Sejak putusnya jalan utama yang menghubungkan Padang dengan Bukittinggi di Lembah Anai, masyarakat setempat menghadapi kesulitan besar dalam akses transportasi. Sebelumnya, jalur ini adalah rute utama yang menghubungkan dua kota penting di Sumatera Barat. Kini, masyarakat harus mengandalkan tiga jalur alternatif: via Malalak, Sitinjau Lauik, dan Kelok 44.
Sayangnya, kondisi ketiga jalur alternatif tersebut tidak lebih baik. Jalan-jalan di ketiga rute ini sama-sama dalam keadaan yang sangat buruk. Banyak lubang yang menganga di sepanjang jalan, membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman dan berbahaya. Lubang-lubang ini tidak hanya menyebabkan kemacetan yang parah, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
Rute via Malalak misalnya, memiliki banyak tikungan tajam dan tanjakan yang curam, ditambah dengan kondisi jalan yang berlubang-lubang, membuat para pengendara harus ekstra hati-hati.
Mulai dari simpang tiga Malalak hingga simpang Padang Lua, terasa macetnya. Bahu jalan kondisinya buruk. Jalanya lunak di kanan kiri. Banyak lubang. Tambah lagi jalurnya terasa sempit akibat rusaknya kanan kiri jalan.
Kalaulah ada truk atau mobil yang rusak, sudah pasti terjadi macet yang panjang. Bisa berjam-jam, bikin pegal kaki.
Begitu juga dengan jalur via Sitinjau Lauik yang terkenal dengan jalan nya yang sempit dan sering longsor. Sopir truk menganggap angin lalu edaran yang dikeluarkan gubernur. Gubernur mengeluarkan edaran, truk hanya boleh lewat pukul 18.00 sampai 06.00. Tapi, lihat saja kenyataannya. Ada sopir truk yang nakal tidak patuh dengan edaran tersebut. Longgarnya pengawasan juga menjadi penyebab sopir-sopir nakal.
Kelok 44, dengan serangkaian tikungan tajamnya, juga tak luput dari masalah jalan berlubang yang menyulitkan pengendara.Kondisi ini tentu sangat merugikan masyarakat. Selain menghambat aktivitas sehari-hari, buruknya kondisi jalan juga berdampak pada ekonomi lokal. Distribusi barang menjadi terganggu, biaya transportasi meningkat, dan waktu tempuh yang seharusnya singkat menjadi lebih lama.
Oleh karena itu, perbaikan dan pemeliharaan jalan-jalan alternatif ini sangat mendesak untuk dilakukan. Pemerintah dan pihak terkait harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi jalan, memastikan keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jalan, serta meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan oleh buruknya infrastruktur jalan tersebut.
Menempatkan petugas di titik-titik rawan kemacetan bisa menjadi solusi untuk mengawasi. Terpenting adalah sinergi antar pemerintah daerah. Antara Pemprov dengan Pemkab. Kalau sudah sejalan dan satu pemikiran, hal itu bisa ditangani. (***)