Analisis SWOT dan PEST: Kunci Sukses Merancang Kampanye Publik yang Tepat Sasaran

Foto Deta Utama Kurniawan
×

Analisis SWOT dan PEST: Kunci Sukses Merancang Kampanye Publik yang Tepat Sasaran

Bagikan opini
Ilustrasi Analisis SWOT dan PEST: Kunci Sukses Merancang Kampanye Publik yang Tepat Sasaran

Dari dulu hingga sekarang kita disajikan berbagai macam kampanye. Baik itu kampanye yang disajikan oleh pemerintah untuk mensukseskan program yang sedang dicanangkan atau program kampanye yang dirancang oleh pihak swasta dengan berbagai macam tujuan. Diantara program kampanye yang dirancang oleh pemerintah yaitu “Say No To Drug” atau “Katakan Tidak Pada Narkoba”, Program kampanye ini sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Nancy Reagen, isteri dari Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen pada kurun waktu 1980 sampai 1990. Kampanye ini awalnya hanya menggunakan slogan “Just Say No”. Dimana waktu itu Nancy Reagen menfokuskan kampanye untuk mencegah keterlibatan anak dan remaja dalam penyalahgunaan zat dan obat terlarang. Namun kemudian dalam beberapa dekade berikutnya menjadi “Say No To Drug” untuk mencegah penyalahgunaan terhadap zat dan obat terlarang (narkoba).

Kampanye ini sendiri walaupun sudah sangat lama diadopsi di Indonesia namun untuk kesuksesan program kampanye ini patut untuk dipertanyakan. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu lampau yaitu sekira tahun 1980an peredaran narkoba hanya terjadi di diskotik maupun klub hiburan malam. Kemudian yang mengkonsumsinya pun dikalangan orang-orang yang secara finansial lebih dari cukup. Namun jika kita lihat saat ini peredaran narkoba sudah sampai ke pelosok bahkan nagari di Sumatera Barat. Kemudian pelaku penyalahgunaannya pun tidak lagi mereka yang secara ekonomi mapan namun sudah menyasar ke masyarakat yang secara ekonomi tergolong tidak mampu.

Lain lagi halnya dengan kampanye untuk mengatasi stunting di Indonesia. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah seperti menggandeng media untuk mensukseskan progam tersebut. Pada Tahun 2023 misalnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan menggelorakan kampanye “Semesta Mendukung Stunting” dengan tagline #CukupDuaTelur. Sementara itu dalam memperingati Hari Gizi Nasional ke-64 Tahun 2024, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengusung tema "MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting" dengan slogan "MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas”.

Berdasarkan data monitoring stunting pada Ditjen Bina Pembangunan Daerah dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2021 tercatat angka stunting di Indonesia sebesar 9,5%, kemudian pada tahun 2022 turun menjadi 8,4% dan pada tahun 2023 sebesar 7.1%. Data ini cukup mengembirakan karena terjadi penurunan angka stunting di Indonesia dari tahun ke tahun.

Lalu bagaimana seharusnya pelaksanaan program kampanye itu dilaksanakan sehingga program kampanye tersebut benar tepat sasaran dan mencapai hasil yang diinginkan. Robert D. Smith dalam bukunya Strategic Planning for Public Relations. 6th Edition membagi perencanaan Public Relations dalam empat langkah utama yaitu research, action, communication, and evaluation (RACE). Kemudian menjabarkannya menjadi Sembilan langkah Public Relations yang dikenal dengan “The Nine Steps of Public Relations”. Adapun langkah awal yang perlu dilakukan Public Relations ialah dengan menganalisis situasi terlebih dahulu untuk mengumpulkan informasi maupun data serta fakta yang dibutuhkan dalam menjalankan strategi. Dalam melakukan analisis tersebut terdapat dua alat analisis yang sering digunakan yaitu analisis SWOT dan PEST.

Lebih lanjut Anne Gregory dalam bukunya Planning and Managing Public Relations Campaigns, A Strategic Approach secara eksplisit membagi dua jenis analisis yang digunakan untuk merencanakan sebuah kampanye yaitu analisis SWOT yang berfokus pada peluang untuk mencapai sebuah tujuan kampanye, dan analisis PEST yang berfokus pada pertimbangan mengenai proses pelaksanaan kampanye.

Phadermrod et al., (2019) menyatakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan sebuah alat analisis yang membantu organisasi untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal mereka serta peluang dan ancaman eksternal. "Dengan memahami kekuatan, organisasi dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal, sementara mengidentifikasi kelemahan membantu mereka mengatasi hambatan yang mungkin dihadapi.

Strengths adalah elemen internal yang memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Dalam kampanye humas, kekuatan bisa berupa reputasi yang baik, tim humas yang berpengalaman, hubungan yang kuat dengan media, dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan kampanye.

Weaknesses adalah elemen internal yang dapat menghambat keberhasilan kampanye. Ini bisa mencakup kurangnya pengalaman, anggaran terbatas, citra perusahaan yang buruk, atau keterbatasan sumber daya.

Opportunities adalah elemen eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk keuntungan organisasi. Peluang dalam kampanye humas bisa berupa tren pasar yang menguntungkan, perubahan kebijakan yang mendukung, perkembangan teknologi baru, atau peristiwa penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan visibilitas organisasi.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini