Patokan uang sesungguhnya adalah emas. Jual-beli, pegang-gadai sawah dan ladang di Sumbar, senantiasa berpatokan emas, meski ada yang tidak. Jika pada 1984 harga satu emas (2,5 gram) Rp30 ribu, maka sekarang atau 40 tahun kemudian, Rp2.825.000/emas atau naik hampir 1000 persen.Tidak relevan membandingkan 1984 dengan 2024, tapi perlu. Nilai rupiah kian tahun, semakin melemah terhadap emas dan dolar. Pada Rabu (3/4) nilai dolar Amerika mendekati Rp16 ribu, terrendah dalam 4 tahun.
Pada 2023, harga emas berkisar Rp2,4 juta. Pada 1982/1983 harga satu emas itu, Rp17.500 pada 1985 menjadi Rp60 ribu. Pada 1987 naik ke posisi Rp125 ribu. Pada 1995 bertengger di atas angka Rp200 ribu. Naik Rp100 ribu setahun kemudian dan naik 100 persen pada tahun 2000. Naik lagi menjadi Rp800 ribu pada 2008.Sekarang, mendekati Rp3 juta/2,5 gram. Ini menunjukkan, nilai mata uang rupiah yang tidak stabil. Tapi, harga dunia juga naik, tidak di sini saja sebab harga emas, bukan di Padang sumbunya, tapi pasar dunia. Jadi apa hendak dikata.
Harga emas Antam pada 2020, tercatat Rp896.000, jika ditarik ke ukuran khas Sumbar, maka jadinya Rp2.340.000. Tapi itu soal angka-angka, sementara di tambang emas liar atau tidak, pencari emas bertaruh nyawa. Emas selalu berusaha memuaskan dahaga dunia akan perhiasan dan simpanan logam mulia itu.Di Solok Selatan misalnya, jika tidak ribuan, ratusan orang mencari emas setiap hari, tanpa izin. Jika izin diurus, ke langitpun takkan dapat, susahnya minta ampun. Entah kenapa emas di tanah air sendiri, susah urus izinnya. Ketimbang mubazir lebih baik dicari dengan cara sendiri. Betapa takkan mubazir, ada emas di perut bumi, tapi tak boleh diambil. Boleh, asal tak berizin dan dibaking. Boleh asal izin diurus. Membayar izin itu, mahalnya tak perlu disebut. Lamanya apalagi.
Di Peru sana, orang-orang masuk terowongan seperti masuk kulkas. Dingin. Panjangnya sekitar 5 Km ke dalam perut bumi. Di sanalah maut selalu mengintai. Emas senantiasa digali dan selalu ada darah di sana.Sebagaimana dilaporkan National Geographic, Januari 2009, pertama dalam sejarah harga emas dipatok pada 1717 oleh Sir Isaac Newton, tatkala orang penting ini menjabat Master of the Mint, Inggris. Sejak itu, sebenarnya emas hanya sedikit sekali yang berhasil ditambang. Catatan dunia menunjukkan, hanay 161 ribu ton saja. Jika sekarang mungkin naik mencapai 170 ribu ton. Lebih setengahnya ditambang dalam 60 tahun terakhir ini.Jutaan orang terlibat penambangan emas di dunia, di benua manapun. Kebanyakan perempuan. Dan, perempuan India adalah pemakai perhiasan emas terbanyak di dunia.Di bawah Bank Central Amerika, dengan penjagaan amat ketat, tersimpan cadangan emas terbesar di dunia. Indonesia berada di posisi 42. Amerika menyimpan 8.133,5 ton emas atau 79,1 persen dari semua cadangan devisanya. Disusul Jerman, 3.363,3 ton. IMF, 2.814 ton, Italia memiliki emas 2.451,8 ton . Perancis 2.436 ton. Rusia 2.298,7 ton emas. China 1.948,3 ton. Swiss 1.040 ton. Jepang 765,2 ton. India 653 ton.
Demikianlah lambang kekayaan, kecantikan, kilauan yang memukau sekaligus mematikan itu, telah mempesona dunia. Dan siang malam tanpa kenal lelah, juga tak kenal ampun emas selalu dicari. Di sini, di Minangkabau, emas menjadi simpanan kekayaan di tiap rumah, sesedikit apapun emas bisa dibeli dan disimpan. (kj)