Ulama dan Tokoh Sumatera Barat

Foto Harian Singgalang
×

Ulama dan Tokoh Sumatera Barat

Bagikan opini

Tak sedikit intelektual Minang berkiprah dalam berbagai profesi, baik yang lahir di luar Sumatera Barat maupun di Sumatera Barat sendiri.Tapi, khususnya putra Minang yang lahir dan besar di rantau, kadang tak diketahui bahwa dia berasal dari Ranah Minang.

Minggu lalu, masjid Buncit Indah tempat kami menjadi jemaahnya mengundang Dr. Adi Warman yang terkenal itu. Sebelumnya saya tak tahu beliau berasal dari mana.Tapi, waktu ketemu saya di masjid itu, beliau langsung bertanya, “Baa kaba Pak?” Saya terkejut, lalu bertanya, “Ustad dari mana?” Dalam bahasa awak lalu beliau menjelaskan, “Urang gaek ambo namonyo Azwar Karim, dari Jao Padang Panjang.”

“Oh.., beliau pengacara ya,” kata saya.“Kok Bapak tau?” Tanya beliu. “Saya pernah mendengarnya,” jawab saya.

Sebelumnya, waktu Lebaran Haji lalu, yang berkhotbah di mesjid yang sama adalah Dr. Azmi, mubaligh tamatan Sudan.Saat ketemu saya, beliau langsung bersalam dan memeluk saya, lalu bercerita banyak hal. Rupanya beliau orang Padang dan punya isteri orang Sudan.

“Sakali-sakali ambo lai pulang juo,” kata ahli ekonomi syariah yang kini keahliannya dipakai oleh sebuah bank syariah nasional itu.Dari dua pengalaman kecil itu, menurut pandangan saya, kita tak perlu khawatir tentang semangat keluarga-keluarga Minang untuk menyekolahkan anaknya setinggi tingginya dan kemudian secara pribadi sukses dalam berbagai profesi.

Pertanyaan saya adalah, adakah peran pemerintah daerah dan DPRD serta organisasi- organisasi Masyarakat Minang yang semakin hari semakin banyak itu untuk memberikan dorongan atau stimulus bagi kemajuan putra putri Minang secara berkelanjutan?Dengan segala kerendahan hati, izinkan saya menyampaikan bahwa belasan tahun lalu, saat kami menjabat Gubenur Sumatera Barat, keluhan atau sorotanseperti yang disampaikan Pak JK, atau yang serupa dengan itu, juga sudah muncul. Merespon hal-hal itulah kemudian muncul istilah “Mambangkik Batang Tarandam” sebagai pengakuan tersirat atas terjadinya kemunduran, yang sebenarnya saya pribadi tak setuju dengan istilah itu.

Positifnya, lalu muncul berbagai gagasan bersama untuk memajukan sumber daya manusia melalui pendidikan.Maka Sumatera Barat membelikan asrama untuk mahasiwa kuliah di Kairo, Mesir, berupa gedung 5 lantai.

Sebagai pendorong, pemda memberikan beasiswa buat mahasiswa tahun pertama yang bersekolah agama di Mesir, karena tahun kedua biasanya mereka sudah dapat beasiswa di sana.Kita juga merehab berat asrama mahasiswa Sumbar di Yogya, membentuk Yayasan Pendidikan untuk beasiswa bagi anak anak Sumbar yang cerdas tapi miskin.

Dana beasiswa itu kita peroleh dari bantun PT Rajawali sebanyak 5 juta dolar Amerika. Konon karena uang itu tidak pernah dipakai, maka kini jumlahnya sudah lebih dari 80 milyar rupiah karena terus berbunga di Bank Nagari.Saat itu juga dibangun SMA unggul di tiga tempat di Sumatera Barat, dimulai dari SMA 1 Sumbar di Padang Panjang dengan konsep boarding school.

Alhamdulillah, menurut evaluasi Kementerian Diknas dan Ristek, SMA tersebut selalu masuk 50 terbaik nasional dan nomor satu di Sumbar.Selain itu, juga disediakan sejumlah dana tiap tahun untuk memberi beasiswa bagi dosen di Sumatera Barat yang mengambil program doktor dalam Program 1.000 Doktor dari Pemerintah Daerah.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini