"Dari Samarinda," kata seorang agen di Taman Merlion kepada saya.
Umumnya ke Batam dulu, lalu menyeberang 45 menit.
Dan saya sudah di Batam. Bahkan sudah di Padang pula. Naik kapal terbang di lapangan terbang antarbangsa Hang Nadim. Tatkala mau naik, "tampaklah olehku sepasang kaki," hahaha.
Bak Cinderella. Ssperti kaca. Sepatunya, itupun hanya tumit. Tapi, jadi jugalah, mungkin mahal. Mana saya tahu alas kaki perempuan, apalagi model-modelnya. Yang memakainya duo pedusi, yang akan naik pesawat. Model baru dari Batam, mungkin.
Dan saya sudah di atas Danau Singkarak setelah 35 menit terbang. Jernih. Tapi jangan ditanya tepiannya di sisi jalan negara, berselingkit bangunan tanpa IMB. Dua bupati menjaga danau ini tak juga beres.Lalu? Belajar soal layanan publik memang berkait erat dengan budaya komunal. Sampai di sini saja ya, sebab panjang-panjang benar menulis, tak dibaca orang.
Oh iya, sekarang Agustus, 79 kita merdeka, ma urus sarok tak juga beres. Jangan ada pula
yang bilang: apakah kita sudah merdeka? Jangan sok kritis, lihatlah Palestina, keluar air mata darah untuk mendapatkan kemerdekaan. Kibarkan sajalah Sang Merah Putih di rumahmu. Medeka.(**)