Oleh Fatridha Yansen, M.SiDosen Prodi Farmasi, Universitas Sumatera Barat
Makanan berlemak memang memiliki pesonanya tersendiri. Selain memiliki rasa enak, makanan berlemak juga menjadikan makanan terasa lebih gurih dan juicy sehingga membuat kita ingin menyantapnya berulang kali. Dan, sudah menjadi rahasia umum jikalau makanan berlemak ini dapat meningkat risiko terjadinya obesitas, hipertensi dan dan penyumbatan pembuluh darah. Walaupun demikian, masyarakat masih tetap mengkonsumsi makanan ini secara rutin, dan hadir dalam menu harian, khususnya masyarakat Minang.Sebenarnya tidak semua makanan berlemak berdampak buruk bagi kesehatan. Jenis lemak yang dapat meningkatkan kolesterol dan meningkatkan risiko penyakit jantung adalah lemak jenuh. Kolesterol sendiri, sebetulnya memiliki peranan yang krusial dalam tubuh manusia karena merupakan komponen penting dari membrane sel dan sebagai substrat untuk asam empedu, vitamin D, dan hormon steroid.
Kolesterol dalam darah dibawa dalam bentuk LDL (Low-density lipoprotein) dan HDL(high-density lipoprotein). LDL biasa dikenal sebagai “lemak jahat” dan HDL dikenal sebagai “lemak baik”. Berbagai kajian ilmiah telah membuktikan bahwa kadar kolesterol yang tinggi dalam plasma darah dapat memicu berbagai penyakit yang serius seperti atherosclerotic cardiovascular dan stroke. Tingginya kadar kolesterol dalam darah ini salah satunya dapat berasal dari penguraian makanan yang dikonsumsi.Nah, bagaimana tetap bisa menjaga kesehatan dalam artian menjaga stabilitas kolesterol tubuh tapi juga tetap bisa sesekali menikmati makanan berlemak? Mengkonsumsi obat kolesterol setiap kali menyantap makanan tinggi lemak tidak disarankan. Statin adalah obat “terkenal” yang membantu penderita hiperkolesterolemia menurunkan kadar kolesterol. Namun penggunaan obat ini secara rutin diasumsikan dengan Statin-associated muscular symptoms (SAMS), ditandai dengan efek samping yang paling umum yaitu kelelahan, ketidaknyamanan, nyeri otot dan kejang. Sehingga jargon berupa “back to nature” dirasa tepat untuk kasus ini. Mengkonsumsi makanan mengandung unsur penghambat kolesterol (cholesterol inhibitory constituents) baru-baru ini dianggap sebagai metode penurun lipid tambahan yang menguntungkan.Rempah-rempah dapat dijadikan sebagai sumber cholesterol inhibitory constituent ini. Rempah-rempah termasuk pada golongan MAPs, Medicinal and Aromatic Plants, atau tanaman obat-obatan dan aromatic, mampu menyediakan “pengobatan” pada manusia dalam hal mencegah penyakit, menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Di Sumatera Barat, rempah-rempah dan herbal biasa digunakan sebagai bumbu berbagai masakan, seperti rendang, baga, gulai dan lain-lain. Namun, karena rempah dan herbal ini mengandung senyawa bioaktif, maka dapat digunakan sebagai anti-kolesterolBeberapa penelitian ilmiah terdahulu membuktikan bahwa bawang putih mampu secara signifikan menurunkan kadar kolesterol pada darah dan hati mencit. Hal ini dikarenakan kandungan bioaktif, quercetin, yang terkandung pada bawang putih. Selain itu, kunyit yang mengandung senyawa bioaktif berupa curcumin, juga dilaporkan mampu menurunkan kolesterol LDL pada pasien dengan risiko kardiovaskular. Kayu manis dengan kandungan bioaktif cinnamaldehyde yang tinggi terbukti meningkatkan kadar kolesterol HDL dan mengurangi kadar gula darah dan berat badan mencit. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa senyawa bioaktif quercetin, curcumin, dan 6-Gingerol yang masing-masing berasal dari bawang putih, kunyit dan jahe merupakan senyawa potensial untuk menghambat penyerapan kolesterol di dalam usus halus. Berdasarkan teknik molecular docking, tiga senyawa tersebut diketahui memiliki interaksi yang paling kuat dengan the Niemann-Pick type C1-like 1 (NPC1L1), suatu protein reseptor yang bertanggung jawab dalam penyerapan kolesterol di usus.
Agar mudah dan efektif untuk dikonsumsi secara teratur, maka sebaiknya rempah-rempah ini dibuat dalam bentuk simplisia kering sehingga memiliki daya tahan lebih lama tanpa mengurangi kualitas kandungan bioaktif. Simplisia kering dapat dibuat dengan cara mencuci bersih rempah dan herbal, kemudian dirajang dan diangin-anginkan (tidak dibawah sinar matahari langsung) hingga benar-benar kering. Simplisia kering ini dapat dihaluskan untuk memperluas luas permukaan reaksi sehingga ekstraksi senyawa bioaktif dalam simplisia dapat ditarik optimal. Simplisia yang sudah jadi, simpan di wadah tertutup dan kedap udara. Sediaan serbuk rempah ini dapat diseduh setiap pagi dan malam dengan air panas. Kesehatan terjaga dan no ribet-ribet club. (***)