Bundo Kanduang atau Bundo Kangkuang?

Foto Harian Singgalang
×

Bundo Kanduang atau Bundo Kangkuang?

Bagikan opini

 Apa Yang Harus Dilakukan?

Tulisan ini dibuat sama sekali bukan dengan niat jahat yang bertujuan untuk menjelek-jelekkan pribadi atau kelompok-kelompok tertentu. Tapi ia didasari dengan niat baik, untuk menyadarkan, agar budaya kita tetap lestari, agar anak cucu generasi kita yang akan datang tetap mewarisi prinsip-prinsip adat budayanya secara utuh. Walaupun untuk hal-hal tertentu akan ada penyesuaian yang wajar sesuai dengan tuntutan zaman.Dari hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa kekeliruan-kekeliruan yang terjadi dalam berbagai hal terkait pelaksanaan/pengamalan/praktek adat budaya Minangkabau hari ini, seyogianya bukanlah kesalahan kita. Tapi ada tangan-tangan tersembunyi yang memang menginginkan suku-suku kaum/etnik di Indonesia atau di negeri Melayu/Islam, terutama Minangkabau ini, agar para generasinya berjarak dengan sejarahnya, dengan budayanya dan dengan bahasanya. Artinya dalam hal ini, para padusi Minangkabau yang hanyut ini, yang tidak paham dengan prinsip dan adat budaya terkait sosok dan peranan Bundo kanduang ini, sebenarnya adalah “korban”, yakni korban pembodohan tangan-tangan tersembunyi itu.

Lantas apa yang harus dilakukan agar para padusi Bundo Kanduang ini tidak menjadi bundo kangkuang? Pertama, mereka harus menyadari bahwa menjalankan adat budaya itu ada ilmunya, harus berguru dan ada yang menunjuk-ajar. Kedua, setiap organisasi-organisasi Minangkabau yang ada, baik di ranah maupun (terutama) di tanah rantau, sebaiknya mempunyai penasehat sosio budaya terdiri dari orang-orang yang memang pakar/paham dalam hal itu. Kalau tidak punya pakar, adakan kelas budaya secara berkala, hadirkan guru-guru yang sesuai, hal ini sebagai langkah pembekalan kepada para anggota agar tidak lagi salah kaprah dan berbuat seenaknya.Anak-anak Minangkabau dari ranah yang akan merantau, mencari kerja, atau untuk berusaha, atau merantau untuk menuntut ilmu, sudah selayaknya dibekali dengan pengetahuan jati diri, agar jati dirinya sebagai anak Minangkabau tidak luntur dan hilang. Agar nanti di tanah rantau mereka tidak tergadai atau hanyut dengan budaya orang lain. Dengan demikian, mereka perlu mempelajari sejarah, budaya Minangkabau serta manfaat bahasa Minangkabau. Ketiga-tiga unsur ini merupakan dasar/pondasi dalam membangun jati diri suku kaum/etnik atau suatu bangsa.

Seiring dengan sudah berlakunya Undang-undang (UU) Sumatera Barat NO. 17, tahun 2022, maka pemerintah (terutama pemerintah daerah Kota dan Kabupaten) sangat perlu untuk kembali menghadirkan pelajaran bermuatan lokal: Budaya Alam Minangkabau (BAM) untuk SD dan SMP, sebagai dasar pengetahuan dan pemahaman terhadap prinsip-prinsip Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) yang merupakan dasar jati diri Minangkabau. Serta mengajarkan ABS-SBK itu sendiri di tingkat SMA. Terima kasih, semoga bermanfaat!(DAD, Lundang, Panampuang 21/06/23).

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini