Dalam karya fiksinya, ia gemar mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Ini yang membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Ia rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua dan menelusuri pasar buku tua. Sebagai pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia kerap diundang berceramah teologi.Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.
Tena RuwangnaDi hari pemakamannya, selain keluarga dan kerabat dekat tampak puluhan wartawan dan insan film mengantar Remy Sylado (77) ke tempat peristirahatan terakhirnya, Selasa (13/12) siang di TPU Menteng Pulo, Jakarta Pusat dengan perasaan berkabung.
Nampak diantaranya, Renny Djayusman, Niniek L Karim, Widyawati, Efix Mulyadi, Firman Bintang, Yan Widjaya, Herman Wijaya, Frans Sartono,dan Benny Benke. Saat diminta keluarganya memberi sambutan atas nama wartawan dan insan teater dan film sahabatnya, saya mengungkapkan rasa berkabung yang mendalam karena kepergian mentor dan guru dalam dunia jurnalistik dan kesenian kami itu. Saya menyinggung juga keistimewaan Polyglot Remy serta beragam karya monumentalnya yang menjadi legacy yang tak ternilai.Saya menyesal tidak sempat melihat wajahnya terakhir kali. Di hari wafatnya sampai Selasa pagi saya suspect Covid 19. Setelah mengikuti serangkaian acara pernikahan putra putri kami -- Nona & Jack Omar -- hingga puncaknya Minggu (11/12) malam, saya Swab Antigen sendiri di rumah Senin (12/12). Hasilnya : positif ! Dua garis tegas terlihat di wadah penampang Test Antigen.Ya, ampun. Istri terkejut. Menantu bertanya merasakan gejala apa? Terus terang, gejala itu justru muncul karena shock melihat hasil swab. Merasakan tiba -tiba tidak enak badan.
Setelah menunggu beberapa saat, saya mengulang test Swab Antigen kembali. Istri pun test seraya mulai membahas bagaimana menjalani isolasi mandiri hari itu. Hasil test yang kedua, Allahu Akbar, ternyata negatif. Hanya ada satu garis di wadah penampang. Istri juga. Namun untuk lebih memastikan, kami lanjutkan test Swab PCR malam itu juga. Diikuti seluruh keluarga.Termasuk sang pengantin.Selasa pukul 8 pagi dapat kabar baik. Hasil Swab PCR semalam, NEGATIF. Alhamdulillah. Ini agaknya fenomena terbaru pandemi. Test- test Covid19 apapun harus selalu dobel cek. Segera saya rekan wartawan senior Marah Sakti Siregar yang juga sahabat mendiang untuk bersama-sama mengantarkan jenazah Remy Sylado ke tempat peristirahatannya yang terakhir.Seorang wartawan mencegat saya seusai pemakaman. Ia bertanya tentang kelebihan Remy. Saya jawab singkat dalam bahasa Makassar, yang slangnya disukai mendiang. Yaitu : Tena Ruwangna! Tidak ada duanya. Sulit dicari tandingannya, dan mestinya memang tidak usah " dibanding-bandingke".Matinya pun gagah. Detik -detik menjelang wafat Remy minta dibuatkan secangkir kopi susu. Selesai menyeruput secangkir minuman kegemarannya itu, Remy pun "pamit" : ia menutup mata selamanya.
Selamat jalan Serre Battang!