BOIKOT DAN RESET

Foto Duski Samad
×

BOIKOT DAN RESET

Bagikan opini

KETERSAMBUNGAN PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN TINGGI

Reset maksudnya menata ulang kembali hubungan dunia pendidikan Islam menegah (Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesanteren) dengan dunia Pendidikan Tinggi Islam, (Universitas Islam Negeri (UIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam swasta) adalah menyatukan langkah-langkah bersama dalam melakukan pembinaan terhadap siswa, dan santri yang sedang dalam masa puberitas.

Tiga kampus Perguruan Tinggi Negeri Islam, UIN Imam Bonjol di Padang, UIN Syekh Muhammad Djamil Jambek di Bukittinggi, UIN Mahmud Yunus di Batusangkar serta puluhan Sekolah Tinggi Islam swasta adalah lembaga akademik yang dituntut tidak sibuk dengan dirinya sendiri, hidup di menara gading, begitu tamsilannya. Kampus mesti ikut memberikan darma baktinya, dalam dharma pengabdian kepada masyarakat, memberikan bimbingan dan pelatihan manajemen dan tata kelola lembaga sesuai tantangan kotemporer.

Dosen dapat memberikan konseling dan bimbingan pada korban, keluarga korban, masyarakat lingkungan dan tentu juga pimpinan lembaga. Mitigasi yang berkelanjutan fenomena penyakit masyarakat dan anak didik usia remaja yang tinggal di asrama, perlu dievaluasi kembali. Pengelolaan asrama santri, relasi santri dengan guru pengasuh, tata tertib dan pengawasan mesti dilalukan supervisj berkelanjutan. Tenaga ahli dari kampus sebenarnya tersedia di kampus tiga UIN di Sumatera Barat.

Alokasi dana Perguruan Tinggi Negeri Islam melalui pengabdian masyarakat oleh dosennya dengan mengambil tempat di Madrasah, Sekolah dan Pondok Pesanteren tentu akan dapat mencegah kejadian pelecehan dan tindakan tercela. Begitu juga di kampus sendiri terjadi kasus pelecehan oleh dosen terhadap mahaiswa ada hubungkaitnya dengan lemahnya supervisi dan mitigasi kampus terhadap relasi kuasa mahasiswa dan dosen.

Akhirnya ingin ditegaskan kampus dan Madrasah mesti segera bangkit dan memperbaiki citra institusi dengan menseriusi kinerja pendampingan dan menata ulang tata kelola yang dapat mengantisipasi perubahan sosial. Era digital postruts yang menimbulkan kegalauan intensitas tinggi dapat diatasi dengan memperkokoh tempat berpijak yakninya keyakinan agama, moral dan relasi sosial serta berpegang pada kehidupan nyata. Masyarakat diminta untuk dengan bijak dan hati-hati dalam menyikapi kasus yang menimpa lembaga pendidikan Islam. Jangan hanya karena ada suasana hubungan yang kurang sehat dengan individu , lalu lembaga yang diberi beban. Semoga Pendidikan Islam Sumatera Barat tetap terus bersinar dan kuat menghadapi cobaan ini. Amin, (06082024).

Bagikan

Opini lainnya
Terkini