Tampaknya petugas ini belum mengetahui sejak tahun lalu di bandara Indonesia sudah tidak ada lagi pemeriksaan itu bagi perjalanan luar negeri. Saya menurut saja, meski pengecekan itu memakan waktu cukup lama.Berbeda dengan informasi yang saya peroleh sebelumnya. Jika meninggalkan Amerika, bahkan check in di Imigrasi pun tidak ada. Di bandara John F Kennedy, New York, hanya ada satu pemeriksaan. Yaitu barang bawaan dan pemeriksaan metal detector untuk penumpang.
" Jika Anda tidak membawa senjata, narkoba, atau benda- benda berbahaya, Anda akan bisa melenggang tenang," kata Raymond yang mengantar kami ke bandara.Tapi, tidak semuanya benar. Nyatanya, masih ada petugas security yang lebay.Saya berhadapan dengan petugas security seperti itu. Malam itu di bandara JFK. Padahal, saya
sudah terdeteksi aman setelah melewati metal detector. Tapi masih disuruh menunggu untuk pemeriksaan manual selanjutnya. Petugas memeriksa seluruh badan saya, entah mau cari apa. Seluruh badan saya diraba pula. Saya mulai cemas. Jangan - jangan ini modus petugas. Telapak tangan saya diperiksa. Diraba garis-garisnya. Ujung tangan sweater ditelisik satu persatu benang jahitan. Seluruh lekukan celana saya juga. Saya sempat geram dan menepuk tangannya.Tidak puas dengan pemeriksaan manual, dia lanjutkan lagi dengan alat peraba menggunakan sarung tangan warna ungu yang digosokkan ke seluruh tangan saya. Yang terakhir ini saya merasa ini pemeriksaan random. Setelah check di layar komputer, tidak ada hal yang mencurigakan. Petugas itu pun akhirnya menyilahkan saya jalan.
Pemeriksaan itu berlangsung 10 menit. Istri saya yang menyaksikan amat cemas, apalagi waktu boarding sudah mepet. Takut ada apa-apa. " Mungkin dia sangka saya teroris atau bagian dari jaringan narkoba," kata saya pada istri.Kembali ke urusan pandemi. Di pesawat dalam penerbangan New York - Doha (transit untuk ganti pesawat ke Jakarta), hanya crew cabin pesawat yang mengenakan masker. Semua penumpang bebas tanpa masker. Tapi waktu boarding di Doha menuju Jakarta petugas pesawat Qatar, mengingatkan mengenakan masker.Beruntung saja saya masih menyimpan masker di dalam tas selempang. Namun, di dalam pesawat hanya cabin crew yang mengenakan, sedangkan semua penumpang bebas tanpa masker.Sehingga dalam cahaya remang pesawat, saya mudah mengenali wajah Hamid Awaluddin yang melewati tempat duduk saya ketika ke restroom satu jam sebelum mendarat di Cengkareng. Mantan Menkumham itu bersama keluarga baru pulang dari Los Angeles dan juga transit di Doha dan satu pesawat tujuan Jakarta.(**)