Seolah bangsa inu dipermalukan oleh perangai elitenya sendiri. Rakyat pasif membiarkan pesta pora kekuasaan dan rakyat yang sama sendirian memperbaiki taraf hidupnya di suasana kondisi pendidikan yang rendah. Hari ini saja pemgangguran 7,2 juta se Indonesia lebih banyak dari pendudik Sumbar. Gejolak sebenarnya sudah parah tapi didiamkan oleh rakyat sendiri. Tidak bisa dianggap enteng kondisi semacam itu. Ini Indonesia dengan rerata pendidikan warganya kelas II SMP. Ini Indonesia dengan pemimpin yang nyaris tak berakar. Kondisi ini juga berlaku untuk Sumbar.
Maka Sumbar memerlukan dialog, bertemu untuk melengkapi ide-ide yang muncul di dunia maya. Jangan sampai dibiarkan pemimpin pasif menggeser jalan takdir provinsi ini.
Saya masih ingat kala Gubernur Azwar Anas yang serius meminta apa saja fasilitas umum yang dibangun, maka kamar kecilnya mesti bagus. Sekarang malah hal itu yang dikeluhkan. Mundur jauh.Sebenarnya, kita memang sedang dipermalukan di kampung sendiri. Sebab, saya menyaksikan yang oleh generasi pemimpin sekarang, belum diselesaikan .Satu-satunya jalan hidup adalah yg telah dilalui. Dan karena itu saya yakin, Sumbar bisa sembuh, orang yang “tersakiti” oleh keadaan punya kemampuan untuk menyembuhkan. Kita mesti kembali menyumbang dalam kebudayaan bangsa besar ini, karena peradaban terbentuk dari hal-hal kecil. Itulah sebabnya, pikiran baik dalam diskusi di grup WA mesti dielaborasi untuk kebaikan Sumbar. Percakapan di sana, diisi sejumlah orang yang pintar. (*)