Oleh Shofwan Karim“Mengawali hari kedua kunjungan resmi di Filipina, saya bertemu Presiden Ferdinand Marcos Jr, Rabu, 10 Januari 2024 di Istana Malacañang, Manila. Upacara penyambutan resmi digelar, dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara kedua negara.
Filipina merupakan negara pertama yang saya kunjungi tahun ini. Ini merupakan kunjungan penting bagi Indonesia, untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomasi, dan memperkuat kerja sama kedua negara.Saya sangat berterima kasih atas sambutan hangat Presiden Marcos Jr dengan seluruh delegasi. Indonesia menyambut baik dan mengapresiasi dukungan Filipina untuk Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun lalu.” ( X @Jokowi https://twitter.com/jokowi/status/1745041673888141750)
Di dalam YouTube Sekretariat Presiden secara singkat sudah disampaikan bahwa kunjungan ke Filipina adalah awal kunjungan kepada dua negara berikutnya Vietnam dan Brunai Darussalam.Kunjungan-kunjungan itu adalah kali kedua setelah lebih 5 tahun lalu. Sebaliknya Kepala Negara, Presiden serta Perdana Menteri dari 3 negara tadi sudah berkali-kali ke Indonesia.
Dikatakan kunjungan itu untuk memperingati 75 tahun persahabatan Indonesia Filipina, di samping menghargai pembelian alutsista Indonesia oleh Filipina dan investasi Indonesia di Filipina.Begitu pula ke Vietnam untuk meningkatklan kerja sama kedua negara, dan mitra strategis ekonomi, perdagangan serta produksi.
Untuk Brunei adalah memenui undangan khusus Sultan Hasanul Bolkiah untuki perkawinan putranya Pangeran Matin. Di samping itu juga pertemuan bilateral dengan para pengusaha. Kunjungan ke 3 negara ini disertai rombongan terbatas.Bertepatan dengan kunjungan ke Filpina adalah HUT PDIP ke 51. Kali ini buncah. Sebabnya bagi kalangan tertentu tidak hadirnya Jokowi dalam peringatan tahunan PDIP itu mengandung persoalan. Paling tida, ada beberapa yang mencuat di media.
Diantaranya (1) agenda Jokowi sudah ditentukan sebelumnya; (2) undangan belum diterima (3) undangan telah disampaikan; (4) dapat dipahami (5) PDIP menjadi partai besar bukan karena presiden dan elit tetapi tergantung kepada wong cilik, kepada rakyat akar rumput.Situasi belakangan tadi ditafsirkan kalangan tertentu bahwa relasi Jokowi dengan Megawati dianggap agak dingin. padahal 2 tahun lalu mood-nya (suasana-batinnya) sejuk dan seakan memuji.
"Ketika Presiden Jokowi dengan susah payah bekerja keras mengatasi pandemi Covid-19, masih saja tarik-menarik kepentingan terjadi. Banyak yang tidak menduga betapa bahayanya Covid-19 dengan berbagai variannya," kata Megawati, dalam pidatonya, pada 10 Januari 2022 seperti dikutip tempo.com (10/1/2024).Di dalam pemahaman umum, dapat ditafsirkan bahwa relasi Jokowi-Megawati yang dulu tempratur-suhunya seperti musim semi, landscape-nya penuh bunga kini berada di peralihan ke musim panas atau melompat ke musim gugur. Kering atau dedaunan berguguran.Akan tetapi ada penafsiran ulang yang lebih menyejukkan atau biasa saja. Bahwa keadaan yang dipandang musim dan suhu-tempratur berganti, hanya sementara.Keadaan kini sudah menjadi biasa untuk setiap 5 tahun sekali menghadapi masa peralihan kepemimpinan nasional demokratis.
Pemilu adalah masa transisi yang wajar dalam relasi para pemimpin paling atas. Meski yang bertarung 3 pasangan Capres-Cawapres, tetapi mata hati elit bukannya hanya kepada Anis-Imin; Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud, tetapi kepada yang paling atas.Merela adalah Surya Paloh; Jokowi dan Megawati. Ketiga pemimpin tertinggi Partai dan Negara inilah angin sebenarnya berputar. Merekalah yang secara batiniah merupakan patron-utama pe ngusung dan pendukung urat tunggang dan sekalian pucuk tertinggi No. 1, 2 dan 3. Apa pun nama koalisinya.
Maka itu Puan Maharani mengatakan bahwa nanti kita lihat setelah 14 Februari 2024. Kira-kira tafsiran umum mengatakan relasi Jokowi-Megawati akan baik-baik saja, siapapun yang menang.Dan seperti Pemilu 2019, mereka semua akan bersalaman lagi. Ingat waktu tinggal lebih kurang 30-an hari lagi. Wa Allhu a’lam bi al-shawab.