International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) dan “Politik Sastra” Denny J.A.

Foto Harian Singgalang
×

International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) dan “Politik Sastra” Denny J.A.

Bagikan opini

Bagi Denny J.A. sendiri posisi Sumatera Barat (Minangkabau) sangatlah vital dan strategis. Realitas sejarah menunjukkan bahwa Minangkabau adalah Rahim lahirnya sastrawan-sastrawan hebat Indonesia. Hampir 1/3 dari 33 Tokoh Sastra Indonesia berpengaruh versi “Sastrawan Binaan Denny J.A.” berasal (beretnis) Minangkabau. Ketika pengakuan terhadap kebegawanan Denny J.A. dalam dunia Sastra Indonesia sudah diafirmasi oleh orang Minang/masyarakat Sumatera Barat maka itu menjadi sebuah pengakuan yang teramat bernilai dan berharga di tengah komunitas-komunitas sastra di daerah-daerah lain yang terus berupaya untuk menegasikan kiprahnya.Hal inilah yang seharusnya dibaca secara lebih dalam dan cerdas dengan kemampuan literasi Minangkabau yang mampu melihat “Nan Tasirek” dan “Nan Tasuruak” dari rekam jejak dan sepak terjang Denny J.A. yang ingin telah membangun pengakuan kesastrawanannya dengan modal kapital dan diplomasi uang bukan lewat jalur-jalur “normal” yang selama ini ditempuh oleh sastrawan-sastrawan besar di Indonesia.

Mengutip Puthut EA, seorang penulis prolifik yang menggawangi Mojok.co, fenomena Denny J.A. sebenarnya adalah imbas dari sakitnya situasi literasi dan kebudayaan di Indonesia. Yang juga sangat kentara dan secara kasat mata dipertontonkan oleh berbagai komunitas dan pemilik otoritas adat. Sudah lazim terjadi dimana banyak orang-orang yang memiliki uang dan jabatan diberikan gelar adat oleh komunitas-komunitas suku di Indonesia. Denny J.A. dengan cerdas memanfaatkan “keterjepitan” finansial kebanyakan para sastrawan, budayawan dan penulis di Indonesia dengan semboyan “Literasi untuk Kesejahteraan” atau “Kapitalisasi Sastra”.Sekarang berpulang kepada orang Minang dan masyarakat Minangkabau sendiri. Apakah mereka mau bersikap kritis terhadap penetrasi Politik Sastra Denny J.A. sebagaimana yang telat ditunjukkan oleh kawan-kawan di Jawa Barat dan Yogyakarta atau mau bersikap pragmatis saja dengan dalih jika kehadiran Denny J.A. malah bisa menguntungkan dari sisi finansial kenapa harus ditolak kehadirannya?

Mudah-mudahan para komunitas sastrawan, budayawan dan penulis di Sumatera Barat (Minangkabau) bisa menerapkan filosofi Literasi Minangkabau yang menganut landasan epistemologis “Alam Takambang Jadikan Guru” yang mampu membaca dengan kritis “Nan Tasirek” dan “Nan Tasuruak” (hidden agenda).Penulis adalah: Putra Pariaman, Dosen Ilmu Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, Alumni MA Publishing Media Oxford Brookes University UK

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini