Hal ini bisa saja terjadi karena peraturan dan hukum dibuat tanpa memberikan ruang yang cukup untuk keragaman budaya daerah yang ada di Indonesia. Dalam banyak hal, peraturan sering muncul berdasarkan ide-ide yang tumbuh di pusat, dipengaruhi oleh budaya dominan, bahkan disusupi oleh ide-ide yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Kita yang ada di daerah tidak terlalu berdaya untuk mengimbangi dan memberikan suara.
Berdasarkan titik tolak ini lah harapan besar tertumpang pada empat anggota DPD RI perwakilan Sumatera Barat yang baru saja terpilih pada PSU yang lalu. Harapan itu adalah bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Minangkabau dan Sumatera Barat memperoleh ruang yang cukup dalam konteks hidup bernegara.
Saya pribadi melihat bahwa formasinya cukup menjanjikan untuk memperjuangkan kepentingan Sumatera Barat dan masyarakat Minangkabau karena mereka memiliki latar belakang yang saling melengkapi. Cerrint Irraloza Tasya orang adalah anak muda yang diharapkan mampu menyerap hajat hidup anak muda dan masa depan mereka. Muslim Yatim, Jelita Donal dan Irman Gusman adalah figur publik, tokoh agama, pebisnis, dan politisi senior dan berpengalaman. Gabungan kapasitas dan jaringan mereka mampu menjangkau banyak hal dan pihak. Sorotan khusus tentukan diarahkan ke Irman Gusman, karena masyarakat telah memberikan kesempatan baru baginya untuk berkiprah secara formal di tingkat nasional setelah berbagai persoalan hukum yang terjadi pada dirinya beberapa tahun belakangan.
Saya rasa jika kepentingan kita di Sumatera Barat dan Minangkabau tidak terlindungi dan terwadahi oleh empat orang anggota DPD hasil PSU bernilai hampir 400 milyar itu, entah apa hendak dikata.
