Akan tetapi, aspek nominal kuantitatif warga dan pengikut sejauh yang dapat maksimal dijangkau mestinya penting untuk menjadi perhatian dan agenda gerakan.Apalagi, kata Haedar Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, yang meniscayakan dukungan warga masyarakat seluas mungkin dari berbagai lingkungan dan komponen sosial yang beragam.
Jika jumlah anggota dan warga masyarakat yang merasa menjadi bagian dan terafiliasi kepada Muhammadiyah semakin banyak dan luas, maka gerakan dakwah dan tajdid yang mencerahkan semesta sebagai ikon Muhammadiyah pun akan semakin signifikan.Di sinilah kaitan konten, proses, pendekatan, cara, dan relasi dakwah Muhammadiyah dengan berbagai segmen sosial warga masyarakat penting dibangun dan dikembangkan secara lebih tepat sasaran.
Di antaranya seakan Haedar mengatakan bahwa dakwah kultural di tengah umat dan bangsa di dalam berbagai aspek kehidupan haruslah ditata dalam kesejukan, mencerahkan, membahagiakan serta moderat dalam berfikir meski tetap harus disiplin dalam ibadah, shahih dan valid dalam bertindak.Pendekatan kultural tidak harus hanyut dan selalu dikaitkan dengan halal, haram, syah, batal, kafir, munafik atau jargon lain, kalau bukan kita, yang lain salah semua.
Maka dakwah kultural adalah dakwah yang membuat keber-Islaman lemah menjadi kuat, yang cair menjadi kental dalam kebersamaan dan toleransi. Bukan sebaliknya yang lemah harus dicaci yang membuat mereka menjauh. Yang niscaya itu adalah dakwah merangkul bukan memukul. Mengajak, bukan menolak. Melapangkan, bukan mempersempit. Menggembirakan, bukan bikin gaduh. **