Demo Stretching Ala Dahlan Iskan di atas Ferry Batam - Singapore 

Foto Harian Singgalang
×

Demo Stretching Ala Dahlan Iskan di atas Ferry Batam - Singapore 

Bagikan opini

Kita berharap Kongres PWI tahun ini para kandidat akan saling menjaga dan mengawasi supaya semua pihak berlaku jujur dan fair. Tidak satu pun di antara mereka yang berlaku curang. Tidak ikut-ikutan praktek politikus busuk kita yang merintangi jalan kompetitornya dengan bikin aturan perintang, menghalalkan segala cara. Apa kata dunia kalau hal demikian terjadi di dalam lingkup kehidupan wartawan. Apalagi mempraktekkan politik uang dengan "menggadaikan" seluruh kepala kawan-kawan sendiri untuk kepentingan penaja ( sponsor).Traveling ke Singapura bagian dari rangkaian acara sosialisasi Kode Etik Jurnalistik dan Kode Perilaku Wartawan PWI yang diselenggarakan PWI Riau.

Acara itu menarik karena diselenggarakan menjelang kongres, berkorelasi kuat dengan tema Kongres PWI yang bersiap menjawab tantangan dunia pers di masa depan. Acara berlangsung dua hari di dua tempat. Boleh juga disebut di dua negara. Hari pertama, pembukaan, Selasa (1/8) di Hotel Batam City Hotel, Batam, sedangkan hari kedua di Kedutaan Besar Republik Indonesia ( KBRI) di Singapura.Hari pertama, saya, Dahlan Iskan, Tria Agung Kristianto dari Dewan Pers, serta Firdaus Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) tampil sebagai pembicara. Sedangkan di KBRI Singapura Dubes Singapura Suryopratomo sebagai pembicara tunggal. Tommy, panggilan akrab adalah wartawan senior, mantan pemred Harian Kompas, pernah tiga periode menjadi anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat. Tommy khatam urusan KEJ dan KPW.

Maka, siang itu Tommy pun kembali menekankan pentingnya wartawan mematuhi peraturan perundang undangan, khususnya uu di bidang pers, menaati kode etik jurnalistik dan kode perilaku wartawan." Wartawan profesional menempatkan ketaatan pada KEJ dan KPW itu sebagai pertaruhan martabatnya,”kata Tommy. Tommy menyinggung kegiatan Pemilu Presiden Singapura yang akan berlangsung 13 September yang akan datang.

Mei lalu Presiden Singapura, Halimah Yacob, telah mengumumkan dia tidak akan mencalonkan diri kembali di pilpres Singapura 2023 yang mulai tahun ini terbuka untuk calon dari semua ras. Berbeda dengan pemilihan umum pada 2017 di mana hanya anggota komunitas Melayu yang diizinkan ikut serta.Terkait dengan Pilpres itu masyarakat media pun diingatkan menaati aturan dan etika. Menurut Tommy, otoritas Pengembangan Media Info-komunikasi (IMDA) punya aturan rinci di bidang media. IMDA berwenang untuk mengeluarkan, dan dari waktu ke waktu, meninjau kode praktik yang berkaitan dengan standar program dan iklan yang sangat detil.

Program televisi dan radio, khususnya produksi lokal, mendapatkan perhatian karena dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat. Kode Konten untuk Layanan Televisi Linear Transmisi Terkelola Nasional ("Kode") ini berupaya memastikan program pada layanan tersebut yang ditawarkan oleh penyedia layanan yang dilisensikan berdasarkan Undang-Undang Penyiaran (Cap. 28). Tidak bertentangan dengan kepentingan atau ketertiban umum, atau harmoni nasional, atau menyinggung selera dan kesopanan. Berdasarkan UU Penyiaran (Cap. 28) IMDA punya kewenangan juga untuk menjatuhkan sanksi, termasuk pengenaan sanksi keuangan, pada setiap penyedia layanan yang melanggar kode aturan.Oleh sebab itu diramalkan Pilpres Singapura akan berlangsung sejuk, selain karena aturannya ketat, juga didukung etika dan moralitas tinggi pemangku kepentingan.

"Saya telah mencoba yang terbaik untuk memenuhinya. Tujuan saya adalah membantu menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan berbelas kasih. Saya berterima kasih kepada semua warga Singapura atas kepercayaan, pengertian, dan kebaikan mereka selama masa jabatan saya, dan kepada banyak komunitas, organisasi sosial dan bisnis, yang telah menginspirasi saya dengan keyakinan dan antusiasme mereka untuk membangun Singapura yang lebih baik, " papar Halimah ketika mengumumkan ketidaksediannya untuk maju, tiga bulan lalu.Keputusan Presiden Halimah Yacob itu menunjukkan standar moral yang tinggi seorang politikus. Padahal, dia berpeluang cukup besar untuk maju. Halimah cukup berhasil. Namun dia lebih memilih berkontribusi besar pada pelaksanaan Pilpres yang damai dan tentram. Sikap tahu diri Halimah bisa menjadi contoh bagi petahana di mana pun dan dalam kontestasi bidang apapun.

Akan berfungsi sebagai salah satu metode stretching otot dan syahwat politik. Semoga itu bisa diwujudkan di Indonesia. (***)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini