Singgah ke Rumah Rasuna Said di Maninjau

Foto Harian Singgalang
×

Singgah ke Rumah Rasuna Said di Maninjau

Bagikan opini

Wanita yang namanya dijadikan nama jalan itu, adalah seorang orator ulung. Orang menyebutnya singa podium juga singa betina. Ia belajar berpidato dengan guru semasa kecilnya di Maninjau, Buya Udin Rahmani yang namanya juga jadi nama jalan di hampir setengah lingkaran danau sewaktu Gubernur Azwar Anas.Buya Udin Rahmani, menurut catatan Rudi di prokabar.com, lahir 5 Januari 1901 di Maninjau dan meninggal 18 Agustus 1982 di Panyinggahan, Maninjau. Menurut Am Sutan Marajo, benar, Buya tersebut adalah guru politik dan pidato Rasuna Said. Hal itu juga dibenar kan oleh Hawari Oerdin Rahmani, anak kandung sang guru.

Ia mengajar di Thawalib School dan Diniyyah School, Maninjau. Di Diniyyah inilah Rasuna belajar. Kemudian ia meneruskan pendidikannya ke Diniyyah Puteri Padang Panjang yang didirikan oleh Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah el Yunusiyyah. Di sini ada mata pelajaran muhadharah, yaitu pendidikan agar terampil berpidato. Maka kian mahirlah Rasuna. Jika sudah berdiri di mimbar, pendengar nyaris tak berkedip dan bergerak. Ia sangat piawai.Begitu bebas dari penjara Semarang, ia merantau ke Medan dan menjadi pemimpin redaksi Majalah Menara Poetri di sana. Sebagai seorang jurnalis, tulisannya setajam pidatonya. Ia satu dari sederetan jurnalis perempuan perempuan Minang yang piawai dan disegani.

Terakhir Rasuna menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.Riwayat Rasuna adalah kisah yang panjang. Melingkar di tubuh sejarah bangsa. Ciri khas Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah lilik Diniyyah-nya tak pernah lepas. Ia banyak ditiru bahkan ada lomba berpakaian ala Rasuna Said. Terakhir pada Rabu, 14 September 2022 Google Doodle menampilkan karikatur tokoh ini. Google menampilkan sosok Rasuna berkacama dilengkapi dengan mikrofon dan di belakangnya tampak banyak wajah perempuan di atas kertas lengkap dengan sebuah pena. 14 September adalah hari lahir Rasuna. Ia lahir pada tanggal yang sama 1910.

Saya selesai di Maninjau, tadi sewaktu datang, sebelum memasuki Bayur, saya kirim share location kepada novelis Fuadi, Negeri Lima Menara."Singgah ka Masjid Bayua, Pak," katanya. Ia asli Bayur. Dan memang saya singgah, shalat di sana. Sebelumnya saya santap siang menghabiskan banyak bakwan rinuak nan enak itu.

Sudah lewat pukul tiga, saya permisi pergi, mobil mendaki Kelok 44. Saya membawa beberapa catatan penting di buku, tentang Rasuna Said. Dalam hati saya berkata: Seorang pejuang takkan pernah tua dan tak pernah pergi di mata dan hati orang banyak. Bahkan waktu seolah berjanji memberi kabar baik padanya dari masa depan yang panjang. (*)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini