Sejak peluncuran kampanye ini Dove mengalami pertumbuhan yangs substansial. Menurut laporan Unilever dan majalah Forbes, hingga tahun 2023, Dove mencapai pertumbuhan penjualan tertinggi dalam lebih dari satu dekade, menghasilkan 6 miliar euro untuk Unilever.
Menariknya kampanye ini tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga secara siginfikan meningkatkan loyalitas. Inisiatif Dove, seperti Dove Self-Esteem Project, telah menjangkau lebih dari 100 juta orang muda, mempromosikan kepercayaan diri dan harga diri.
Pertanyaannya kenapa kampanye ini begitu sukses? Karena story telling. Dove menghembuskan cerita yang menyentuh sisi humanis publiknya. Bahwa semua perempuan adalah cantik dalam beragam versi. Unity in diversity.
Hal ini sejalan dengan Hypodermic Needle Theori atau teori peluru hipodermis. Teori ini juga dikenal sebagai teori jarum suntik, menyatakan bahwa media massa memiliki kekuatan yang sangat kuat dan langsung dalam mempengaruhi audiensnya. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media dianggap sebagai "peluru" yang dapat "ditembakkan" langsung ke dalam benak audiens, menghasilkan efek yang kuat dan instan. Inilah yang dikemudian diejawantahkan dalam bentuk story telling. Pesan Dove menyentuh logika publiknya, terekam dalam memorinya dan kemudian mempengaruhi imajinasinya.
Hal lainnya yang membuat konsep story telling harus dilirik oleh public relations jika menginginkan keberhasilan kampanyenya adalah karena story telling terbukti mampu merebut atensi atau perhatian dari masyarakat. Story telling biasanya menggunakan konsep soft selling. Dalam story telling akan mustahil kita menemukan narasi ajakan membeli seperti kata kata “ayo dapatkan”, segera miliki”, “jangan lewatkan” dan sejenisnya. Justru story telling seperti menganggap penjualan itu bukan bagian dari rencana. Padahal kenyataannya demikian. Publik akan secara halus dipengaruhi dan membeli dengan sendirinya.Philip Kotler, pakar pemasaran menyebutnya dengan AIDA, yang merupakan akronim dari Attention, Interest, Desire dan Action. Story telling memungkinkan itu semua. Konsep cerita dalam story telling memudahkan meraih atensi publik, menggugah rasa ingin tahunya, keinginannya, ketertarikannya dan pada akhirnya akan bertindak sesuai dengan yang diinginkan.
Kreativitas dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi kunci suksesnya storytelling dalam membangun citra positif dan memperkuat hubungan dengan publik. Sorytelling dapat memperkuat identitas, citra, dan kesadaran publik terhadap isu dan kampanye yang dirancang oleh seorang public relations. Cerita tersebut bisa eksis dalam jangka waktu yang lama, bahkan mungkin abadi, mengalir sampai jauh menjangkau publiknya dimana saja berada.(*)