun. Kini sudah empat setengah tahun dia sudah berada disana, di balik tembok yang dingin. Sebagian rambutnya mulai berwarna putih, tapi pikirannya masih terang. Dia takluk dengan hukuman, dia panyangek siso api (tawon yang tersisa dari sarangnya yang terbakar), matanya masih tajam, bicaranya masih tegas, wibawanya tak surut, dia tak banyak bicara, orang jadi " ragu " menilainya. Dia jenderal di kesatuannya, kini pun dia masih jenderal diantara para warga binaan.

Satu November tahun 2026, pukul sepuluh pagi, di musim hujan yang basah, langit sejak subuh masih mendung. Matahari seperti malas- malasan bersinar, burung-burung pengembara belum tampak di langit, mungkin masih bercengkerama di sarangnya. Laki-laki itu terlihat keluar dari gerbang utama, pintu berbesi berderik dibuka lalu segera ditutup. Dia tak membawa apa apa, hanya kain yang melekat di badan. Di depan pintu itu, perempuan yg rutin menjenguknya selama hampir 5 tahun itu berdiri di hadapannya. Dia berkacamata hitam. Dan berhijab dengan baju yang longgar. Laki-laki itu tak sedikitpun menoleh ke belakang. Saat mata mereka bertemu, perempuan itu menghadiahkan ebuah senyum yang paling manis. Tampak sebagai pancaran jiwanya. Laki- laki itu pun menyahut dengan senyum tanpa bicara. Lalu mereka berpegang tangan menuju sebuah mobil yang menunggu. Tak ada yang tahu kemana mereka setelah itu, dan juga tak ada yang meliput peristiwa itu. Dunia memang begitu. Heboh di awal, sepi di ujung dan akan semakin sepi lagi setelah berpindah ke dunia lain.Sejak saat itu kabar tentang dia itu tak pernah lagi ada. Pemerintahan pun berganti. Orang-orang yang dulu bersamanya bertugas sudah pensiun. Generasi baru tumbuh, mereka tak tabu lagi dengan kisah laki-laki itu karena ribuan kisah baru, drama baru telah dipentaskan setelah itu. Laki- laki itu kini tinggal menjadi sebuah kisah yang menjadi sejarah kelam bagi dunia hukum tapi menjadi pahlawan bagi yang mencintainya, karena dunia tak pernah satu warna.

Jakarta 6 September 2022

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini