Memang tak mudah pula baginya meraih penghargaan ini, karena selepas mengajukan proposal pada 2015 dan 2016, penghargaan baru diraih pada tahun 2017. Apapun itu, dia tetap merasa bersyukur dan ini menjadi motivasi untuk terus mengembangkan Desa Nyarai menjadi semakin maju dan berkembang. “Pemberdayaan sudah jalan, ke depan tentu kita harapkan untuk peningkatan profit (pendapatan), sehingga ekowisata di Nyarai tetap berjalan dengan baik dan makin maju,” ujarnya.Apalagi, mereka juga membutuhkan biaya tak sedikit untuk melakukan perawatan pada peralatan yang dibutuhkan. Tentu, supaya, pengunjung, aman, nyaman dan selamat menikmati wisatawan alam nan indah yang telah mereka gerakan bersama.
Sementara itu, salah seorang Pemandu Wisata Nyarai, Jendri Irwan yang dihubungi terpisah mengaku senang Ritno berhasil mengajak banyak warga setempat meninggalkan kebiasaan menebang kayu di Hutan Gamaran. “Ritno itu hebat,” pujinya.Pria 30 tahunan ini sejak awal terlibat di Desa Nyarai. Dulu sebelumnya, dia juga menjadi salah seorang penebang kayu. Namun, sejak Ritno menggerakkan warga mengelola ekowisata di sana, dia juga terlibat menjadi salah satu pemandu. “Saya senang bisa terlibat. Sekarang hutan terjaga dengan baik,” sebutnya lagi.Laki-laki yang akrab disapa dengan sebutan Ijen ini mengakui, penghasilannya sebagai pemandu wisata jauh lebih sedikit dibandingkan menebang kayu. Tapi, dia lebih nyaman bekerja sebagai pemandu dibandingkan menjadi penebang kayu. “Kalau penghasilan lebih besar menebang kayu, tapi kalau ketenangan hati, lebih suka jadi pemandu wisata,” ujarnya serius.Dia berharap Kawasan Ekowisata Nyarai terus berkembang dan minat wisawatan terus meningkat, sehingga mereka sebagai pemandu tetap mendapatkan penghasilan dari kunjungan wisatawan yang datang ke sana. Semoga. (yuniar)
