Ramainya pasar tersebut juga didukung oleh ukurannya yang besar. Lokasi pasar berada pada sebuah lapangan yang luas. Di pasar itu ada 16 buah los (lodsen) yang diberi atap yang melindungi para saudagar dari sengatan panas atau guyuran hujan. Namun, karena ramainya penggelas, maka banyak dari mereka yang tidak bisa berjualan dalam los, sehingga mesti berpanas-panas bila matahari bersinar terik atau kena hujan bila alam lagi tidak bersahabat.Pasar Payakumbuh juga ditata dengan penataan yang bagus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bagian yang khusus tempat orang menjual tembakau, kain, ayam, itik, balam, ikan, sapi, kerbau dan bahkan kuda. Juga ada bagian tempat orang menjual berbagai barang kebutuhan yang terbuat dari kaleng, tembikar, besi, kaca (pecah belah). Dan ada juga bagian di mana orang bisa membeli berbagai jenis makanan (kuliner).
Pasar Payakumbuh tidak hanya ramai pada hari pekan, tetapi juga hari-hari biasa. Para ‘petualang’ yang menuju Negeri Timur atau kembali dari sana bisa berbelanja setiap waktu di pasar ini.Hal menarik lain yang diinformasikan terkait pasar-pasar Fort de Kock, Payakumbuh , Padang Panjang dan Batusangkar adalah pengunjungnya yang memakai pakaian yang terbaik yang mereka miliki. Hampir semua pengunjung pasar, terutama kaum perempuan, memakai pakai yang indah, dengan aksesori yang menarik, memakai perhiasan emas dan perak. Warna pakaian mereka ‘colourful’.
Sajian lain yang disampaikan adalah bahwa jual beli dilakukan dengan cara tradisional, dengan tawar-menawar. Tawar-menawar diakhiri dengan kesepakatan ‘harga yang wajar’. Tidak boleh ada pemerasan oleh para pedagang kepada pembeli. Ada ‘opas pasar’ yang dikatakan ikut menjaga agar jual beli berlangsung dengan wajar.‘Opas pasar’ juga berperan untuk menjaga pasar agar aman dari kejahatan, seperti copet. ‘Memori Serah Terima Jabatan’ (Memorie van Overgave) sejumlah pejabat di Fort de Kock (Oud Agam) atau Payakumbuh (L Kota) memang tidak menyebut adanya tindak kriminalitas di pasar. Kalau ada keributan, biasanya terjadi di gelanggang aduan balam/ayam.
Wisatawan (mancanegara) yang berkunjung ke pasar umumnya hanya melakukan ‘sightseeing’ semata. Seorang wisatawan yang menulis di surat kabar Sumatera Bode mengatakan bahwa dia sangat puas (senang) melihat pasar-pasar Sumatra’s Westkust yang ramai, hidup dan berwarna-warni. Dan mengatakan kalau ada kesempatan, dia ingin berkunjung lagi.